pijat

Nara dan Chelsea sedang berada dalam sebuah gedung pernikahan. Untuk mendapatkan uang tambahan, Nara membantu Chelsea yang menggeluti pekerjaan sebagai Weding Organizer, menyiapkan sebuah acara pernikahan, karena di sanalah dia akan mendapatkan komisi yang lumayan untuk menambah pemasukan dan membayar banyak cicilan. Dia harus bekerja keras tanpa mengenal lelah demi keluarganya.

“Gimana Ra? Semua aman,” tanya Chelsea.

“Aman dong. Catering, Mc, fotografer, susunan acara, lancar. Kau tenang saja,” jawabnya dengan bangga.

Mereka pun duduk kursi sejenak melepas lelah.

“Gimana kak Milan. Dia udah ngak pernah paksa kamu tanda tangan lagi kan?” Chelsea membuka bicara lebih dulu.

Nara menggeleng. “Dia sudah tidak memaksaku, tapi dia masih mencoba membujukku. Kau tahu Sea di laci nakas itu dia menambahkan sertifikat rumah di kawasan elit,” ucap Nara heboh jiwa miskinnya selalu berontak saat membahas harta Milan.

“Ra, jika suatu saat kau tergoda dengan uang itu, mintalah padaku, aku juga bisa memberikanmu,” kata Chelsea.

“Aku harap kau selalu berada di samping kak Milan Ra dan tidak pernah meninggalkannya, kau gadis yang baik,” batin Chelsea.

“Itu tidak mungkin, walau pun, dengan uang itu aku bisa punya rumah mewah tanpa bayar kredit bank lagi, bisa buka shourum motor, ngak perlu nyicil lagi dan uang itu bukan hanya membuat ibuku naik haji, tapi bisa membuatku membuka perjalanan haji. Tapi, itu bukan hasil kerja kerasku,” jelas Nara.

Mendengar itu Chelsea menjadi terharu. Merentangkan tangan.

“Nara peluk aku,” ucap Sea manja mendekap tubuh Nara terharu akan ucapan sahabatnya.

“Kau jangan memelukku saja, cepat cairkan honorku ini," canda Nara.

"Ya elah Ra, acara belum mulai juga udah minta honor.” Sea mengerucutkan bibirnya.

“Banyak cicilan nih,” keluh Nara.

Cekrek ...

Bias cahaya blizt kamera menyorot dua gadis ini mereka pun kompak menatap pemuda tampan yang sedang memegang kamera.

“Vino main jepret aja, aku kan belum siap,” keluh Nara mengerucutkan bibirnya.

“Kalian lagi bahas apa? Sampai pelukan gitu,” tanya Vino menatap layar kameranya.

Nara dan Chelsea gelagapan mendapatkan pertanyaan dari Vino. Rahasia pernikahan Nara harus selalu tertutup rapat.

“Ini ... Nara maksa banget minta honor, banyak cicilan katanya,” jelas Chelsea tersenyum pelik.

“Kau lagi butuh uang, Ra.” Wajah Vino berubah cemas menatap gadis berkacamata ini. “Pakai ATM aku aja, yang kamu pengang. Aku ngak butuh kok,” usul Vino hubungan persahabatan yang erat membuat Vino mempercayakan keuangannya pada Nara.

“Ya elah Itu kan tabunganmu! Modal buat nikahi anak gadis orang nanti tuh,” sosor  Chelsea.

Nara melambaikan tangannya cepat. “Ngak perlu Vin. Tugasku hanya menyimpannya, biar kamu ngak foya-foya, ingat Vin nikahin anak gadis orang itu butuh uang banyak,” goda Nara dengan kekehan menatap Chelsea.

“Kerja yang keras Vin, pokoknya aku akan menikahkanmu dengan meriah nanti,” Nara menepuk pundak Vino dengan semangat.

Vino memutar bola mata malas melihat dua sahabatnya. Seakan mereka adalah orang tua Vino yang mengatur masa depan pemuda itu. Bahkan bertekad mereka sendiri yang akan menikahkan Vino.

“Kalian tenang aja, gadis yang akan aku nikahi, ngak bakalan minta mahar yang banyak,” ucap Vino santai.

“Mau kau buntingin duluan ya,” celetuk Sea tanpa dosa terkekeh.

Membuat Nara tercengang mulai panik memukul-mukul pundak Vino. “Apa kau berpikir seperti itu.”

“Ya engaklah emang aku cowok apaan," kilah Vino

“Makanya ingat kalau punya cewe jangan bawa ke kosan, jangan membuat kami malu,” tambah Nara bak emak-emak.

“Iya Ra, hajar.” Chelsea pun ikut memukul Vino mengeroyok sambil tertawa riang. Mengacak-acak rambut Vino.

“Aduh berhenti kalian!”

Hubungan persahabatan mereka sangat erat. Saling melindungi dan menyangyangi bak keluarga.

Acara di mulai tamu undangan mulai berdatangan. Nara melangkah mondar-mandir di pesta memastikan semua berjalan lancar agar sahabatnya tidak malu.

Langkah Nara tertahan saat Vino berdiri di hadapannya.

“Senyum Ra, udah lama aku ngak ngambil fotomu. Akhir-akhir ini kau sangat sibuk,” kata Vino mengarahkan kameranya pada Nara.

Nara menarik ke dua sudut bibirnya. Jarinya terangkat membentuk V. Bergaya dengan percaya diri di hadapan Vino.

Dret ... Dret ...

Ponsel di saku celana Nara bergetar.

“Bentar Vin aku jawab telepon dulu."

Nara berdecak saat membawa nama tertera kemudian mengarahkannya ke telinga.

“Culun kau dimana?”

“Aku sedang di pesta  membantu Sea mengurus pernikahan.”

“Aku tidak mau tahu cepat pulang!”

“Pulang! Acara belum selesai kak.”

“Kau membantahku!”

“Baiklah.

Nara menghela napas berat kembali memasukkan ponselnya di saku celana.

“Aku harus pergi! Vin” ucap Nara. Jika tak di turuti maka seperti biasa Milan akan menjemputnya secara paksa.

“Ya pergi Ra. Kemana?” tanya Vino terdengar tak rela.

“Aku harus bertemu  orang yang mau memakaiku sebagai MUA.” Nara tersenyum pelik dia telah berbohong.

“Ra ....”

“Aku pergi dulu ya. Bye!” Nara melambaikan tangan melangkah cepat.

Vino terperanjat kehabisan kata. Melihat bayangan Nara semakin jauh meninggalkannya.

 

*****

Nara telah berada di dalam kamar. Iris matanya menangkap bayang Milan bersandar di kepala ranjang sembari memangku laptop. Ia pun melangkah menghampiri.

“Kak Milan! Ada apa?” sapa Nara terengah-engah.

Milan memasang wajah datar menatap Nara yang berdiri di samping ranjang.

“Kau tahukan pekerjaanku banyak! Aku sangat lelah!” Milan memijat tengkuknya dengan sebelah tangan.

“Pijat aku!” titah Milan santai merubah posisi membelakangi Nara menyodorkan panggungnya.

Mata Nara membola mendengar perintah Milan.

What ... Dia pulang cepat, meninggalkan pesta hanya untuk memijat  Milan. Dasar brengsek ...

“Apa yang kau tunggu cepat!” Milan menepuk pundaknya.

Wajah Nara memberengut memegang pundak Milan. Sedangkan pemuda itu tersenyum miring merasa puas telah mengerjai Nara.

“Pijat yang benar,” tekan Milan.

Gadis bergelar si culun ini semakin mencengkeram pundak Milan. Mencebik kan  bibirnya di balik punggung Milan. Rasanya ia ingin mengetuk kepala pemuda seme-mena itu dari belakang.

Milan melanjutkan pekerjaan di laptop sembari menikmati pijatan Nara.

Dret ... Dret ... getar telepon di saku celana Nara terasa. Ia pun melepas sebelah tangan untuk meraih ponselnya.

Senyum Nara mengembang saat membaca nama yang tertera.

Nara melepaskan tangan di pundak Milan untuk beranjak menjawab panggilan telepon.

“Kenapa berhenti!” seru Milan.

“Saya harus menjawab telepon dulu kak,”

“Jangan berhenti, terus pijat aku! Jawab di sini saja, sebelah tanganmu masih bisa kau pakai,” titah Milan tak terbantahkan.

Ah menyebabkan sekali sih dia.

Nara lagi-lagi mencebik, sebelah tangannya menaruh ponsel di telinga sebelah tangan lagi di pundak Milan.

Milan memasang telinga penasaran siapa yang telah menelepon si culun.

“Halo.”

“Iya bu, ada apa? semua baik-baik saja kan.”

“Iya, sayang ibu baik-baik saja.”

“Ibu hanya ingin memberi tahumu, ibu lurah tadi kemari dan dia mau meminta kamu menjadi MUA di hari pernikahan anaknya nanti. Anaknya nikah sama pejabat loh.”

