Didalam plot yang sama, teknik penulisan yang baik dapat lebih memobilisasi emosi pembaca.
Berikut adalah dua cara untuk membangkitkan emosi pembaca：
(1) perspektif Tuhan atau sudut pandang ketiga oleh pembaca
Terkadang karya horor juga harus pandai menggunakan perspektif sudut pandang ketuga ini
Artinya, pembaca tahu bahwa protagonis dalam bahaya, tetapi protagonis tidak mengetahuinya, dan bahkan mendorong dirinya sendiri ke dalam situasi yang lebih berbahaya.Pembaca yang membacanya akan sangat cemat, namun dia tidak ada cara untuk membantuinya.
(2) Kontras samping
Jangan menggambarkan hantu, pembunuh berantai, dll dalam aspek visual yang monoton. Ini tidak ada rasa masuk ke dalam peran untuk beberapa pembaca yang tidak pandai berimajinasi. Jika bisa, di plot yang memungkinkan, teman-teman semuanya bisa menggambarkan hantu melalui pendengaran, sentuhan, bahkan rasa, deskripsi visual harus dilakukan ketika protagonis pertama kali menemukan hantu, tetapi sentuhan dan pendengaran tidak harus menemukan hantu pertama kali, bisa aja hantu disekitar protagonis tapi tidadk menyadarinya, seperti contoh protagonis memeluk hantu untuk tidur barengan, dia mengira kalau itu adalah pasangannya, mendengar suara yang aneh malah berpikir itu adalah halusinasi pendengaran, pada saat dia menemukannya, semuannya sudah terlambat, dan rasa ngeri ketakutan juga melonjat tinggi.
Misalnya, gorden tiba-tiba bergerak, cangkir tiba-tiba pecah dengan sendirinya, TV sendiri tiba-tiba memutarkan video horror, ketika lingkungantiba-tiba menjadi sunyi, tampaknya aman, dan para pembaca menghela nafas lega, tiba-tiba barang yang membuat orang merasa menakutkan secara visual tiba-tiba muncul, ini bisa menciptakan perasaan yang gemetar dan menyeramkan.
