Seroja menghampiri anak-anak jalanan yang ada diseberang jalan untuk membagikan kue pemberian Nyonya yang memborong kuenya.
Dia sudah cukup akrab dengan mereka karena sama-sama berasal dari jalanan. Gadis itu memanggil anak-anak untuk berkumpul, lalu mulai membagi kue dan uang pemberian Bianca.
Iapun segera pergi setelahnya , dirinya berniat membeli obat untuk ibunya.
" Kakak ! Kak Seroja, tunggu ! " gadis itu segera menoleh saat mendengar seorang anak memanggilnya. Ternyata salah seorang anak jalanan tersebut berlari dan berusaha mengejarnya.
" Ada apa? Kenapa kau menyusulku kembali? Apa masih ada yang belum kebagian? " tanyanya heran. Ia rasa semuanya telah terbagi barusan.
" Bang Bondan merampas semua uang kami, Kak. Kami tidak berani melawannya. " jelasnya dengan nafas terengah- engah.
Raut wajah Seroja berubah masam, preman itu selalu saja membuat gara-gara dengan para anak jalanan. Iapun segera pergi untuk membuat perhitungan dengan pria tersebut.
Seroja berusaha menemukan keberadaan pria tersebut. Setelah beberapa lama mencari bersama anak-anak jalanan, iapun akhirnya menemukan pria tersebut didekat gang kompleks.
" Bang Bondan, berhenti ! " gadis itu berteriak memanggilnya namun pria itu justru melarikan diri.
Seroja segera mengejar pria itu agar tidak kabur darinya. Ia terpaksa menarik jaket pria tersebut agar tidak kabur kembali.
Dugh...
Bang Bondan melancarkan pukulan pada gadis itu, namun Seroja mampu menghindarinya.
Buughhh... Buughhh... Buughhh.. Buughhh..
Aksi baku hantam tak terelakkan lagi, setelah melayangkan beberapa pukulan akhirnya ia mampu mengunci Bang Bondan hingga tak berkutik.
" Ampun Seroja, Ampun. Tolong lepaskan aku." pria itu berteriak minta ampun sambil berusaha melepaskan diri.
" Sudah berapa kali kukatakan, Jangan pernah merampas uang anak-anak lagi ! Ternyata Bang Bondan tidak ada kapok- kapoknya. " ia sedikit memelintir tangan pria itu karena berusaha melakukan perlawanan.
" Aawwwhhh..." Teriak pria itu kesakitan.
" Ampun Seroja, Ampun. Abang terpaksa melakukan semua ini karena abang harus membayar kekurangan biaya persalinan istri abang di Bidan. Kalau abang tidak membayar, istri dan anak abang belum bisa pulang. " jelas pria itu bersunguh- sungguh.
" Apa omongan Bang Bondan bisa dipegang? Kalau abang berani bohong, aku tidak akan segan- segan mematahkan tangan abang ! " ancamnya kembali.
" Lepaskan abang sebentar, abang akan menunjukkan buktinya. " pria itu memohon.
Seroja melepaskannya, pria itu mengambil ponsel yang ada di sakunya dan menunjukkan foto istri dan anaknya yang baru saja lahir.
Gadis itu cukup iba, ia merasa kebingungan saat ini. Disatu sisi Bang Bondan sangat memerlukan uang tersebut, namun disisi lain uang itu adalah amanah yang dititipkan Nyonya cantik yang memborong dagangannya.
" Memangnya berapa biaya persalinan yang belum Bang Bondan lunasi? " ia sedikit menurunkan nada suaranya.
" Abang harus membayar dua ratus ribu lagi untuk bisa melunasi biaya persalinan istriku. " jawab pria itu memelas. Ia bingung sebab jika istrinya masih berada disana pasti akan menambah ongkos rawat inap.
Gadis itu nampak berpikir sejenak, ia teringat bahwa dirinya mendapat uang Dua ratus ribu dari hasilnya berdagang.
" Kembalikan uang anak- anak cepat ! " perintahnya pada pria tersebut.
