Kembali di markas Hannam-dong, ketegangan mencapai titik didih. Wajah Jin, yang biasanya cerah, masih pucat ketika dia melaporkan pertemuannya dengan pria misterius itu.
"Dia tahu segalanya, Namjoon-ah," lapor Jin, tangannya gemetar sedikit saat meletakkan gelas anggur yang tidak disentuhnya. "Kode panggilan kita. Shadow Protocol. Bahkan... dia menyebutku 'Eagle Three'. Itu adalah kode internal yang bahkan tidak semua orang di NIS tahu."
Dia menatap keenam anggota timnya. "Dan dia bilang... 'Geumjeong' menyampaikan salam."
Yoongi, yang sedang duduk di depan konsolnya, langsung membeku. Jari-jemarinya yang biasanya lincah berhenti di atas keyboard. "Geumjeong... Jadi benar."
"Dan dia tidak bekerja sendirian," tambah Jin. "Itu artinya ada organisasi di balik ini."
Namjoon berdiri, wajahnya seperti patung granit. "Mereka tidak lagi bermain-main dari bayangan. Mereka mendatangi kita secara langsung. Ini adalah pesan yang jelas: 'Kami ada di mana-mana, dan kami tidak takut'."
"Pria itu, bisa kamu jelaskan lagi?" pinta Jimin, sudah memegang tabletnya untuk membuat profil.
"Tinggi sekitar 180 cm, rambut hitam rapi, mata tajam seperti elang. Pakaiannya sangat mahal, jam tangannya adalah Patek Philippe yang langka. Caranya bicara... seperti dia yang memegang kendali atas segalanya. Dia sangat percaya diri," jelas Jin.
Taehyung, yang sedang memeriksa rekaman keamanan acara gala dari kamera tersembunyi di cufflink Jin, menggelengkan kepala. "Tidak ada wajahnya yang tertangkap dengan jelas di balkon. Dia selalu membelakangi kamera utama. Profesional."
"Choi Yuna," desis Hoseok. "Dia yang membawa Jin Hyung ke pria itu. Dia pasti terlibat."
"Atau dia hanya dimanfaatkan," kata Jimin. "Socialite seperti dia sering tidak menyadari bahwa mereka menjadi pion dalam permainan yang lebih besar."
"Tidak peduli," potong Namjoon. "Sekarang kita punya dua target: mengidentifikasi pria misterius ini dan menemukan 'Geumjeong'. Suga, ini wilayahmu. Jejak digital Geumjeong—apakah ada sesuatu yang bisa kita lacak?"
Yoongi sudah kembali mengetik dengan cepat. "Aku sudah masuk ke arsip lama NIS tentang kasus Geumjeong. Dia adalah hantu. Selama aktif lima tahun lalu, tidak ada satu pun jejak identitas aslinya yang tertinggal. Dia seperti... tidak pernah ada." Yoongi menghela napas frustrasi. "Tapi style-nya unik. Dia selalu meninggalkan 'cap jari' digital—sebuah urutan kode tertentu yang disisipkan di deep layer program, seperti seniman yang menandatangani karyanya."
"Dan kamu menemukannya dalam kode serangan misil hantu?" tanya Jungkook.
"Ya, tapi sangat samar. Seperti seseorang yang mencoba menirunya, atau... Geumjeong sendiri yang sedang menyamar agar tidak dikenali," jawab Yoongi. "Aku perlu membandingkannya dengan sampel asli dari peretasan bank Pyongyang."
Dia membuka beberapa jendela, memuat kode-kode lama yang disimpan di server terpencil NIS. Semua mata tertuju pada layar besar saat dua blok kode berdampingan.
"Serangan Pyongyang dulu..." Yoongi memperbesar satu bagian. "Lihat di sini. Dia selalu menggunakan loop yang tidak biasa, sebuah algoritma redundansi yang dia namai 'Jangusan' (잔구산) — seperti nama gunung. Itu adalah trademark-nya."
Kemudian dia menunjuk ke kode serangan misil. "Dan di sini... ada jejaknya. Sangat tersembunyi, di antara ribuan baris kode sampah. Sebuah fragmen kecil dari loop 'Jangusan' yang sama."
