Alsa berdiri di samping pintu gerbang untuk menunggu Ken yang tengah mengambil motornya di parkiran sekolah, lelaki tampan itu mengatakan akan mengantar Alsa sampai ke rumah gadis itu dan Alsa tak bisa menolak karena memang Ken adalah orang yang keras kepala.
"Ayo, Ca," ajak Ken yang sudah berada di depan Alsa dengan motor ninja hitamnya.
"Makasih ya, kak, sebelum nya udah mau nganter aku pulang," ucap Alsa hati-hati. Ia tak enak jika harus merepotkan Ken.
"Santai aja kali, Ca. Kayak sama siapa aja," jawab pemuda itu sembari tersenyum hangat. Alsa baru sadar kalau ternyata selama ini Ken mau tersenyum padanya. Mengingat lelaki itu sangat pendiam dan dingin, ia juga tak pernah tersenyum apa lagi tertawa dengan orang lain.
Tapi, Alsa baru sadar kalau selama ini Ken bersikap berbeda dengannya. Bahkan beberapa kali pemuda itu tersenyum juga tertawa lepas dihadapan Alsa. Ia berharap semoga Ken benar-benar mau menjadi temannya. Alsa sudah lelah dikucilkan di sekolah.
Mereka mengendarai motor dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang lumayan padat juga terik matahari yang tak terlalu menyengat siang ini.
Beberapa kali Ken membetul kan posisi tangan Alsa untuk memeluk perut sixpacknya agar tak terjatuh. Namun, gadis itu kembali menarik kedua tangannya dan memilih menumpukan telapak tangan tersebut pada pahanya sendiri.
Ken menghentikan laju motornya di depan sebuah apartmen Alsa, bersamaan dengan Davin yang baru sampai menggunakan mobil Ferrari hitam pria itu.
Davin turun dari mobil dan disambut Alsa juga Ken yang langsung mencium punggung tangannya dengan sopan. Ya, memang kebiasaan Alsa adalah selalu mencium punggung tangan Davin ketika hendak berangkat atau pulang sekolah. Dan kakaknya pun sangat senang dengan sikap sopan Alsa yang jarang di temui pada gadis seusianya.
"Terimakasih ya, Kenzo. Sudah mengantarkan adik saya pulang," ucap Davin sambil tersenyum ramah.
"Sama-sama, Pak. Lagi pula kita juga searah," jawab Ken kikuk. Pasalnya dari semua guru hanya Davin lah yang sering menghukum bahkan menjewer pemuda itu lantaran Ken yang selalu bersikap semaunya sendiri.
Bagi Davin pemuda di depannya ini adalah sosok yang pendiam namun menjengkelkan. Sementara Ken menilai Davin adalah guru yang berwajah tampan bak Dewa Yunani, namun berjiwa killer.
Dari semua siswa siswi di sekolahnya, hanya Ken lah yang tahu mereka berdua bersaudara. Bahkan, hanya beberapa guru saja yang tahu perihal hubungan itu.
"Ya udah, Ca, gue pulang dulu ya. Saya pamit dulu, Pak Davin," pamit Ken pada mereka dan di balas senyum tulus keduanya.
Sepeninggal Ken, Davin langsung mengajak Alsa masuk ke apartnya, kemudian memesan makanan karena Davin tahu pasti adiknya kelelahan jika harus memasak makanan sepulang sekolah.
***
Alsa tengah belajar di kamarnya dengan serius, padahal jam sudah menunjuk kan pukul 21.00 malam. Namun sang kakak belum kembali juga dari rumah keluarganya.
Gadis itu khawatir juga takut terjadi sesuatu pada Davin, ia tak tahu lagi bagaimana nasibnya jika Davin tak lagi disisi Alsa.
Berdoa pada Tuhan semoga Davin selalu dalam lindungan-Nya, kemudian Alsa menutup buku pelajaran fisika dan beranjak tidur.
Di lain tempat, Davin tengah duduk bersama keluarganya di ruang tamu. Seorang wanita cantik seusia Davin tengah memandang kagum padanya. Lelaki itu berdecak kesal, ia merasa risih ditatap dengan intens. Apalagi pelakunya seorang wanita.
Bahkan sesekali wanita itu menyentuh punggung tangan Davin, namun segera ditepis oleh pria berwajah dingin tersebut.
"Maaf, Pa, tapi saya gak bisa menikah dengan Sherly. Saya belum ada pikiran untuk kembali menjalin hubungan dengan siapa pun," ucap Davin mantap dan formal. Ia memang sama sekali tak tertarik dengan wanita di sebelahnya.
Apa lagi sekarang pikirannya hanya terfokus pada Alsa yang sedang di apartemen-nya seorang diri. Ia ingin segera pulang.
