Pembaca merasa ketakutan ketika menonton karya horor karena mereka telah menggantikan diri mereka sendiri menjadi protagonis dan ke dalam lingkungan yang menakutkan.
Oleh karena itu, emosi protagonis yang disebutkan di sini sebenarnya adalah perasaan yang ingin kita sampaikan kepada pembaca dalam tulisan kita.
Ketika pembaca menonton karya horor, hal pertama yang mereka harapkan adalah ketegangan yang didapat melalui berbagai setting supernatural dan konflik adegan, seperti hitungan waktu yang mundur, setiap kali saatnya tiba, seseorang akan mati secara misterius, Saat tanggal kematian protagonis mendekat, pembaca juga akan menjadi gugup.
Kedua, dalam lingkungan krisis, protagonis tidak berdaya dan tidak tahu bagaimana melawan. Misalnya, protagonis ada di depan anaknya, tetapi tubuhnya dikendalikan oleh iblis, dia tidak bisa mengendalikannya namun perlu rasional, dia hanya bisa menonton tanpa daya, tubuh anaknya dimanupulasi dan dia membunuh anaknya sendiri;
Kemudian protagonis akhirnya melihat harapan, tetapi menemukan bahwa perlawanan sendiri tidak berguna dan putus asa. Misalnya, protagonis akan mati karena sakit, Untuk bertahan hidup, dia melakukan berbagai metode, dan akhirnya menemukan cara sihir untuk bertetap hidup.Sebelum protagonis senang, dia menyadari bahwa syarat hidupnya adalah membunuh seseorang setiap hari, jika ia tidak melakukannya maka dia akan menjadi zombie ...
Dan protagonis harus berbeda dari orang lain, semua orang bisa melihat hantu, maka itu tidak akan menakutkan. Tapi disiang hari penuh dengan orang, pada saat ini, protagonis pria melihat hantu, tetapi orang-orang sekitarnya tidak menemukannya dan mereka tidak percaya bahwa protagonis pria melihat hantu. Protagonis pria yang hidup didalam kalangan ramai, tetapi tidak ada yang bisa membantuinya, maka perasaan tidak berdaya tercipta.
Ini semua adalah faktor yang membuat karya horor lebih menarik, jadi plot kita juga harus dikembangkan sesuai faktornya dan mendorong garis utamanya. Jika lingkungan psikologis di atas ini tidak dapat dipenuhi dan itu bukan plot yang mendorong alur maka adegan seperti ini boleh dihapuskan, jika tidak, maka kepuasaan emosional tidak dirasakan oleh pembaca, kemungkinan besar pembaca akan meninggalkannya novel tersebut.