"Jadi itu memang Geumjeong," simpul Namjoon. "Atau seseorang yang sangat mempelajarinya."
"Tapi kenapa sekarang?" gumam Jimin. "Setelah menghilang selama bertahun-tahun, kenapa dia muncul kembali dengan menyerang negaranya sendiri?"
"Motif," jawab Jin, kembali ke dirinya yang analitis. "Mungkin dia diculik, diancam. Atau mungkin dia selalu bekerja untuk Korea Utara, dan sekarang mendapat perintah untuk memicu perang."
"Atau," Taehyung tiba-tiba berbicara, suaranya tenang namun menusuk, "mungkin dia punya alasan pribadi. Seperti yang Jimin bilang, pengkhianatan sering berasal dari rasa dikhianati."
Yoongi mengangguk pelan. "Aku akan mencoba masuk lebih dalam. Mungkin ada sesuatu yang terlewat di arsip lama." Jari-jemarinya kembali menari, membuka folder-folder rahasia yang bahkan dianggap tidak penting oleh NIS. Laporan-laporan lama, email yang diarsipkan, catatan investigasi yang gagal.
Tiba-tiba, dia berhenti. Matanya membelalak. "Apa ini...?"
"Apa, Hyung?" Jungkook mendekat.
"Laporan insiden kecil lima tahun lalu, sekitar sebulan sebelum Geumjeong menghilang," kata Yoongi, suaranya bergetar. "Sebuah kecelakaan mobil di daerah Itaewon. Seorang ahli kriptografi muda NIS tewas dalam kecelakaan itu. Namanya... Lee Ji-soo."
Dia menatap layar, wajahnya pucat. "Dan di catatan tambahan yang tidak diverifikasi... ada desas-desus bahwa Lee Ji-soo adalah calon istri dari seorang agen NIS lain. Seorang agen yang sangat berbakat di bidang cyber intelligence... yang kemudian menghilang tak lama setelah kematiannya."
Ruangan itu sunyi.
"Kamu pikir..." Jimin mulai.
"Geumjeong adalah agen NIS itu," potong Namjoon, menyelesaikan kalimat Jimin. "Dia menghilang karena patah hati, atau marah karena kematian tunangannya yang mungkin bukan kecelakaan biasa."
"Dan sekarang dia kembali untuk balas dendam," tambah Hoseok dengan suara lirih. "Dia merasa NIS mengkhianatinya dengan membunuh orang yang dicintainya."
Itu adalah potongan puzzle yang sangat penting. Motif personal. Itu menjelaskan mengapa serangannya begitu dalam dan personal, mengapa dia menggunakan logo BTS—sebagai simbol pengkhianatan terhadap institusi yang dia benci.
"Kita harus menemukan identitas asli Geumjeong," kata Namjoon. "Jika kita tahu siapa dia, kita mungkin bisa memprediksi gerakannya, atau bahkan... membujuknya."
Tiba-tiba, semua lampu di ruang bawah tanah itu padam. Layar-layar komputer mati. Hanya cahaya darurat merah redup yang menyala, memberikan bayangan menyeramkan pada wajah-wajah mereka.
"Serangan?" teriak Jungkook, bersiap dalam posisi bertarung.
"Tidak," jawab Yoongi, mencoba menyalakan generator darurat. "Ini... ini dari dalam. Sistem keamanan markas kita sendiri yang mengunci diri."
Sebuah pesan muncul di ponsel khusus mereka, satu per satu. Bukan melalui saluran enkripsi, tetapi melalui jaringan biasa, seperti SMS.
Pesan: "Pertanyaan yang bagus, Agent Min. Tapi apakah kalian siap untuk jawabannya? - G"
Mereka saling memandang dengan kengerian yang sama. Geumjeong tidak hanya tahu identitas mereka. Dia telah menyusup ke dalam markas rahasia mereka, mendengarkan setiap kata yang mereka ucapkan.
Perburuan itu telah berbalik. Sekarang, merekalah yang menjadi buruan.
TBC
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 13 Episodes
Comments