Mata Nara membulat sempurna, seakan tak percaya kabar yang ia dengar.

“Apa bu! Nara di pilih Merias anak pak lurah.”

“Iya, sayang kamu akan menjadi MUAnya.”

“Ahhh!” teriak Nara keras sontak saja membuat Milan terjengkit kaget.

“Buk .... tanpa sadar memukul punggung Milan saking senangnya.

“Aw ....” Milan menegakkan punggungnya mendongakkan kepala ke atas menahan sakit. Laptop yang berada di pangkuannya sampai merosot ke samping.

“Aku merias anak pak lurah,” jerit Nara. Merias anak pak lurah merupakan jalan untuk menjadi MUA yang lebih di kenal lagi.

“Aw, sakit,” pekik Milan.

Nara tersadar dia pun gelagapan melihat Milan menahan sakit.

Matilah dia, ini kesalahan besar ....

“Astaga! Kak Milan maaf,” ucap Nara mengusap punggung Milan.

“Kau mau membunuhku ya!” hardik Milan suaranya meninggi sangat kesal.

“Maaf kak.”

“Kau pasti sengajakan!” tuduhnya dengan amarah meluap si culun berani memukulnya.

“Maaf kak, saya benar-benar tidak sengaja. Saya sangat senang akan menjadi MUA anak pak lurah. Apalagi dia menikah dengan pejabat,” Senyum Nara kembali terkembang menyebut nama anak pak lurah. Dia kembali gemas tak jadi merias model Zeline, merias anak pak lurah pun tak apa.

“Aku tidak peduli! Hanya karena merias anak pak lurah, kau hampir membunuhku!”

Milan menepis tangan Nara yang mengusap punggungnya.

“Ah sial ... pukulannya keras juga,” umpat Milan dalam hati.

Pemuda ini lalu merangkak pelan meraih bantal kepala kemudian berbaring.

“Maaf kak!” pinta Nara memasang wajah memelas.

“Pijat kakiku semalaman! jangan berhenti! Itu hukuman buatmu!” tekan Milan melayangkan tatapan tajam pada Nara.

“Tapi kak ...”

Nara terkulai lesu saat melihat Milan memicingkan mata padanya. Ia pun mulai memijat kaki Milan.

“Ah ... aku sudah gila mengapa aku bisa memukul punggungnya,” gerutu Nara dalam hati. “Tapi aku akan jadi MUA anak pak lurah,” batinnya lagi gemas.

Malam semakin larut Milan terbangun saat merasakan ada sesuatu mengganggu tidurnya. Dia tidak bisa mengerakkan kakinya.

Kelopak mata pemuda ini terbuka, ternyata Nara tertidur menindih kakinya.

“He bangun!” panggil Milan.

Milan pun duduk mendengus. Si culun telah menyusahkannya lagi.

“Hei bangun! Dia ini tidur atau mati.” Milan mengguncang-guncang tubuh si culun namun berdecak tak kala tak ada respon dari Nara.

“Hei bangun jangan tidur di sini. Ah ... Menyusahkan saja nih si culun.”

Milan kemudian bangkit dari tempat tidur menggendong Nara ke sofa, tempat di mana setiap malam gadis ini terlelap.

Milan membaringkan tubuh Nara ke sofa lalu  menyelimutinya. Posisi Milan yang sedikit membungkuk menyelimuti Nara membuatnya dapat melihat jelas wajah polos si culun tanpa kacamata, yang telah terlepas saat berbaring di ranjang Milan.

“Mengapa wajahnya sangat berbeda jika tanpa kacamata,” gumam Milan menatap wajah Nara lamat-lamat.

“Cantik!” satu kata itu keluar dari mulut tanpa Milan sadari

Tak lama pemuda ini tersentak.

“Astaga! Aku pasti sudah gila,” desisnya kemudian bergidik ngeri dengan apa yang ia ucapkan.

Milan pun melangkah meninggalkan sofa sembari meraba punggungnya, teringat si culun telah memukul punggungnya.

“Sial! Karena anak pak lurah hampir saja punggung patah. Dia senang sekali, apa hebatnya menghias anak pak lurah,” gerutu Milan lalu meregangkan panggunya melangkah kembali ke ranjangnya.

 

 

Hahaha Nara baru juga anak pak lurah udah heboh.

