5 - Membeli

Dimas memasuki gedung sebuah dealer di bilangan Jakarta Timur. Satpam menanyakan keperluannya saat memasuki showroom.

"Saya Dimas Anggra. saya ada janji test drive dengan Bu Evira, pak. "Jawab Dimas.

"Oh..baik, mas. Silahkan duduk di ruang tunggu, ya Mas. Saya panggilkan Bu Evira dulu."Ucap Si Satpam sopan.

Tak lama kemudian, seorang wanita muda menemuinya. Dia memandang Dimas seperti menilai Dimas dengan tatapannya.

"Halo, Saya Evira. Dengan Mas Dimas?"Tanya Evira ramah. Evira memanggil Dimas dengan sebutan Mas, melihat Dimas masih muda.

"Mas, mohon maaf sebelumnya. ada kesalahan pada jadwal yang saya sebutkan tadi. Ternyata unit test drive masih terpakai hingga sore nanti. Sekarang masih dipakai test drive oleh pelanggan prioritas kami."lanjut Evira.

Dimas merasa ada yang tidak beres. "Lalu kapan saya bisa test drive, mbak?"tanya Dimas.

"Saya akan hubungi Mas Dimas saat unit test drive sudah siap. Bagaimana, mas?"jawab Evira lagi.

"Baik, mbak. Namun, saya boleh untuk lihat lihat mobil di showroom?"ucap Dimas tenang. Dimas merasa ada yang tidak beres dengan informasi dari Evira. Namun, Dimas tetap tenang.

Dimas melihat lihat beberapa tipe mobil BMW yang berada di showroom. Evira mengikuti Dimas.

Tak lama kemudian, seorang pria datang dari arah pintu. Pria itu menoleh pada Evira dan tersenyum. Evira membalas senyuman pria itu, lalu berkata pada Dimas,"Maaf, Mas Dimas. Saya tinggal dulu, ya mas? Sebentar lagi, ada teman saya yang akan menemani Mas Dimas. Terima kasih."

Tanpa mendengar jawaban dari Dimas, Evira menghampiri pria itu. Evira mengacuhkan Dimas untuk mendapatkan pelanggan yang lebih potensial.

Setelah melihat penampilan Dimas, Evira mengambil kesimpulan, Dimas tidak akan mampu membeli BMW i8. Jadi percuma dan akan membuang waktu jika meneruskan test drive dengan Dimas.

Sekarang Elvira melihat pria di depannya sebagai pelanggan yang lebih potensial membeli mobilnya, pria matang, penampilan eksekutif muda mapan. Bukan anak muda berumur awal dua puluhan, mungkin baru lulus kuliah dan masih minta uang saku pada orang tua.

"Lho.. Dimas. Sedang apa kamu di sini?"Dimas mendengar seseorang memamggil namanya.

"Ah.. Kak Indra."Dimas menyapa Indra yang memanggilnya.

Indra, teman satu kost dan seniornya di kampus selama dua tahun. Dulu Kamar kost Indra ada di sebelah kamar kost Dimas. Setahun yang lalu, Indra lulus kuliah dan pindah dari kost. Dimas putus kontak dengan Indra sejak itu.

"Sudah lama aku tidak melihatmu. bagaimana kabarmu, Dimas?"Ucap Indra sambil mengulurkan tangan.

Dimas menjabat tangan Indra. "Kabar baik, Kak. Kak Indra bagaimana kabar?"

"Kabar baik. Ya seperti ini lah. Sekarang, aku kerja jadi salesman di sini. Katakan padaku, apa yang bisa kubantu?"Kata Indra dengan ceria.

Dimas memberitahu keinginannya membeli BMW i8 dan tentang rencana test drive dengan Evira yang gagal dilakukan hari ini.

Indra terkejut dengan rencana Dimas membeli BMW i8. Mobil itu hanya bisa dibeli oleh orang kaya. Selama mengenal Dimas, Indra menyangka tingkatan ekonomi Dimas sama dengannya. Dia mengira Dimas bukan anak orang kaya, Dimas terlalu biasa untuk seorang yang kaya.

Dimas Jalan kaki ke kampus, tidak arogan atau sombong, gaya fashion yang normal dan tidak berlebihan, selalu pakai motor matic tua untuk bepergian, bahkan mereka sering makan bersama di warung penyetan murah meriah dekat kost mereka.

"Kamu yakin ingin membeli mobil itu?"Tanya Indra memastikan lagi pada Dimas.

"Yakin, Kak. Aku pernah lihat BMW i8 di pameran tahun lalu. Sejak itu, aku menginginkan mobil itu."Jawab Dimas yakin. Mobil sport car hybrid keluaran pabrikan BMW, menggunakan bahan bakar bensin dan listrik. Dimas jatuh hati pada desain mobil itu saat pertama kali melihatnya.

"Kamu sudah tahu kisaran harganya juga, kan?"Tanya Indra memastikan lagi.

"Harga tidak masalah, Kak."Dimas mengangguk yakin. Indra yakin Dimas tidak bohong.

"Ikut aku. Unit test drive BMW i8 ada di belakang, ayo kujelaskan fitur fiturnya di sana sebelum kita test drive."ajak Indra tegas.

"Kak.. sebelum itu, bisa jelaskan fitur fitur mobil ini?"tanya Dimas ringan sambil menunjuk ke SUV di sampingnya, sebuah mobil SUV BMW X5.

Dua jam kemudian, Indra duduk samping di kemudi BMW i8 sambil nanar menatap pria di sampingnya. Dimas sedang serius mengemudi melihat jalanan. Seperti mimpi, Dimas membeli 1 unit mobil BMW X5, 1 unit mobil BMW i8 dan 1 unit motor BMW R18. Adik angkatan Indra itu membeli mobil dan motor mewah dengan total harga hampir 8 milyar dengan tunai. Dimas langsung membayar lunas semuanya. Indra tersenyum geli melihat wajah penuh penyesalan yang tunjukkan Elvira saat menyaksikan Dimas memborong BMW dari dealer mereka. Komisi penjualan itu seharusnya menjadi milik Elvira, namun jatuh ke tangan Indra karena dia meremehkan Dimas.

Sekarang mereka dalam perjalanan menuju ke Sentul via tol menggunakan unit test drive BMW i8. Indra mendapatkan ijin menggunakan unit test drive hingga siang hari dengan Dimas. Dimas sudah termasuk pelanggan prioritas karena pembelian nya hari ini.

"Kak, tolong jangan menatapku seperti itu. Aku takut, tahu. Aku masih suka sama cewek."Gurau Dimas saat tahu Indra menatapnya lama.

"Aku hanya tidak menyangka, kamu sekaya itu. lebih dari 8 milyar lho, Dimas."ungkap Indra masih tidak percaya. Andai Indra tahu, Dimas bisa menghasilkan uang sebanyak itu hanya dalam seminggu, mungkin Indra akan pingsan karena kaget.

Dimas memberitahu Indra. Dia berniat membeli rumah di Sentul, karena dia akan segera lulus kuliah. Indra tahu perumahan lokasi yang mereka tuju. Kawasan itu merupakan kawasan perumahan mewah dengan konsep villa dan pariwisata, letaknya di bukit sentul dengan pemandangan spektakuler ke arah gunung salak dan gunung pangrango.

Dimas mengarahkan mobil menuju perumahan besar dengan cluster cluster mewah. Dimas berhenti di depan satu rumah dengan pagar yang cukup tinggi, namun masih bisa melihat lantai dua rumah itu terlihat sangat mewah.

"Kurasa disini tempatnya."gumam Dimas lalu memastikan alamat dan titik lokasi peta pada smartphone. Bagian depan rumahnya sama dengan yang ada di iklan. "Kak, terima kasih sudah mengantarku. Aku turun di sini."ucap Dimas ke Indra.

"Oke. Jadi ada kemungkinan unit unit kendaraan yang kamu beli, akan kukirim ke sini?"tanya Indra penasaran.

"Mungkin, kak. Kita lihat saja nanti."

"Oke. Sampai jumpa besok pagi."Ucap Indra. Motor matic Dimas masih di dealer mobil tempat Indra bekerja. Indra akan mengantarkan motor Dimas ke kost, sekalian menengok teman teman kost nya.

"Oke, Sampai jumpa besok. Terima kasih, Kak Indra."

Dimas menghubungi penjual rumah, saat menatap BWM i8 yang dikemudikan Indra melaju meninggalkannya.

"Selamat siang, pak. Saya Dimas Anggara, yang kemarin ada janji melihat rumah yang Bapak jual. Sekarang saya ada di depan rumah Bapak."sapa Dimas memperkenalkan diri.

"Selamat siang, pak Dimas. Silahkan masuk. Saya tunggu anda di dalam, Pak."

