LARA

Setelah beberapa saat akhirnya mereka pun sudah sampai di rumah.

Mereka bertiga turun dari kendaraan, tetapi ada sebuah tatapan tajam dari Dika.

Dara yang sudah menangkap sinyal bahaya langsung menyuruh Meli untuk membawa Farel masuk.

"Dari mana kamu? harus berapa kali saya bilang jangan bawa Farel main di luar apalagi malam seperti ini...! " bentak Dika terhadap Dara,

"Dari taman, cuma sebentar doang" jawab Dara sambil menunduk, dia tahu kali ini salah tidak berani untuk menatap wajah suaminya yang sudah di penuhi amarah.

"Mau sebentar mau lama tetap saja kamu itu sudah membawa Farel keluar rumah" ucap Dika sambil membentak Dara, hingga dia terlonjak kaget.

"Iya, aku salah... Maaf" hanya itu yang bisa di ucapan Dara, dia berniat masuk untuk meninggalkan suaminya. Tetapi usaha nya sia-sia.

"Mau pergi ke mana kamu, jika suami lagi bicara dengerin sampai selesai bukan pergi begitu saja" kata Dika sambil mencengkram tangan Dara.

Dara pun meringis kesakitan "Bang... bisa kan marah nya di dalam rumah? nggak enak di liatin tetangganya, nanti kalau ada yang melaporkan mu gara-gara KDRT repot nanti" ucap Dara, sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan suaminya.

Dika berpikir sejenak, hingga akhirnya melepaskan cengkraman tangan nya.

Akhirnya Dara pun masuk ke dalam rumah dan di ikuti Dika.

Setelah berada di dalam rumah, niat Dika ingin mengikuti Dara sampai ke kamar. Tetapi, Dika di panggil Sherly "Sayang kamu mau ke mana? ngapain ngikutin dia! " kata Sherly dengan tatapan tajam.

Dika tanpa menjawab akhirnya berjalan mendekat ke arah sherly, Sherly yang menggunakan baju kurang bahan itu berhasil membuat Dika melupakan sejenak Dara.Sherly langsung merangkul tangan Dika dan bergelayut manja, Dika yang kurang iman langsung saja tergoda dengan buah kembar yang di sajikan oleh Sherly, meskipun tidak terlihat seutuhnya.

Hingga pada akhirnya Dika dan Sherly masuk ke dalam kamar yang sama.

Jika mereka pikir Dara tidak melihat nya itu salah besar ternyata, dia tidak langsung masuk ke kamar saat mendengar Sherly memanggil Dika. Dia hanya bisa mengusap dada dan membuangnya nafas dengan kasar.

Setelah menyaksikan itu semua, Dara pun langsung menyusul Farel ke kamarnya. Tidur mungkin pilihan yang tepat setelah seharian bekerja, dan berpikir tentang keras nya kehidupan yang di alami Dara. Terkadang Dara ingin bersikap masa bodoh dan tidak perduli, nyatanya tetap saja sakit ketika melihat suaminya bersama wanita lain.

Setelah sampai di kamar Dara pun masuk ke dalam toilet dan membersihkan tubuhnya sebelum tidur, mengingat tadi mereka habis dari luar dan bersentuhan dengan benda-benda umum.Setelah beres dengan semua ritualnya, Dara naik ke atas tempat tidur Farel di Sanah anak kecil itu baru saja terhibur. Mungkin lelah setelah bermain seharian dan di tambah lagi pergi ke taman, anak kecil itu langsung tertidur setelah berganti pakaian.

Dara menatap wajah polos sang anak yang terlihat tanpa Dosa, tetapi tersimpan banyak luka.

Salah besar jika orang tua menganggap anak kecil itu tidak tahu apa-apa tetang keadaan orang tuanya, justru anak kecil itu sangat peka terhadap keadaan lingkungan sekitar. Dia tahu dan paham apa yang terjadi terhadap kedua orang tua nya, hanya saja tidak bisa mengungkapkan.

Anak yang seperti ini biasanya, cenderung menjadi pendiam dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bahkan enggan mempunyai pasangan nantinya jika mereka sudah dewasa, mereka lebih tertutup terhadap dunia luar.

Setelah puas Dara menatap wajah sang anak, dia pun merebahkan tubuhnya di samping sang anak. Dengan perlahan nafas Dara pun mulai teratur, itu tandanya sang pemilik raga sudah berada di dalam mimpi.

Malam pun telah berganti dengan pagi, Seperti biasanya Dara mempersiapkan semua keperluan sang anak sebelum berangkat ke kantor. Dika dan Sherly sudah berada di ruang makan begitu pun dengan Dara, hanya saja Dara tidak mengijinkannya Farel untuk ikut sarapan bersama.

Setelah sarapan selesai Dara pun membuka suara"Bisa tidak kalian itu jangan terus berzina, nikah dulu lah. Lagian kamu jadi perempuan rendah amat derajatnya mau-maunya berhubungan tanpa pernikahan. Agama mana pun tidak memperbolehkan, kalau kamu hamil nanti anak yang di kandung kamu tidak berhak atas semua harta yang di milik bang Dika"ucap Dara dengan nada bicara pelan tetapi sangat menusuk ke jantung.

"Jaga bicara kamu! " ucap Sherly dengan nada bicara yang tinggi.

"nggak usah berteriak! saya tidak tuli dan semua omongan saya itu tidak salah" ucap Dara yang terlihat masih santai saja, ternyata dia sudah berhasil memancing Sherly untuk marah.

Sherly langsung menunjukkan raut wajah kesedihan dan teraniaya, di hadapan Dika.

"Sayang katanya kamu mau nikahin aku setelah mencerahkan dia" kata Sherly sambil memegang tangan Dika, dan raut wajahnya yang sedih.

"Lebih cepat lebih baik, saya sudah muak melihat kalian berdua yang sudah tidak punya etika dan rasa malu" kata Dara sambil menaruh sendok ke atas piring dengan kasar, sehingga menimbulkan bunyi yang lumayan keras. Setelah itu dia pergi berlalu meninggalkan pasangan selingkuh yang masih di meja makan.

Dika langsung melepaskan tangan Sherly dan bangkit dari duduknya lalu mengejar Dara.

"Sayang mau ke mana ko aku di tinggalin? kata Sherly.

Dika tidak menjawab pertanyaan sherly, bahkan menolehnya pun tidak.

Dengan gerakan cepat Dika mengejar Dara hingga ke dalam kamar.

Setelah sampai di kamar terlihat Dara yang sedang bersiap untuk segera pergi ke kantor.

" Maksud kamu apa bicara seperti itu tadi? "tanya Dika dengan tatapan tajam.

" Perkataan yang mana, aku lupa! "jawab Dara dengan singkat, sambil membawa tas dia akan segera pergi dari rumah. Sudah sesak rasanya berada di antara mereka.

" Semua dari perkataan kamu, apa kamu tidak suka melihat ku seperti itu bersama orang lain? "tanya Dika terhadap Dara.

" Kamu sadar nggak ngomong seperti itu! istri manapun tidak rela melihat suaminya menyentuh wanita lain, tidak di akui di depan umum bagi ku tidak masalah tetapi saat kamu tidur bersama nya di rumah ini, Sakit bang...kamu itu punya hati nggak sih? "ucap Dara dengan nada yang mulai meninggi.

" Oh jadi kamu mau juga...yuk kita lakukan sebelum berangkat kerja toh ini masih ada waktu kan"kata Dika sambil mendekat ke arah Dara, dan Dara pun mundur untuk menghindari suaminya. Hingga Dara mentok di ujung ranjang, Dika terus mendekat dan mendorong Dara hingga jatuh di atas tempat tidur dengan terlentang.

Dika langsung mengungkung tubuh Dara, Dika sudah berada di atas tubuh Dara. Meskipun Dara memberontak tetap saja tenaga yang di miliki Dika lebih kuat.