GETAR ASMARA YANG TERPENDAM

Malam harinya, Alexander membuka buku hariannya. Sejenak, dia kembali teringat akan Sharon, mantan kekasihnya yang justru memilih menikahi sahabatnya.

"Uhm ... sudah saatnya lupakan kekecewaanku pada Sharon," katanya dalam hati.

Alexander tersenyum.sendirian. Dia mengambil bulu ayam dan tinta, lalu mulai menuliskan sesuatu di dalam diarynya dalam bahasa Belanda.

"Batavia, 4 juni 1795

Mijn dagboek,

Vanmiddag ben ik aangekomen in Nederlands-Indië. Ik vind dit land zo aangenaam. Vriendelijke mensen. Weet je wat mij gelukkig maakt?

Dewi. Het cakemeisje. Een zachtaardig en mooi meisje. Oh, mijn dagboek. Het voelde alsof ik zo lichtzinnig vrede had gesloten met mijn verleden met Sharon. Ik wil een nieuw hoofdstuk beginnen met haar, het cakemeisje, Dewi."

(Batavia, 4 Juni 1795

Buku Harianku,

Baru siang tadi aku datang di Hindia Belanda. Kurasakan tanah ini begitu menyenangkan. Orangnya ramah. Tahu apa yang buat aku senang?

Dewi. Gadis penjual kue itu. Gadis yang lembut dan cantik. Oh, Buku Harianku. Rasanya aku sudah begitu ringan berdamai dengan masa laluku bersama Sharon. Aku ingin awali lembaran baru bersama dia, sang gadis penjual kue, Dewi.)

Alexander tersenyum manis sambil menutup buku hariannya. Tak lama kemudian, pintu messnya diketuk.

"ja voor een moment," kata Alexander sambil melangkah ke arah pintu.

(Ya, Sebentar)

Pintu di buka. Dan muncullah Ernest, orang yang tadi menjemputnya.

"Ernest, kom alsjeblieft binnen," kata Alexander mempersilahkan Ernest masuk.

(Ernest, silahkan masuk)

Ernest masuk, dan langsung duduk di ruang tamu. Dia langsung menyerahkan surat penugasan kepada Ernest. Ernest membacanya. Dia tersenyum.

"Goed, Ernest. Morgen ben ik klaar om te werken," kata Ernest sambil melipat surat penugasannya.

(Baiklah, Ernest. Besok saya sudah siap bekerja)

Ernest tersenyum. Dia langsung pamit kelur dari Mess Alexander. Sepeninggal Ernest, Alexander memandangi bintang yang bersinar cerah. Dia tersenyum mengingat perkenalannya dengan Dewi.

"Dewi, als ik de sterren zie die helder aan de hemel schijnen, wil ik terugkijken naar je stralende gezicht dat de duisternis van mijn hart siert," kata Alexander dalam hati sambil memandangi bintang malam yang bersinar.

(Dewi, andai kulihat bintang yang bersinar cerah di langit, ingin ku pandangi kembali wajahmu yang berseri menghiasi gelapnya kalbuku.)

Sementara itu, di gubuknya Dewi dan ibunya sedang memasak kue untuk dijual esok harinya. Dewi tampak begitu ceria. Lebih ceria dari biasanya. Sukma, ibunya keheranan.

"Dewi, dari tadi ibu lihat kamu, koq kelihatan ceria. Beda dari biasanya," kata Sukma.

Dewi tersenyum manis. Sambil menghaluskan singkong rebus, Dewi akhirnya menceritakan pertemuannya dengan Alexander.

"Bu, tadi aku bertemu dengan kompeni yang baik hati. Katanya sih, itu pengganti Letnan Aart yang baru saja dipindah tugaskan di daerah Buintezorg," kata Dewi.

Sukma begitu antusias. Dia kembali bertanya.

"Oh ya. Uhm ... orangnya bagaimana?" tanyanya.

Dewi tersenyum. Dia sejenak tenggelam dalam lamunannya. Dia teringat akan pesona ketampanan Alexander.

"Eh, Dewi. Di tanya ibu malah diam?" tegur Sukma.

Dewi tersadar dari.lamunannya. Dia tersenyum manis.

"Bu, pejabat yang baru ini ramah. Dia baik sekali pada orang pribumi sepertu kita. Tadi saja Dewi di beri uang lebih," kata Dewi.