" Tapi, Seroja? " pria itu ingin protes, namun gadis itu telah melotot kearahnya. Dengan terpaksa ia membagikan kembali uang milik anak-anak jalanan.
Seroja mendekati Bang Bondan, ia menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan pada pria tersebut.
" Ini untuk membayar kekurangan biaya persalinan istri abang. "
Pria itu mengembangkan senyumnya, ia tak menyangka gadis tersebut mau membantunya.
" Makasih, Seroja. Abang tak menyangka dibalik sikapmu yang kasar, hatimu ternyata begitu lembut. " Pria itu hampir memeluknya karena senang.
" Eeittss.. " gadis itu dengan segera memasang ancang-ancang.
" Cepat pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran ! " ancamnya kembali.
" Ba,, baik, Seroja. " pria itu segera pergi darinya.
Seroja bernafas lega, ia senang bisa membantu orang lain. Namun, dirinya teringat akan sang ibu yang kehabisan obat saat ini.
" Ya Alloh, Bagaimana ini? Aku lupa belum menebus obat untuk ibu. " batinnya kebingungan.
Gadis itu memutuskan untuk segera kembali ke kontrakannya. Ia teringat bahwa dirinya menyisihkan uang lima ribu rupiah dari keuntungan berdagangnya. Meskipun tidak banyak, tapi mungkin uang itu bisa dipakainya untuk menebus obat ibunya.
" Seroja, tunggu !! " panggil seseorang dari arah belakang. Gadis itu segera menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya.
" Bang, Jo? "
" Seroja, apa kau mau menggantikan abang menarik angkot tiga hari ini? Abang ada urusan keluarga sebentar. Sekarang, abang harus pulang kampung. " pria itu menawarkan pekerjaan untuknya.
Gadis itu tersenyum senang, " Tentu, Tentu saja Seroja mau Bang. " jawabnya bersungguh- sungguh.
" Ini kuncinya, abang harus pergi sekarang. Adik abang menikah. " ia menyerahkan kunci angkot pada gadis tersebut.
" Selamat ya, Bang. Semoga acaranya berjalan lancar. Oh ya? Bolehkah aku membawa angkotnya sekarang? Aku butuh uang saat ini. " pintanya bersemangat.
" Aamiin. Makasih, Seroja. Tentu saja boleh. Untuk hari ini, kau tak perlu memberikan setorannya padaku. " ucap pria itu tulus.
" Makasih, Bang. " gadis itupun segera berlari menuju angkot dan bersiap membawanya. Bang Jo hanya mampu geleng-geleng kepala melihat gadis itu begitu bersemangat.
" Alhamdulillah,, kalo rejeki nggak bakal kemana. Tarik !! " gumamnya seorang diri sambil melajukan angkot tersebut dijalanan.
...----------------...
Menjelang malam, Seroja tiba dikontrakannya. Ia sangat bersyukur hasil menarik angkotnya siang tadi ternyata cukup untuk menebus obat untuk ibunya.
Ia hanya menarik sebentar, sebab dirinya belum memberitahukan pada sang ibu.
" Uhuk...Uhuk...Uhuk... " terdengar seorang wanita paruh baya yang sedang batuk.
Dialah Eneng, ibu Seroja anak dari almarhum Bi Irah. Sudah hampir setahun ini dirinya menderita penyakit paru-paru. Ia seharusnya dirawat di Rumah Sakit. Namun, karena keterbatasan biaya, putrinya hanya mampu membelikan obat jalan untuknya.
Mereka hidup dalam keadaan serba kekurangan. Dahulu, mereka hidup berkecukupan karena kebaikan keluarga Pramudya yang selalu mengirimkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk keluarganya setiap bulan.
Namun, karena perilaku suaminya yang suka berjudi dan mabuk- mabukkan uang itupun habis begitu saja hanya untuk keperluan sehari- hari serta biaya sekolah dan kuliah putrinya. Puncaknya, saat sang suami ternyata terjebak hutang pada seorang rentenir dan mengadaikan putri sulungnya sebagai jaminan.
Untung saja Eneng selalu menyisihkan sedikit uang saat sang suami memberi jatah padanya. Dengan berbekal tabungan tersebut, iapun mengajak kedua putrinya untuk kabur dari rumah dari pada melihat putrinya harus dinikahkan paksa dengan seorang rentenir.
Mereka mencari kontrakan yang cukup jauh dari rumah, namun dekat dengan kampus putrinya. Seroja tetap melanjutkan kuliahnya, sambil mengambil pekerjaan part time ataupun membantu ibunya berdagang kue.
Namun beberapa bulan ini ibunya sakit keras, wanita itu didiagnosa terkena penyakit paru-paru. Dengan terpaksa, Seroja memutuskan berhenti kuliah dan menjadi tulang punggung keluarga untuk biaya pengobatan sang ibu dan sekolah adiknya.
" Ibu? Ibu tidak apa-apa? " gadis itu menghampiri sang ibu yang masih saja terbatuk- batuk. Ia segera mengambil segelas air dan sebutir obat, lalu meminumkannya pada sang ibu.
" Kau darimana saja, Nak? Kenapa kau pulang selarut ini? " tanyanya khawatir.
" Maaf Bu, tadi Seroja narik angkot Bang Jo. Tiga hari ini aku boleh menarik angkotnya sebab dia ada keperluan keluarga. " jelasnya pada sang ibu.
" Syukurlah kalau begitu, ibu sangat cemas sebab adikmu juga belum pulang sampai saat ini. " ungkap wanita paruh baya tersebut.
" Apa? Intan juga belum pulang? " ungkap Seroja heran. Ia segera beranjak hendak mencari keberadaan sang adik.
Namun, langkahnya terhenti saat seseorang terdengar membuka pintu.
Ceklek..
"Assalamualaikum.. "
" Waalaikumsalam.. " Seroja segera menghampiri adiknya.
" Intan, kau darimana saja? Kenapa kau pulang selarut ini? Lihatlah segarammu jadi lusuh begini. " ia memegang ujung pakaian adikknya yang begitu lusuh.
" Tadi Intan ikut mengamen bersama anak-anak yang lain, Kak. Lumayan dapat dua puluh ribu. " jelasnya tanpa rasa bersalah, sang adik justru tersenyum manis kearahnya.
" Bukankah sudah pernah Kakak katakan. Tugasmu hanyalah sekolah dan belajar, biar Kak Seroja saja yang bekerja. " ucapnya kesal.
" Intan malu, Kak. Teman-teman mengejekku karena sepatuku yang sudah terbuka bagian depannya. A,, aku ingin membeli sepatu baru agar tidak terus-terusan dihina oleh mereka. " jelas Intan sambil menundukkan kepala karena sedih mengingat perlakuan teman-temannya.
Seroja menatap iba pada sang adik, ia melirik kearah sepatu adiknya. Benar saja, sepatu itu mengaga bagian depan.
" Maafkan, Kakak. Kakak benar-benar tidak tahu kalau sepatumu sudah rusak. " sesalnya.
" Tidak apa-apa. Kakak sudah banyak berjuang untuk keluarga kita. Aku sebenarnya hanya ingin membantu Kakak. " balas gadis yang menginjak bangku SMP tersebut.
" Oh ya, sini. " ajak Seroja pada sang sang adik. Ia mengambil sebuah kaleng yang tersembunyi dibalik lemari pakaian mereka.
" Semoga ini cukup untuk membeli sepatu baru untukmu. Maafkan, Kakak. Kakak harap kau tidak perlu melakukan hal itu kembali. "
" Makasih, Kak. " Mereka saling berpelukan. Netra keduanya kini telah lembab karena rembesan air mata yang mengalir dari keduanya pelupuknya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like, koment rate lima dan vote seikhlasnya buat karya keduaku ya. Dukungan kalian semangat Author dalam berkarya. Makasih sebelumnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mintjie Elath
kasian Seroja sekeluarga
2024-05-10
1
Fitra Smart
nasib anak" dari ayah yang tidak bertanggung jawab... berjudi mabuk mabukkan hasilnya anak istri terlantar,,,
2022-04-11
0
Nenas🍍
😢beli sepatu pun susah
2022-02-25
0