Keesokan harinya
Janeta sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
Janeta melihat ke arah Reyhan yang baru turun.
"Rey duduk dulu sini" ajak Mamanya
"Ada apa Ma?" tanya Reyhan langsung duduk di hadapan Mama dan Papanya.
Pramana juga melihat ke arah Reyhan
"Apa kau sudah yakin dengan pilihanmu?" tanya Mamanya memastikan
"Yakin Ma" ucap Reyhan
"Wanita yang baik itu adalah wanita yang bertutur kata lembut, berpakaian tertutup, dan juga yang utamanya adalah wanita yang ahlaknya baik" ucap Janeta
"Ma, saat ini Denada memang bukan wanita seperti itu, tapi dia sangat baik, masalah ahlak dan yang lainnya Insya Allah setelah menikah aku akan mengajarinya" ucap Reyhan
"Baiklah kalau itu sudah keputusan kamu, kami hanya bisa mendoakan yang terbaik" ucap Mamanya masih sedikit tidak yakin.
"Apa dia mau menikah secepatnya?" tanya Pramana
"Pasti mau Pa" jawab Reyhan pasti.
Setelah pembicaraan selesai, mereka langsung sarapan, sesekali Janeta menatap ke arah Reyhan dengan khawatir.
Reyhan sudah di luar rumah dan langsung melajukan motornya ingin menjemput Denada.
Saat di depan kontrakan Denada, Reyhan membuka helmnya dan langsung mengetuk pintu.
Denada membuka pintu dan tersenyum saat melihat Reyhan datang.
"Kita gak masuk pagi, jadi ayo kita ke suatu tempat" ajak Reyhan
"Baiklah" ucap Denada
Reyhan membawa Denada ke sebuah taman, mereka berjalan melihat seluruh taman, Reyhan mengambil sesuatu dari sakunya.
Reyhan memperlihatkan cincin, Denada tersenyum haru melihat cincin itu.
"Apa kau mau menikah denganku?" tanya Reyhan
Denada mengangguk bahagia.
Reyhan memakaikan cincinnya di jari manis Denada dengan penuh senyuman, lalu memeluknya erat.
Tiba hari pernikahan Denada dan Reyhan,
Reyhan dan Denada sudah sah menikah, Reyhan dan Denada terlihat sangat bahagia, berbeda dari kedua orang tua Reyhan.
Janeta terlihat sedih menatap mereka.
Mereka sudah tinggal bersama, malam hari saat mereka makan malam bersama, Janeta terlihat tidak suka saat Denada memakai pakaian tidur minim.
"Ma...Pa... kami akan tinggal terpisah sama kalian saat sudah dapat kerja setelah wisuda" ucap Reyhan
"Kau kan bisa bekerja di perusahaan Papa, kenapa harus cari kerja?" ucap Pramana
"Aku tidak ingin bergantung pada kalian, kami akan mulai dari awal, cuma untuk saat ini kami tetap tinggal di sini sampai lulus" kata Reyhan
Denada terlihat khawatir
Janeta melihat ke arahnya.
Keesokan harinya saat Janeta dan Pramana ingin shalat subuh, Reyhan dan Denada gak ada yang bangun, Janeta terlihat kecewa.
Dulu Reyhan gak pernah seperti ini, shalatnya rajin gak perlu disuruh batin Janeta
Saat matahari mulai bersinar, mereka duduk untuk sarapan, Janeta melihat ke arah Denada yang baru bangun tidur.
Reyhan terlihat tidak enak pada kedua orang tuanya,
"Ma, Papa berangkat dulu" ucap Pramana
Janeta mengantar suaminya sampai depan , lalu mencium tangan suaminya.
Denada dan Reyhan juga berangkat ke kampus.
Janeta pergi ke pesantren menemui Bu Aisyah.
Mereka mengobrol akrab.
"Sampai saat kemaren saya masih berharap anak kita berjodoh, tapi setelah melihat pernikahan anak saya, saya baru sadar hal itu tidak mungkin" ucap Janeta
"Jodoh cuma Allah yang menentukan, sekuat apapun kita memaksa mereka, kalau mereka gak berjodoh gak mungkin akan bersatu" ucap Bu Aisyah
"Iya benar, siapapun nanti yang menikah dengan putri kalian pasti adalah laki-laki paling beruntung" ucap Bu Janeta.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sita Dewi Selena
Bahasanya agak canggung. Seorg anak bicara kpd ke 2 org tuanya dg "kalian" ... ga sopan banget ya. Keluaran pesantren harusnya lebih lembut.
2020-06-17
1