Tak lama kemudian, terlihat pintu gerbang membuka secara perlahan. Saat melangkah ke pintu gerbang, Dimas menyadari pintu gerbang dikendalikan dari jauh secara elekronik. Terlihat pula beberapa cctv pada beberapa titik untuk memantau situasi di sekitar rumah. Keamanan yang bagus, pikir Dimas.

Sepasang pria wanita paruh baya menunggu nya di teras.

"Selamat datang. Saya Suwito dan ini istri saya, Sukma. Saya pemilik rumah ini."sapa pria tua itu sambil mengulurkan tangan.

"Saya Dimas, Pak Suwito, Bu Sukma."Dimas menyalami mereka.

"Saya tidak mengira, anda masih sangat muda, Pak Dimas."

"Tolong, panggil saya Dimas saja, Pak."

"Oh.. kalau begitu, panggil saya Om Wito saja."balas Suwito ceria.

Setelah basa basi sebentar, Suwito mulai menjelaskan keadaan rumah yang ditinggalinya ini. Luas tanah 5226 meter persegi dan Luas bangunannya 550 meter persegi. Bangunan bergaya minimalis kontenporer, paduan unik klasik modern yang terasa sangat pas.

Dimas ditunjukkan ruang tamu, ruang makan, ruang tengah, ruang hiburan ada home theatre dan fasilitas karaoke, kolam renang yang luas di sisi rumah, gazebo dengan kursi nyaman di sisi kolam, taman bunga dan pepohonan yang indah di sekitar rumah. Jalan setapak yang membelah taman terlihat begitu apik. Di Lantai dua, terdapat balkon luas di desain seperti cafe sebagian dalam ruangan, sebagian luar ruangan untuk bersantai dan pemandangan yang jelas menuju gunung salak.

"Jika kamu bilang pemandangan saat ini indah. Tunggu saat senja. Kamu pasti akan terpesona."ucap Suwito saat Dimas mengagumi pemandangan di lantai dua.

Satu kata bisa Dimas gambarkan untuk rumah ini. Luxury.

"Apa kamu tertarik dengan rumah ini?"tanya Suwito pada Dimas. Mereka duduk di balkon lantai dua. Cuaca diluar panas, namun ditempat mereka terasa sejuk dengan angin sepoi sepoi membuat Dimas nyaman.

"Sangat tertarik, Om."jawab Dimas. Dimas penasaran, rumah ini begitu mewah dan sangat nyaman. Kenapa Suwito ingin menjualnya?

"Maafkan jika saya lancang. Kenapa Om Wito ingin menjual rumah ini?"Tanya Dimas penasaran. "Om wito bisa tidak menjawab pertanyaan saya, bila keberatan."sambung Dimas cepat.

Suwito bersenyum,"Aku dan istriku memutuskan untuk tinggal bersama anak kami, di Australia. Kami tidak punya kerabat lain di sini. Satu satunya anak kami sudah berkeluarga dan menetap di sana. Kesehatan kami menurun karena faktor usia, anak kami sering bolak balik antara Queensland dan Bogor karena khawatir saat kami sakit.

Anak kami juga sudah lama berharap agar kami tinggal bersama keluarganya. Bahkan dia sudah menyediakan tempat untuk kami agar kami bersedia pindah. Mungkin kami tidak akan kembali ke Indonesia. Akhirnya.. ya beginilah."

Dimas mengangguk pelan, mengerti situasi mereka. Dimas mengerti perasaan anak Suwito, mungkin Dimas nanti juga berada di situasi yang sama dengan anak Suwito. Entah lah...

Sukma membawa minuman dan cemilan saat Suwito dan Dimas berbincang.

"Om, harga yang om tawarkan, apakah om yakin itu sudah termasuk semua furnitur yang ada di sini?"tanya Dimas memastikan.

Suwito menyebutkan angka fantastis sebagai harga rumah itu. Tak banyak orang yang bisa membeli rumah mewah dengan harga setinggi ini.

"Kami akan pergi hanya membawa barang barang pribadi kami. Kamu boleh memiliki semua barang yang kami tinggalkan di rumah ini. Terus terang, terakhir renovasi besar besaran yang kulakukan baru sekitar dua tahun lalu. Jadi kondisi rumah dan barang yang ada di sini masih sangat bagus."

Dimas mengangguk. "Baik, Om. Saya setuju. Saya mau beli rumah ini dengan harga yang Om Wito tawarkan."

"Oh.. bagus. Sebentar, aku akan menghubungi orang-orangku dari bagian legal untuk mengurus proses jual beli."ucap Suwito dengan semangat.

Episodes

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play