"Tapi, Davin. Kamu adalah putra sulung papa, penerus perusahaan ditambah lagi kamu sudah 2 tahun hidup sendiri tanpa istri. Jadi tidak ada salahnya untuk mencari seorang pengganti Alea yang akan mengurus hidup kamu," ucap Frans panjang lebar. Davin hanya menghembuskan napas kasar. Ia benar-benar sangat lelah sekarang.
"Maaf, Pa, tapi selama ini saya mampu mengurus diri sendiri. Dan lagi ada Alsa yang selalu memperhatikan saya. Jadi rasanya saya belum membutuhkan pendamping," selama ini memang Alsa mengurus semua keperluan Davin dengan baik dan sempurna seperti halnya Alea sang istri, hanya kebutuhan biologisnya-lah yang tak dapat dipenuhi. Namun lelaki itu tak ambil pusing, ia masih bisa menahan hasratnya.
"Jadi kamu masih mengurus anak itu?" tanya Frans emosi, pasalnya sang ayah memang tak menyetujui Davin menikah dengan Alea. Dan ketika mendengar Davin masih berhubungan dengan Alsa yang notabene adik Alea, tentu ia sangat murka.
"Anak itu punya nama, Pa. Namanya Alsa," ucap Davin sedikit meninggikan nadanya.
"Papa tidak perduli siapa nama dia, yang jelas sekarang kamu harus menikah dengan Sherly dan tinggalkan gadis itu! Dia tidak ada hubungan darah dengan kita! Apa kata tetangga nanti, Davin?"
"Saya gak perduli, Pa. Toh mereka hanya bisa berkomentar dan mencari keburukan orang lain tanpa tahu kejadian sebenarnya. Alsa tidak memiliki keluarga lagi selain saya. Jadi maaf, sampai kapanpun saya akan tetap ada untuk Alsa, karena dia adik saya." Davin terang-terangan membela Alsa di depan kedua orang tuanya, orang tua Sherly juga Sherly yang sudah menanam kebencian pada gadis yang bahkan ia tak tahu rupanya seperti apa.
"Keluarganya saja tidak mau perduli dengan gadis itu, lalu kenapa kamu harus perduli, Davin? Kamu juga masih memiliki seorang adik yang membutuhkan perhatianmu," ucap papanya mengingatkan Davin jika ia masih punya tanggung jawab lain yang lebih penting.
"Jangan membanding kan mereka, Pa. Grace dan Alsa tentu berbeda, Grace masih memiliki kita dan mendapatkan kasih sayang yang utuh. Sedangkan Alsa? Dia hanya sendirian di dunia ini, Pa. Saya harap Papa masih memiliki sedikit hati nurani agar bisa memahami kondisi Alsa, setidaknya berbaik hatilah demi kemanusiaan," ucap Davin tak merendahkan suaranya. Papanya menggeram kesal.
"Berani sekali kamu menentang Papa, Davin! Ini semua gara-gara anak sialan itu!" Davin sudah sangat meradang dan tak tahan mendengar Alsa terus dihina papanya. Ia berdiri dan memutuskan untuk pergi sebelum emosinya meledak.
Ia masih menghormati papanya.
"Maaf, pa. Saya harus segera pulang, Alsa membutuhkan saya di rumah." Davin pamit pada kedua orang tuanya, meski sang papa menolak bersalaman dengan Davin.
Sherly ikut berdiri, ia berjalan ke arah Davin dan mengamit lengan pria itu dengan cepat. Davin yang risih hanya berdecak kesal, tak peduli dengan kesan baik apa tidak dirinya di mata kedua orangtua Sherly.
"aku nginep di rumah kamu ya? Soalnya-kan kamar tamu di sini udah untuk tidur mama sama papa. Lagian rumah aku kan jauh," rengek Sherly yang membuat Davin jengah.
"Iya, Vin. Biar beberapa hari ini Sherly nginep di rumah kamu, ya? Lagiankan ada Alsa juga di apartemen kamu," ucap mamanya lembut.
Davin tak pernah bisa menolak keinginan mamanya, mau tak mau ia mengangguk.
"Jangan merepotkan saya, dan jaga sikap kamu di depan adik saya," ucap Davin formal, ia sungguh tak suka berurusan dengan wanita gatal seperti Sherly.
Bahkan Davin meninggalkan Sherly di belakang tanpa membantu wanita itu mengangkat koper berukuran sedangnya.
_______Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
sangat menarik juga keren thorrr,,,minta visualnya boleh gak thorrr 😁😁😁
2021-04-23
1
Jumanda Putri
mulai menarik thor🤗
2020-11-28
0
Sri Lestari
menarik kayaknya
2020-11-22
1