Horror Journal
Alex adalah seorang gamer yang rajin, selalu mencari judul baru untuk menghabiskan waktunya. Suatu malam, saat menjelajahi forum online, dia menemukan sebuah postingan aneh yang menarik perhatiannya. Judulnya adalah "Permainan yang Terlupakan – Mainkan dengan Risiko Anda Sendiri." Postingan itu menggambarkan sebuah game misterius yang belum pernah didengar siapa pun, sebuah judul lama dari akhir tahun '90-an yang seolah-olah terlupakan oleh waktu. Orang yang memposting mengklaim telah menemukan sebuah cartridge di sudut berdebu sebuah toko barang bekas dan sejak itu merasa dihantui olehnya.
Tertarik dengan keanehan itu, Alex dengan cepat mengklik tautan tersebut, dan dalam beberapa menit, dia menemukan game itu tersedia untuk diunduh. Ukuran filenya kecil, diberi label "Lost_Adventure.exe." Tanpa berpikir panjang, dia mengunduhnya, penasaran untuk melihat apa yang membuatnya begitu istimewa.
Permainan dimulai dengan cukup biasa. Layar pembuka menampilkan grafik pixelated, mengingatkan pada game petualangan awal tahun '90-an. Judulnya berkedip dalam huruf merah tebal: The Forgotten Adventure.
"Kelihatannya murahan," Alex tertawa kecil sambil mengklik Start Game.
Dia langsung dibawa ke dunia gelap berhutan, layar berkedip saat dia mulai mengendalikan protagonis—seorang petualang yang mencari harta karun tersembunyi. Lingkungannya terasa anehnya nyata, mengingat grafik primitifnya, tetapi Alex mengabaikannya sebagai pesona game itu. Dia menggerakkan karakter melewati hutan, melawan makhluk kecil, mengumpulkan item, dan memecahkan teka-teki.
Kemudian, sesuatu yang aneh terjadi.
Saat Alex menjelajahi hutan lebih dalam, game itu mulai mengalami glitch. Warna-warna di layar berubah, dan gerakan karakter menjadi tidak normal. Suara geraman dalam, mengerikan terdengar dari speaker, dan sudut kamera bergeser dengan keras, memperlihatkan versi hutan yang gelap dan bengkok—versi yang sebelumnya tidak ada di dunia game.
"Oke, ini aneh," gumam Alex, tetapi rasa penasarannya membuatnya terus bermain.
Saat dia menjelajahi area baru, atmosfer game menjadi semakin mengerikan. Pohon-pohon, yang sebelumnya hijau dan hidup, kini tampak membusuk, cabang-cabangnya seperti jari-jari kerangka. Sosok-sosok aneh mulai muncul di tepi layar, selalu di luar jangkauan. Mata mereka bersinar kuning pucat, mengawasinya saat dia bergerak.
Tiba-tiba, sebuah suara bergema dari speaker.
"Seharusnya kau tidak memainkan ini."
Alex terlonjak dari kursinya, jantungnya berdebar kencang. Dia cepat-cepat melihat sekeliling kamarnya—semuanya tampak normal. Tetapi saat dia kembali memandang layar, protagonis dalam game tidak lagi berada di tempat dia meninggalkannya. Sebaliknya, dia berdiri di depan sebuah rumah bobrok, pintunya berderit terbuka dengan sendirinya.
Dia mengklik pintu untuk masuk, tetapi saat karakter itu melangkah masuk, game-nya membeku. Layar menjadi hitam.
Sebuah kalimat tunggal muncul di tengah layar:
“Sekarang kau adalah bagian dari permainan ini.”
Darah Alex terasa membeku. Dia dengan panik mengklik mouse, mencoba keluar dari game, tetapi programnya tidak merespons. Layar komputernya berkedip, dan kemudian, yang membuatnya ketakutan, pintu di dalam game terbuka. Tapi itu bukan hanya di layar—dia mendengar suara pintu berderit di belakangnya.
Perlahan-lahan, Alex menoleh, napasnya tercekat di tenggorokan.
Di sana, di ambang pintu kamarnya, berdiri sesosok bayangan, siluetnya hampir tak terlihat dalam cahaya redup. Sosok itu tidak memiliki wajah, hanya ruang kosong di tempat matanya seharusnya berada. Suhu di kamar tiba-tiba turun drastis, dan sosok itu melangkah maju.
Alex memukul keyboardnya, mencoba keluar dengan alt-tab, tetapi layar tetap terkunci di game. Sosok di pintu kamarnya bergerak lebih dekat. Sebuah suara—dalam, terdistorsi, dan hampa—berbisik dari layar, lalu dari belakangnya.
“Seharusnya kau tidak memainkan ini. Sekarang kau milik permainan ini.”
Dengan panik, Alex meraih tombol power di komputernya, tetapi sebelum tangannya bisa menyentuhnya, protagonis game itu bergerak—tidak lagi di layar, tetapi di dalam kamarnya, berdiri di sebelahnya, menatap dengan mata kuning bercahaya.
Dia berteriak, mencoba menjauh, tetapi sosok itu menerkamnya. Hal terakhir yang Alex lihat adalah wajah bengkok karakter itu, pantulan dirinya yang terdistorsi di matanya, sebelum semuanya menjadi gelap.
Keesokan paginya, komputer Alex ditemukan dalam keadaan mati, gamenya masih berjalan di layar. Kursinya kosong, tetapi pantulannya terlihat di monitor—wajahnya pucat dan membeku, matanya terbuka lebar dalam ketakutan.
File game itu telah lenyap dari komputernya, seolah-olah tidak pernah ada.
Namun, bagi mereka yang berani mencari di sudut gelap internet, nama game itu masih muncul di forum-forum misterius, dengan peringatan baru:
“Seharusnya kau tidak memainkan ini.”
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments