Bab 4 - Diplomasi dan Dagger di Balik Sutra

Kembali di markas Hannam-dong, kelegaan setelah mencegah perang palsu dengan cepat digantikan oleh kecemasan yang lebih dalam. Mereka tidak hanya dikejar oleh waktu, tetapi juga oleh bayangan yang mengetahui setiap langkah mereka.

"Laporan resmi NIS menyatakan itu adalah 'glitch sistem besar-besaran'," ucap Yoongi, matanya masih menatap layar yang sekarang menunjukkan laporan berita yang dipermak. "Media membelinya. Tapi di dalam, semua orang panik. Mereka tahu itu serangan."

"Dan kita adalah satu-satunya yang tahu betapa dalamnya lubang ini," tambah Namjoon, berdiri di depan peta digital yang sekarang menunjukkan jaringan sosial elite Seoul. "Jin Hyung, waktumu telah tiba. Acara gala amal untuk pendanaan seni itu adalah tempat yang sempurna. Semua orang yang kita curigai akan hadir. Wakil Direktur Kang, Dr. Lee, bahkan Jenderal Choi."

Jin, yang sudah kembali mengenakan tuksedonya yang sempurna, mengangguk sambil merapikan cufflink-nya di depan cermin. "Worldwide Handsome siap untuk bertugas. Aku akan membuat mereka makan dari telapak tanganku." Dia melontarkan senyum khasnya, tetapi matanya tajam, seperti elang yang mengincar mangsanya.

"Target utama adalah Wakil Direktur Kang," jelas Namjoon. "Dia yang paling punya akses dan otoritas untuk memfasilitasi serangan dari dalam. Jimin, apa insight terakhirmu tentangnya?"

Jimin mendekat, membawa tabletnya. "Dari analisis pola pembicaraan dan bahasa tubuhnya dalam wawancara publik, ada inkonsistensi. Dia sering menyentuh dasinya ketika berbicara tentang 'keamanan nasional'. Itu bisa tanda kecemasan atau kebohongan. Dan... istrinya baru-baru ini menghabiskan banyak waktu di luar negeri, di Swiss. Tagihan kartu kreditnya menunjukkan pembelian perhiasan yang sangat mahal, tidak sesuai dengan gaji pegawai negeri."

"Motif keuangan," gumam Namjoon. "Klasik. Jin Hyung, cari celah itu. Tapi hati-hati. Dia bukan orang bodoh."

"Bukan orang bodoh, tapi setiap orang punya kelemahan," balas Jin dengan percaya diri. "Bahkan aku. Kelemahanku adalah terlalu tampan. Itu beban yang harus kubawa." Dia mengedipkan mata, mencairkan ketegangan sejenak.

Sementara itu, di sudut ruangan, Jungkook masih terpaku pada data serangan siber. "Hyung," panggilnya pada Yoongi. "Aku menemukan sesuatu yang aneh. Jejak kode yang digunakan untuk memicu alarm misil... ada signature-nya. Sangat samar, tapi mirip dengan style hacker yang dijuluki 'Geumjeong' (금정) beberapa tahun lalu. Dia menghilang setelah meretas sistem perbankan Pyongyang."

Yoongi langsung mendekat. "Geumjeong? Itu legenda. Tidak ada yang tahu identitas aslinya. Jika itu dia... dan dia sekarang bekerja untuk musuh kita..." Dia menggelengkan kepala. "Ini jauh lebih buruk dari yang kita kira."

Lokasi: The Shilla Hotel, Ballroom Utama.

Cahaya kristal memantulkan kilauan perhiasan dan gelas anggur. Suara tawa dan gemerincing gelas berbaur dengan alunan musik chamber yang elegan. Jin, sebagai Kim Seokjin, superstar global, adalah pusat perhatian sejak dia melangkah masuk. Kamera berkedip, wanita-wanita melirik, dan para petinggi berebut untuk bersalaman dengannya.

Dia tersenyum, berpose, dan bercanda dengan mudah, tetapi matanya yang tajam terus memindai ruangan. Dia melihat Wakil Direktur Kang sedang berdiri dekat bar, tampak sedang terlibat percakapan serius dengan Dr. Lee si ilmuwan. Jenderal Choi sedang asyik berbincang dengan sekelompok industrialis.

Dengan segelas champagne di tangan, Jin berkeliling, menyapa orang-orang yang dia kenal. Dia adalah master dalam seni percakapan ringan, mengalir dari topik seni ke politik dengan mulus. Setelah beberapa menit, dia "tidak sengaja" berada di dekat Wakil Direktur Kang.

"Ah, Wakil Direktur Kang! Sungguh kejutan yang menyenangkan melihat Anda di sini," ucap Jin dengan hangat. "Saya pikir Anda akan sibuk menjaga keamanan negara kita yang berharga ini."

Kang menoleh, sedikit kaget, sebelum wajahnya menyembulkan senyum diplomatik. "Kim Seokjin-ssi. Bahkan benteng pertahanan membutuhkan seni untuk tetap waru, bukan?" Balasannya halus, tetapi Jin menangkap sedikit kejanggalan di caranya mengambil gelas.

"Tentu saja," jawab Jin sambil tersenyum. "Kata-kata yang bijaksana. Kebetulan, istri saya—maksud saya, manajer saya—baru saja kembali dari Jenewa. Dia bilang pemandangan di sana luar biasa. Katanya Anda dan istri baru saja berkunjung ke sana juga? Dunia ini kecil sekali."

Sekejap saja, sangat cepat, mata Kang melebar sedikit. Itu adalah reaksi mikro yang hampir tak terlihat. "I-Iya, betul. Istri saya... menghadiri konferensi medis." Dia dengan cepat meneguk anggurnya.

"Ah, dokter ya? Hebat," ujar Jin dengan santai. "Dia pasti orang yang sangat sibuk. Seperti Anda. Saya tidak tahu bagaimana Anda mengatur waktu antara tuntutan pekerjaan yang begitu berat dan kehidupan keluarga." Jin berpura-pura memperhatikan sebuah lukisan di dekat mereka. "Terkadang, tekanan itu pasti besar. Terutama dengan berita-berita tentang... 'glitch sistem' belakangan ini. Itu pasti membuat stres."

Wajah Kang berubah pucat. "Itu hal teknis. Tim kami sedang menanganinya." Dia mulai tidak nyaman. "Maaf, Seokjin-ssi, saya harus menemui seseorang."

Tapi Jin tidak selesai. Dengan suara rendah, hampir seperti bisikan, dia berkata, "Wakil Direktur, tekanan finansial bisa menjadi beban yang sangat berat bagi siapa pun. Terkadang, jalan keluar yang ditawarkan tampak seperti berkah... sebelum berubah menjadi jerat."

Kang membeku. Dia menatap Jin, dan untuk pertama kalina, topeng diplomatnya benar-benar jatuh. Di matanya terlihat ketakutan yang dalam, dan... sebuah peringatan. Dia membuka mulutnya untuk berkata sesuatu, ketika tiba-tiba...

"Kim Seokjin-ssi! Di sinilah Anda!"

Seorang wanita cantik dengan gaun merah menyala mendekat. Itu adalah Choi Yuna, socialite ternama yang dikenal sebagai "Ratu Seoul". Dia menyelipkan tangannya ke lengan Jin. "Anda harus datang dan bertemu dengan tamu khusus kita dari Paris!"

Dia menarik Jin pergi dengan paksa. Sebelum pergi, Jin sempat melirik ke arah Kang. Wakil Direktur itu telah berbalik, punggungnya terlihat kaku, dan dia segera menghilang ke dalam kerumunan.

Kembali di Markas.

"...Dia ketakutan," laporkan Jin melalui kom miniatur di cufflink-nya. "Bukan ketakutan orang bersalah, tapi ketakutan orang yang terjebak. Dan wanita itu, Choi Yuna, dia menarikku pergi tepat sebelum Kang mengatakan sesuatu. Itu terlalu kebetulan."

"Choi Yuna," gumam Namjoon. "Dia punya koneksi ke mana-mana. Industri hiburan, politik, militer... Dia bisa menjadi mata-mata, atau bahkan dalangnya."

"Atau dia hanya socialite yang ingin berfoto dengan Worldwide Handsome," seloroh Jin, mencoba meringankan suasana.

"Jangan meremehkan apa pun, Hyung," peringatan Jimin melalui kom. "Psikopat level tinggi sering kali bersembunyi di tempat terbuka."

Tiba-tiba, Yoongi yang sedang memantau komunikasi Jin membungkuk mendekati mikrofon. "Jin Hyung, kamu dijepit bug. Sinyal kecil, sangat canggih. Mungkin dipasang di gelasmu atau oleh Choi Yuna tadi."

Jin tetap tenang. "Apa yang harus kulakukan?"

"Main saja along. Tapi berhati-hatilah dengan setiap kata," instruksi Namjoon.

Beberapa menit kemudian, saat Jin sedang berbicara dengan sekelompok diplomat, Choi Yuna kembali mendekat. "Seokjin-ssi, ada seseorang yang sangat ingin bertemu dengan Anda. Seorang kolektor seni yang sangat mengagumi Anda."

Dia membimbing Jin ke sebuah balkon pribadi yang sepi. Di sana, seorang pria dengan setelan gelap yang sempurna berdiri membelakangi, menatap pemandangan Seoul.

"Terima kasih, Yuna-ssi," kata pria itu tanpa menoleh. Suaranya dalam dan berwibawa. Choi Yuna mengangguk dan meninggalkan mereka.

Pria itu berbalik. Wajahnya tampan, dengan senyum yang dingin dan mata yang seperti bisa melihat langsung ke dalam jiwa. Jin tidak mengenalinya.

"Kim Seokjin. Atau harusnya saya memanggilmu 'Agent Jin'?" ucap pria itu, senyumnya semakin lebar. "Atau... 'Eagle Three'?"

Jin merasa darahnya membeku. Namun, wajahnya tetap menunjukkan ekspresi bingung yang sempurna. "Maaf? Saya pikir ini tentang donasi untuk seni?"

Pria itu tertawa kecil. "Jangan main-main dengan saya. Kami tahu siapa kalian. Ketujuh kalian. 'Shadow Protocol' adalah lelucon yang menyedihkan."

Dia mengambil segelas anggur dari nampan pelayan yang lewat dan menyerahkannya pada Jin. "Misi kalian sudah berakhir sebelum dimulai. Serangan tadi hanyalah sapaan tangan. Selanjutnya... akan lebih personal."

Dia mendekatkan diri, berbisik. "Katakan pada Kim Namjoon... 'Geumjeong' menyampaikan salam. Dan dia tidak bekerja sendirian."

Sebelum Jin bisa bereaksi, pria itu sudah berbalik dan menghilang ke dalam kerumunan, meninggalkan Jin berdiri sendirian di balkon dengan segelas anggur dan sebuah ancaman yang sangat, sangat nyata.

Musuh mereka tidak hanya tahu identitas mereka. Mereka berani mendekati mereka secara langsung. Permainan ini baru saja naik level, dan taruhannya adalah nyawa mereka sendiri.

TBC

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play