 

 

Terpopuler

Comments

manusia kuat

manusia kuat

vino otw sad boy

2024-02-03

0

Jihan Putri

Jihan Putri

nah kan milan sudah tergila-gila sama nara kemakan omongan lo sendiri

2024-01-01

0

Mami Ani Aryani

Mami Ani Aryani

rasain looh 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 preweding
2 kabur
3 pengganti
4 pernikahan
5 pulang
6 culun itu kau
7 tak menerima
8 rencana
9 tanda tangan
10 mewarkan
11 pewaran naik
12 tak bisa lepas
13 tugas istri
14 istri milan
15 dingin
16 pijat
17 tersudut
18 istriku
19 ternyata terluka
20 lihat luka
21 kabur
22 merawat
23 sedih
24 rasa bersalah
25 sahabat
26 pekerjaan baru
27 menjemput
28 rahasia
29 pernikahan 1
30 pernikahan 2
31 pernikahan 3
32 rahasia sea
33 pulang
34 merasa kosong
35 rahasia
36 kantor
37 ruangan Milan
38 ciuman pertama
39 sibuk
40 demam
41 rumah Nara
42 istri
43 makan bersama
44 cemburu
45 menjemput
46 hidup Nara.
47 kencan
48 hadiah
49 Ciuman
50 petuah
51 petuah lagi
52 ingin pindah
53 pindah rumah
54 curiga
55 lepaskan dia
56 terbongkar
57 maaf
58 cinta Vino
59 mama pulang
60 pulang
61 cinta?
62 bukti
63 insiden
64 Benar cinta
65 cemas
66 menunggu
67 tragedi
68 rumah sakit
69 kecewa
70 tanda tangan
71 saran Vino
72 pergi
73 terbongkar
74 penjelasan
75 bicara
76 pulang
77 sesal
78 goresan tangan
79 mencari nara
80 amarah Milan
81 oh Vino
82 cek
83 sadar
84 waktu berlalu
85 hidup baru
86 rumah sakit
87 mengiyakan
88 keputusan
89 pernikahanChelsea
90 putus asa
91 bertemu Vino
92 pesta pernikahan
93 menggila
94 pertemuan
95 perasaan Milan
96 akan berjuang
97 rahasia
98 Nasehat ibu
99 petuah Milan
100 kembali
101 bersama
102 ikut
103 berangkat
104 jerman
105 perasaan Nara
106 sakit
107 Nara pulang
108 anugerah
109 Kelahiran
110 End
111 Extra part
112 extra part dua
113 Diam-Diam Suamiku Ceo
Episodes

Updated 113 Episodes

1
preweding
2
kabur
3
pengganti
4
pernikahan
5
pulang
6
culun itu kau
7
tak menerima
8
rencana
9
tanda tangan
10
mewarkan
11
pewaran naik
12
tak bisa lepas
13
tugas istri
14
istri milan
15
dingin
16
pijat
17
tersudut
18
istriku
19
ternyata terluka
20
lihat luka
21
kabur
22
merawat
23
sedih
24
rasa bersalah
25
sahabat
26
pekerjaan baru
27
menjemput
28
rahasia
29
pernikahan 1
30
pernikahan 2
31
pernikahan 3
32
rahasia sea
33
pulang
34
merasa kosong
35
rahasia
36
kantor
37
ruangan Milan
38
ciuman pertama
39
sibuk
40
demam
41
rumah Nara
42
istri
43
makan bersama
44
cemburu
45
menjemput
46
hidup Nara.
47
kencan
48
hadiah
49
Ciuman
50
petuah
51
petuah lagi
52
ingin pindah
53
pindah rumah
54
curiga
55
lepaskan dia
56
terbongkar
57
maaf
58
cinta Vino
59
mama pulang
60
pulang
61
cinta?
62
bukti
63
insiden
64
Benar cinta
65
cemas
66
menunggu
67
tragedi
68
rumah sakit
69
kecewa
70
tanda tangan
71
saran Vino
72
pergi
73
terbongkar
74
penjelasan
75
bicara
76
pulang
77
sesal
78
goresan tangan
79
mencari nara
80
amarah Milan
81
oh Vino
82
cek
83
sadar
84
waktu berlalu
85
hidup baru
86
rumah sakit
87
mengiyakan
88
keputusan
89
pernikahanChelsea
90
putus asa
91
bertemu Vino
92
pesta pernikahan
93
menggila
94
pertemuan
95
perasaan Milan
96
akan berjuang
97
rahasia
98
Nasehat ibu
99
petuah Milan
100
kembali
101
bersama
102
ikut
103
berangkat
104
jerman
105
perasaan Nara
106
sakit
107
Nara pulang
108
anugerah
109
Kelahiran
110
End
111
Extra part
112
extra part dua
113
Diam-Diam Suamiku Ceo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!