Sukma teringat ketika Letnan Aart berkuasa. Alih-alih dapat untung dari dagang kue.Justru Dewi sering rugi karena modal habis. Karena itulah, terpaksa Sukma berhutang pada Larso yang seorang tuan tanah dan rentenir yang licik. Sukma begitu khawatir melihat sikap Larso yang sering genit terhadap Dewi, anaknya.

"Semoga dengan di gantinya Letnan Aart kejahatan Larso segera berakhir," bathinnya.

Tanpa mereka ketahui, rupanya percakapan mereka di dengar Larso.

"Sial! Pantas saja tadi aku cari Letnan Aart tidak ada. Ternyata, dia di pindah tugaskan ke daerah lain," bathinnya.

Larso merasa resah. Selama ini, dia banyak diuntungkan oleh Letnan Aart. Tak heran Larso begitu resah..Selama ini, dia dengan mudah menyuap Aart, sehingga setiap kejahatannya selalu mulus. Dengan perasaan resah, dia pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, Dewi berniat berangkat jualan. Dia bawa kue-kue di kerajang dan memikulnya di atas kepalanya.

"Kue ... kue ... ," teriaknya menawarkan dagangannya.

Dewi berjalan sambil membawa dagangannya ke arah loji yang tak begitu jaub dari rumahnya. Sambil berjalan, dia cari pelanggan. Dan, di tengah jalan dia di cegat Larso. Dewi tampak risau.

"Dewi Sayang, daripada jualan kue, mending nikah sama akang. Hitung-hitung, bisa lunasi hutang ibu," kata Larso merayu Dewi.

Larso menyentuh dagu Dewi dengan genit. Dewi yang merasa risih segera mengjindar dari Larso. Larso hanya tersenyum licik melihat Dewi yang kabur.

"Lihat saja, Dewi. Ibumu telah berhutang kepadaku, dan bunganya segera membengkak. Sekarang kamu bisa menolak, tapi bulan depan, lihat saja. Kamu gak bakal ada pilihan selain menikah dan jadi gundikku," bathinnya.

Dewi tampak berlari terengah-engah ketika masuk di daerah loji. Ketika itu, Alexander habis lari pagi. Dia keheranan melihat Dewi yang ketakutan.

"Dewi. Apa yang terjadi? Mengapa u begitu ketakutan?" tanya Alexander.

Dewi tak menjawabnya. Nafasnya tersengal dan wajahnya ketakutan. Jendral Pieterz yang kebetulan lewat mendekati Alexander dan Dewi.

"Alex, waarom deze vrouw?" tanya Pieterz.

(Alex, kenapa wanita ini?)

"Ik weet het niet, Pieterz. Het was alsof iemand hem achterna zat," jawab Alexander.

(Entahlah, Pieterz. Dia seperti di kejar seseorang)

Pieterz manggut-manggut. Dia menyuruh Dewi untuk duduk di bangku dekat pos penjagaan.

"Uhm ... Kamu orang duduk di bangku itu. Tenangkan dirimu," kata Pieterz pada Dewi dengan dialek Belanda.

Dewi menjawab singkat. "Terima kasih, Meneer."

Pieterz tersenyum manis. Dia segera beranjak ke messnya. Alexander memberi Dewi air minum yang dia bawa.

"Dewi, minumlah dulu supaya tenang," kata Alexander sambil memberikan tempat minumannya pada Dewi.

Dewi meminumnya. Akhirnya, dia mulai tenang, namun wajahnya tampak begitu pucat. Alexander kembali menanyainya.

"Dewi, apa yang membuat u begitu ketakutan?" tanya Alexander.

Dewi menghela nafasnya. Dia berusaha mengendalikan dirinya. Setelah dirasa tenang, Dewi akhirnya menceritakan kejadian yang dia alami. Alexander mendengarkan cerita itu. Dia merasa iba dengan apa yang di alami Dewi. Alexander mencoba menenangkannya.

"Dewi, kamu jangan takut. Ik janji akan jaga U punya orang. Tenanglah, Dewi," kata Alexander menenangkan Dewi.

Dewi berangsur tenang. Senyumnya kembali muncul.

"Tuan, terima kasih. Saya akan antar kue-kue pesanan orang ke beberapa mess di loji ini," kata Dewi sambil.mulai menggendong dagangannya.

Alexander tersenyum.memandangi Dewi.

"Dewi, U jangan lupa pesanan Ik. Nanti antar ke kantor Ik," kata Alexander.

Dewi tersenyum manis. dia segera bangkut dan mengantarkan kue -kue pesanan istri pejabat VOC yang memesannya. Sepeninggal Dewi, Alexander tersenyum. Dia segera pulang ke messnya dan mandi.

Sementara itu, Larso yang begitu resah dengan di gantinya Letnan Aart mendatangi lobby. Dia berusaha menjalin jaringan dengan pejabat baru. Di temuinya Jendral Pieterz.

"algemeen, iedereen wil afspreken," kata bawahannya.

(Jenderal, ada yang ingin bertemu)

Jenderal.Pieterz keheranan..Dia yang penasaran akhirnya menyuruh orang itu masuk.

"Is goed. Haal hem binnen," kata Jenderal Pieterz.

(Baiklah. Suruh dia masuk)

Orang itu menyuruh Larso masuk. Dan, Larso pun masuk menemui Jenderal Peiterz.

Larso pun masuk. Pieterz mempersilahkan Larso duduk. Setelah duduk, Larso mengajak bicara. Jenderal Pieterz memandang Larso terlalu angkuh. Dia tak terkesan tak menghiraukannya

Cukup lama Larso berbicara. Dan, setelah agak lama, Larso segera berjalan keluar. Ketika keluar dari tempat kerjanya Jenderal Pieterz, wajahnya tampak kecewa. Ternyata Jenderal Pieterz berbeda sikapnya dengan Letnan Aart.

Ketika itulah dia berpapasan dengan Alexander. Alexander yang tak mengenalnya hanya tersenyum.ramah dan masuk ke.tempat kerjanya. Larso pun langsung pulang.

Seaampainga di rumah, dia ditemui putrinya. Larso menemukan ide untuk mendapatkan koneksi yang bisa memuluskan bisnisnya. Dia temui Sri Lestari, putrinya yang sangat cantik.

"Nak, tadi waktu ke loji, ayah bertemu fengan penggantinya Letnan Aart. Dan, di sana ada pejabat VOC yang tampan. Kata penjaga loji, dia bernama Letnan Alexander," kata Lekso pada Lestari.

Lestari keheranan, namun dia begitu antusias mendengarkan cerita ayahnya.

"Oh ya? Apakah Alexander itu begitu tampan, Yah?" tanya Lestari.

Lekso tersenyum. Dia mengangguk.

"Yah, Lestari ingin mengenalnya," kata Lestari merajuk manja.

Lekso tersenyum. Dalam hati, Lekso berniat menjodohkan Lestari dengan Alexander demi memuluskan usahanya memperkaya dirinya sendiri.

Sementara itu, di loji Dewi begitu senang. Kue dagangannya ternyata di minati istri-istri pejabat VOC. Dia menerima cukup banyak pesanan. Setelah mengantarkan pesanan kue, Dewi ke luar dari loji untuk menjajakan kue dagangannya. Sepeninggal Dewi, Alexander tersenyum simpul. Dia begitu menikmati kue dagangan Dewi.

Siang telah tiba. Dewi yang tengah beristirahat di dekat pasar membuka surat dari Alexander.

"Dear, Dewi.

Ik begitu senang dengan kedatangan U. Ik ingin U besok kembali datang. Ik ingin mengenal U lebih jauh.

Alexander"

Dewi tersenyum simpul setelah membaca surat dari Alexander. Lestari yang melihat Dewi sedang duduk di depan pasar mendatanginya.

"Oh, sudah bosan jualan kue?" ejek Lestari sambil tersenyum sinis.

Dewi yang mengetahui tabiat Lestari hanya diam menatapnya dengan tajam.

"Eh! Kamu tak pantas pandangi aku begitu. Dasar orang miskin!" bentak Lestari mendorong Dewi.

Seorang kuli panggul di pasar yang melihatnya mendekati Lestari dan menghardiknya.

'Hei! Jangan mentang-mentang kamu kaya bisa seenaknya dengan kami! Sadar, Lestari! Ayahmu itu penjilat kompeni. Sana. Pergi kamu! Dasar anak antek kompeni!" usir kuli panggul itu sambil mendorong Lestari hingga terjatuh.

Dia mengajak Dewi untuk beristirahat di tempat lain. Lestari yang terjatuh menjadi bahan tertawaan orang-orang di sekitar pasar. Karena malu, dia segera berlalu dari pasar.

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play