Room of infinite Deaths
Raka tidak pernah percaya pada hal-hal mistis, tetapi malam itu, hidupnya berubah selamanya. Semua berawal saat ia menerima sebuah paket misterius tanpa pengirim. Di dalamnya terdapat sebuah kunci tua berkarat dan secarik kertas bertuliskan: "Kunci ini membuka pintu ke hidupmu yang lain. Beranikah kau melihat?"
Meski ragu, rasa penasaran menguasainya. Setelah lama memeriksa kunci itu, Raka menyadari bahwa kunci tersebut cocok dengan pintu kamar tidur di rumahnya sendiri—meskipun pintu itu tidak pernah terkunci sebelumnya. Dengan hati-hati, ia memasukkan kunci ke lubangnya. Begitu pintu terbuka, pemandangan yang tidak mungkin dijelaskan dengan logika menyambutnya.
Ruangan itu tampak seperti kamar tidurnya, tetapi semuanya terasa salah. Dingin, hampa, dan berbau anyir seperti besi karatan. Di dalam ruangan, ia melihat... dirinya sendiri.
Tapi tidak hanya satu.
Puluhan, bahkan ratusan versi dirinya tampak tersebar di seluruh ruangan. Ada dirinya yang tergeletak di lantai dengan darah mengalir dari pelipis, seolah-olah ia telah terpeleset. Ada dirinya yang tergantung di sudut ruangan, dengan tali yang mengencang di leher. Ada pula dirinya yang duduk di kursi, wajahnya kebiruan, dengan sisa makanan yang menyumbat tenggorokan. Semua “Raka” ini membeku, tak bergerak, seolah waktu berhenti di saat kematian mereka.
Ketika Raka mencoba melangkah masuk, bisikan mulai memenuhi telinganya. Awalnya pelan, namun semakin lama semakin keras, seolah ratusan suara berbicara sekaligus.
"Ini kau... saat kau terjatuh. Ini kau... saat kau menyerah. Ini kau... saat semuanya berakhir."
Raka ingin kabur, tapi tubuhnya terasa kaku. Ia memaksa dirinya melangkah lebih jauh ke dalam ruangan, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Di dinding, bayangan dirinya yang lain bergerak, memperlihatkan lebih banyak skenario kematian. Sebagian tak masuk akal—ia melihat dirinya tertusuk cermin kamar, diterkam makhluk hitam besar, atau tenggelam di lantai yang tiba-tiba berubah menjadi air.
Cermin itu menunjukan versi kematian yang tidak terbatas di dalam satu ruangan yaitu kamarnya sendiri.
Di tengah ruangan, ada kursi yang kosong, menghadap ke cermin besar. Tidak seperti versi dirinya yang lain, kursi itu tampak menunggu... untuknya. Di cermin, ia tidak melihat refleksi dirinya, melainkan versi dirinya yang masih hidup, namun tampak lebih tua, kelelahan, dan ketakutan.
"Duduklah, dan semua akan terungkap." embun yang menutupi cermin menuliskan itu.
Raka, dengan tangan gemetar, mendekati kursi itu. Tapi sebelum ia duduk, ia menyadari sesuatu. Setiap kematiannya di ruangan ini terjadi di kamar itu. Takdirnya selalu berujung di tempat yang sama, tidak peduli bagaimana skenarionya berubah. Ia merasa seolah-olah ruangan ini bukan hanya ruang biasa—melainkan realita bagi semua versi dirinya.
Tiba-tiba, pintu di belakangnya tertutup dengan keras. Lampu kamar berkedip-kedip, dan suara-suara itu berubah menjadi jeritan. Sosok-sosok dirinya yang mati mulai bergerak perlahan, memutar kepala, menatapnya dengan mata kosong.
Dengan wajah panik satu teriakan terakhir, Raka berlari ke cermin. Namun, bukannya memantulkan bayangan, cermin itu menyedotnya ke dalam. Ia terbangun di ruangan yang sama... tetapi sekarang, ia adalah salah satu dari banyak versi dirinya yang mati. Raka bergerak perlahan, memutar kepalanya dengan tatapan kosong, dia melihat di balik cermin itu ada seseorang yang terlihat seperti dirinya dengan wajah panik.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments