NovelToon NovelToon
Ishen World

Ishen World

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Fantasi Isekai / Anime
Popularitas:65
Nilai: 5
Nama Author: A.K. Amrullah

Cerita Mengenai Para Siswa SMA Jepang yang terpanggil ke dunia lain sebagai pahlawan, namun Zetsuya dikeluarkan karena dia dianggap memiliki role yang tidak berguna. Cerita ini mengikuti dua POV, yaitu Zetsuya dan Anggota Party Pahlawan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.K. Amrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sang Putri Duke, Reina Hexagonia

Mentari pagi menyinari Desa Eldoria, membawa kehangatan ke seluruh penjuru desa. Warga mulai beraktivitas, dari para petani yang berangkat ke ladang, hingga para pedagang yang membuka toko mereka. Di antara deretan bangunan sederhana, terdapat sebuah toko yang tampak berbeda dari yang lain.

Z-Store.

Meski dari luar tampak seperti toko biasa, bagian dalamnya sangat berbeda dari kebanyakan toko di era ini. Rak-rak kayu tertata rapi, menampilkan berbagai barang dengan sistem etalase yang memudahkan pelanggan memilih. Sabun berkualitas tinggi, bantal empuk, dan bola plastik menjadi produk utama yang ditawarkan.

Di balik meja kasir, seorang elf cantik dengan rambut keperakan dan mata biru berdiri dengan tenang. Tia, yang sebulan lalu hanyalah seorang budak yang tersiksa, kini telah berubah menjadi penjaga toko yang cekatan. Tubuhnya tidak lagi kurus kering, dan dengan pakaian sederhana namun bersih, ia tampak lebih sehat dan percaya diri.

Di salah satu sudut toko, Zetsuya duduk di balik meja sambil membaca daftar pesanan. Meski bisnisnya berkembang pesat, sikapnya tetap dingin dan tidak sok akrab dengan orang lain.

Tiba-tiba, Jack masuk ke dalam toko dengan santai. "Yo, pagi-pagi udah serius banget, Zet," katanya sambil mengambil salah satu bola plastik dan melemparkannya ke atas lalu menangkapnya lagi.

Zetsuya menutup daftar pesanan dan menatap Jack dengan tatapan datar. "Jack, aku mau tanya. Selain ibu kota, kota besar terdekat dari sini apa?"

Jack berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kota Hexagonia. Itu kota besar yang punya cabang asosiasi dagang dan asosiasi petualang. Kota itu juga dikenal sebagai salah satu kota terindah di kerajaan."

Zetsuya mengangguk pelan. "Siapa pemimpinnya?"

"Duke Hexagonia," jawab Jack. "Dia juga Perdana Menteri Kerajaan Sedressil. Orangnya baik, bijak, dan sangat dihormati. Dan yang lebih menarik lagi, putrinya, Reina Hexagonia, benar-benar dicintai rakyat. Rambut ungu dan mata hijaunya sangat khas, dan dia sering turun langsung untuk membantu masyarakat."

Zetsuya menyandarkan punggungnya di kursi, berpikir sejenak. "Jadi kemungkinan besar, dia juga bakal datang ke Eldoria?"

Jack mengangguk. "Iya, Eldoria mulai terkenal berkat sabun dan kasur yang kau distribusikan ke penginapannya Gerald dan Lili. Bukan cuma bangsawan yang tertarik, bahkan orang-orang dari kota lain juga penasaran. Aku dengar Reina sendiri tertarik untuk berkunjung dan melihat langsung desa ini."

Zetsuya tidak bereaksi berlebihan, hanya menghela napas pelan. "Menarik."

Jack tertawa kecil. "Coba bayangin kalau putri bangsawan itu beli sabun di toko kita. Z-Store bakal makin laris!"

Tia yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Jika seseorang sekelas Putri Reina benar-benar datang, kita harus memastikan stok barang tetap tersedia. Jangan sampai ada kekurangan."

Zetsuya menatap Tia sebentar lalu mengangguk. "Pastikan semua barang di rak tetap penuh. Aku juga akan lihat apakah ada barang baru yang bisa kita jual."

Tia tersenyum tipis dan mengangguk. "Dimengerti, tuan."

Jack hanya terkekeh. "Kalian berdua benar-benar pasangan bisnis yang serius."

Zetsuya menatap Jack dengan tatapan kosong. "Kalau tidak ada urusan lain, jangan ganggu kerjaan orang."

Jack mengangkat tangan menyerah. "Baik, baik. Aku pergi dulu. Nanti kalau ada info baru, aku kabari."

Zetsuya hanya mengangguk, sementara Tia kembali sibuk mengatur barang di rak.

Siang itu, suasana di Desa Eldoria terasa lebih ramai dari biasanya. Para pedagang sibuk melayani pelanggan, dan beberapa petualang yang baru kembali dari dungeon terlihat beristirahat di penginapan Gerald. Namun, di antara kerumunan orang, seorang gadis berambut ungu dengan mata hijau berjalan pelan menyusuri desa, mengenakan pakaian sederhana seperti rakyat biasa.

Dia adalah Reina Hexagonia, putri Duke Hexagonia sekaligus anak dari Perdana Menteri Sedressil.

Tak ingin menarik perhatian, Reina memilih untuk menyamar dan melihat langsung bagaimana desa ini berkembang pesat belakangan ini. Namun, saat melewati sebuah toko yang tampak berbeda dari yang lain, langkahnya terhenti.

Z-Store.

Dari luar, toko itu tampak sederhana, tetapi begitu dia masuk, matanya langsung melebar.

"Ini... luar biasa," gumamnya pelan.

Rak-rak kayu tertata rapi, etalase kaca memajang produk dengan jelas, dan semua barang terlihat terorganisir dengan baik, sesuatu yang sangat jarang ia temui, bahkan di ibu kota.

Di balik meja kasir, Zetsuya memperhatikannya dengan tenang.

(Dia menyamar, tapi jelas sekali siapa dia sebenarnya...) pikir Zetsuya.

Meski berpakaian biasa, kecantikan Reina tetap mencolok. Wajahnya bersih tanpa cela, dan auranya sebagai bangsawan tetap terasa. Selain itu, mata hijau khas keluarga Hexagonia membuat identitasnya semakin jelas. Namun, Zetsuya pura-pura tidak tahu dan tetap bersikap biasa.

"Selamat datang di Z-Store," kata Zetsuya dengan nada datar.

Reina menoleh ke arahnya, sedikit terkejut dengan sambutan yang... kurang antusias. Biasanya, begitu orang tahu dia adalah bangsawan, mereka langsung berusaha mengambil hati. Tapi pemilik toko ini hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

"Ini toko yang sangat menarik," kata Reina sambil berjalan mendekati rak sabun. "Aku belum pernah melihat toko seperti ini sebelumnya. Semua barang tertata rapi, dan cara penyajiannya... sangat praktis."

"Terima kasih," jawab Zetsuya singkat. "Silakan lihat-lihat."

Reina mengambil satu batang sabun, mengamatinya dengan seksama. "Jadi ini sabun terkenal yang banyak dibicarakan orang?"

Zetsuya mengangguk. "Sabun itu cukup populer di kalangan pelanggan kami. Kualitas terbaik, harganya sangat murah."

Reina tersenyum kecil. "Menarik. Siapa yang membuatnya?"

Zetsuya menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Itu rahasia bisnis."

Reina sedikit terkejut. Biasanya, pedagang akan dengan bangga menceritakan sumber barang mereka, apalagi jika itu adalah produk unggulan. Tapi pria ini justru menutupinya.

"Begitu ya..." Reina mengembalikan sabun ke rak dan mengamati sekeliling lagi.

Zetsuya memperhatikannya. Bukan hanya karena dia seorang bangsawan, tapi juga karena dia memang cantik. Dilihat dari posturnya, dia seumuran dengan Zetsuya. Tidak seperti kebanyakan bangsawan yang terkesan angkuh, Reina tampak lebih santai dan tidak merasa lebih tinggi dari rakyat biasa.

Tia, yang sejak tadi berada di sudut toko, akhirnya ikut bicara. "Kalau Anda tertarik, saya bisa menjelaskan manfaat dan cara penggunaan produk di sini."

Reina tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu, boleh aku tahu apa saja produk unggulan di sini?"

Tia mulai menjelaskan tentang sabun, bantal empuk, dan bola plastik, sementara Zetsuya hanya mengamati dengan diam.

(Dia benar-benar datang untuk menyelidiki Eldoria...) pikir Zetsuya.

Meskipun penasaran dengan tujuan Reina, dia tetap bersikap biasa, berpura-pura tidak tahu siapa gadis ini. Namun, tanpa dia sadari, pertemuan ini adalah awal dari hubungan yang akan membawa banyak perubahan dalam hidupnya.

Reina mengambil salah satu batang sabun di rak dan mencium aromanya. Matanya berbinar.

"Wanginya luar biasa..." katanya pelan.

Dia kemudian mengambil satu sabun lain dengan aroma berbeda. "Ada berbagai pilihan juga, ya? Lavender, mawar... bahkan aroma jeruk."

Tia mengangguk dengan bangga. "Kami menyediakan berbagai varian aroma agar pelanggan bisa memilih sesuai selera mereka."

Reina tersenyum. "Sungguh menarik. Di ibu kota, sabun berkualitas seperti ini biasanya hanya tersedia di toko-toko milik bangsawan dengan harga yang sangat mahal, minimal 5 koin emas dengan kualitas sebagus ini. Tapi di sini, rakyat biasa pun bisa membelinya."

"Memang begitu niatnya," jawab Zetsuya santai.

Reina menoleh ke arah Zetsuya dengan tatapan penasaran. "Siapa yang membuat sabun ini?"

Zetsuya hanya tersenyum tipis. "Itu rahasia dagang."

Reina menghela napas kecil. "Baiklah. Berapa harganya?"

Tia menjawab dengan cepat, "Satu batang 8 silver."

Reina mengangguk. "Kalau di penginapan Gerald, aku dengar harganya 1 gold per batang?"

"Betul," kata Zetsuya, tetap tenang.

Reina terkekeh. "Hanya beda 2 silver, tapi tetap saja, ini cerdik. Gerald tahu pelanggan yang menginap di tempatnya pasti ingin sesuatu yang eksklusif dan nyaman."

Zetsuya mengangkat bahu. "Bisnis adalah bisnis. Selama pembeli merasa puas, harga tidak akan jadi masalah."

Reina tersenyum. "Menarik. Aku akan membeli beberapa."

Setelah memilih beberapa batang sabun, Reina menyerahkan koin koin tersebut kepada Tia. Saat menerima sabunnya, dia tampak sangat senang.

Reina duduk di kursi dekat meja kasir Z-Store, menatap Zetsuya dengan mata hijau tajamnya. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang bisa mendengar, dia bersandar ke depan sedikit.

"Kamu tahu siapa aku, bukan?" Reina bertanya dengan suara pelan namun tegas.

Zetsuya tetap tenang, mendorong kacamatanya sedikit ke atas. "Aku sudah tahu sejak pertama kali melihatmu."

Reina tersenyum kecil. "Kalau begitu, tak ada gunanya aku menyembunyikannya lebih lama." Dia duduk lebih santai. "Aku Putri Reina Hexagonia, Putri Duke Hexagonia, sang Penguasa Kota Hexagonia sekaligus perdana menteri kerajaan Sedressil."

Zetsuya hanya mengangguk tanpa ekspresi terkejut.

"Kamu tidak kaget?" tanya Reina.

"Aku sudah menduganya," jawab Zetsuya santai. "Wajahmu terlalu mencolok untuk seorang rakyat biasa. Mata hijau dan rambut ungu khas keluarga Hexagonia. Juga, caramu membawa diri... Jelas bukan rakyat biasa."

Reina tersenyum lagi. "Kamu cukup teliti juga..."

Zetsuya menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya santai tapi tajam.

"Jadi," katanya pelan, "apa tujuanmu sebenarnya ke sini? Cuma mau beli sabun... atau ada hal lain yang kau simpan?"

Reina menatapnya sedikit lama, seolah menimbang sesuatu.

"Aku ingin mengajakmu ke Hexagonia," jawabnya akhirnya. "Tapi sebelum itu... aku ingin mengenalmu lebih jauh."

Zetsuya menghela napas pendek, lalu menatap meja sejenak sebelum membuka suara.

"Aku ini... salah satu pahlawan yang dipilih kerajaan."

Reina membelalakkan mata. "Apa?"

"Aku memang dipanggil bersama para pahlawan lain," lanjutnya, suaranya tenang namun sarat luka yang disembunyikan. "Tapi karena role-ku Merchant, mereka menganggap aku tidak punya nilai. Tidak pantas. Jadi aku diusir."

Reina terdiam beberapa detik. Tidak ada tawa. Tidak ada ejekan.

Yang ada hanya ekspresi marah yang naik perlahan di wajahnya.

"Itu... benar-benar keterlaluan!" serunya, suara naik setingkat. "Siapa yang memutuskan itu?"

"Putri Sena dan High Priest," jawab Zetsuya datar.

Ekspresi Reina langsung berubah tegang.

"Putri Sena? Sahabatku?" gumamnya, tampak terpukul dan kesal bersamaan. Dia mengepalkan tangan.

"Itu tidak sopan. Tidak adil sama sekali! Role Merchant bukan berarti tak punya potensi. Mereka bahkan tidak memberimu kesempatan! Bodoh sekali!"

Reaksi itu cukup membuat Zetsuya terdiam.

Ia tak menyangka ada orang yang benar-benar marah untuknya.

Reina menarik napas panjang, mencoba menurunkan emosinya.

"Semakin mendengar ceritamu... semakin aku ingin membawamu ke Hexagonia," katanya pelan namun tegas. "Aku yakin kau bisa lebih dari yang mereka kira. Dan... aku ingin mengenal siapa Zetsuya sebenarnya."

Zetsuya hanya menyunggingkan senyum tipis.

"Menarik."

Ia kembali menyandarkan tubuhnya, pandangannya mengintai Reina.

"Kalau begitu, Putri Hexagonia... apa yang kau suka lakukan di waktu luang?"

Reina, yang tadi masih terlihat marah, kini mulai rileks. Ia menyilangkan tangan di atas meja.

"Aku suka membaca," jawabnya. "Sejarah, sihir, ensiklopedia... Tapi paling banyak novel."

Mata Zetsuya sedikit berbinar. "Novel, ya?"

Reina mengangguk. "Iya. Cerita petualangan, misteri, romansa yang ditulis dengan baik... aku bisa tenggelam berjam-jam."

Zetsuya menyeringai ringan. "Kebetulan, aku juga demen novel."

Reina mengangkat alis, tampak tertarik. "Oh?"

"Tapi lebih ke gaya cerita yang cepat dan ekspresif," jelas Zetsuya. "Kadang yang ada ilustrasinya juga. Cerita yang ritmenya ringan, gampang dibaca, tapi nagih."

Reina memiringkan kepala, penasaran. "Seperti... novel pendek dengan gambar?"

"Kurang lebih begitu," jawabnya. "Cerita yang fokus ke karakter dan petualangan, tapi tetap fun dibaca."

Reina tersenyum kecil.

"Kedengarannya menarik. Sepertinya aku ingin mencoba satu."

Zetsuya menyeringai lebih lebar.

"Kalau begitu, nanti akan kucari cara supaya kau bisa membacanya. Aku jamin kau bakal ketagihan."

Reina tertawa pelan, lembut.

"Kalau begitu... aku menantikannya."

Zetsuya menelusuri katalog E-Shop Modern dalam pikirannya. Beberapa detik, lalu matanya membesar. Manga. Light novel. Novel. Semua murah.

Reina memperhatikan perubahan ekspresinya.

"Wajahmu tampak sangat puas. Ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"

Zetsuya menoleh.

"Aku baru ingat... aku mungkin bisa memberimu beberapa buku. Yang cocok dengan seleramu."

Reina sedikit mengangkat dagu, penasaran.

"Dari koleksimu sendiri? Itu terdengar menarik. Kau menyebutkan buku-buku dengan gaya berbeda, bukan?"

"Ya. Kau suka romance, kan?"

Reina tersenyum tipis, elegan namun sedikit malu.

"Aku mengapresiasi kisah romansa yang ditulis dengan halus. Yang membangun hubungan secara perlahan, tanpa kehilangan kedalaman karakter. Cerita semacam itu... selalu memikatku."

Zetsuya langsung membeli tiga buku.

Dalam sekejap, buku-buku itu muncul di tangannya.

Reina menatapnya dengan takjub.

"Benda-benda ini... tampilannya sungguh unik. Jauh berbeda dengan literatur kerajaan."

"Coba saja," kata Zetsuya. "Kalau tidak suka, tinggal bilang."

Reina mengambil manga paling atas. Begitu membuka beberapa halaman, pipinya memerah halus.

"...Ini... gaya penyampaiannya... sangat berbeda," gumamnya dengan suara nyaris berbisik.

Zetsuya nyaris tertawa.

Reaksinya cepat sekali.

Namun satu hal mengganggunya.

"Sebentar...Kau membaca itu begitu lancar. Padahal tulisannya bukan bahasa umum. Bagaimana bisa?"

Reina menutup manga perlahan, lalu tersenyum anggun.

"Ah... aku mengerti kenapa kau terkejut. Kemampuan membaca huruf-huruf ini adalah warisan dari Pahlawan Nagumo Kento."

Zetsuya mengernyit. "Nagumo... siapa?"

"Pahlawan Nagumo Kento," jelas Reina dengan nada lembut namun berwibawa. "Beliau dipanggil lima abad lalu dan mendirikan Keshogunan Nagumo di timur benua. Orangnya... sangat luar biasa berbakat. Beliaulah yang memperkenalkan sistem tulisan dari duniamu: kanji, hiragana, katakana, serta romaji."

Zetsuya membelalak.

"Jadi ini sudah lama diajarkan?"

Reina mengangguk halus.

"Ya. Tulisan itu dianggap indah dan berkelas. Bangsawan menggunakan kanji dalam dokumen resmi, sementara romaji lebih lazim dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di istana pun mengajarkannya sejak kecil."

Zetsuya menarik napas.

"Pantas saja."

Reina melanjutkan, suaranya tenang.

"Tuan Kento adalah pahlawan yang sangat dihormati. Banyak aspek dunia ini terbentuk karena pengaruh beliau. Apalagi setelah beliau mengalahkan sang Raja Iblis Agung."

"Kalau Raja Iblis Agung sudah dikalahkan, kenapa pahlawan masih dipanggil?" tanya Zetsuya.

Reina menundukkan kepala sedikit, matanya lembut namun muram.

"Itu... sesuatu yang belum terjawab hingga kini. Dewi Elysia memberikan peringatan bahwa bencana besar akan datang. Namun sifat bencana itu sendiri... tidak pernah dijelaskan."

Zetsuya mengerutkan dahi.

"Semua orang percaya begitu saja?"

Reina tersenyum tipis, pahit namun tetap elegan.

"Ketika sebuah ramalan selalu terbukti selama ribuan tahun, mempertanyakannya menjadi tindakan yang berbahaya... dan tidak sopan. Raja, bangsawan, dan para pemimpin negara memilih mempercayainya."

Zetsuya bertanya lagi, "Siapa yang pernah melihat Dewi Elysia?"

Reina menggeleng perlahan.

"Tidak ada. Selain para pahlawan setiap masa. Wahyu turun lewat suara atau mimpi suci. Gambaran Dewi selalu disampaikan oleh pahlawan terbaru, sehingga patung-patung di kuil tampak seragam."

Zetsuya mendecak kecil.

"Hanya pahlawan yang bisa melihatnya... kenapa?"

Reina mencondongkan tubuh sedikit, suaranya diturunkan menjadi lebih lembut.

"Ada satu hal... yang mungkin berkaitan."

"Apa?"

"Kaum yang disebut... Kultus Kehancuran," jawabnya pelan, kata-katanya terukur.

Zetsuya diam.

"Belum pernah dengar."

"Mereka pengikut Dewa Anarkia," lanjut Reina. "Dewa kekacauan dan kehancuran. Tujuan mereka adalah meruntuhkan dunia ini dan membangunnya kembali dengan wajah yang berbeda. Mereka telah muncul dan dibasmi berulang kali dalam sejarah panjang kerajaan, namun... selalu bangkit lagi."

"Dan mereka masih aktif?"

"Sangat mungkin," kata Reina, nada bicaranya dingin namun tetap terkendali. "Rumor mengatakan bahwa peringatan Dewi terkait bencana... ada hubungannya dengan gerakan mereka. Sayangnya, mereka bergerak begitu tersembunyi hingga sulit dilacak."

Zetsuya menyandarkan tubuhnya.

"Kalau begitu, lebih baik menyelidiki mereka daripada latihan secara rutin."

Reina tersenyum tipis, tenang, tapi ada kekhawatiran samar.

"Andai itu semudah kedengarannya. Tidak ada yang mengetahui pemimpin mereka, struktur mereka, bahkan lokasi markas mereka. Beberapa percaya mereka telah menyusup ke kerajaan... meski bukti belum ditemukan."

Zetsuya tersenyum kecil.

"Yah, pahlawan mungkin sibuk mengikuti perintah. Tapi pedagang? Pedagang selalu mencari informasi yang orang lain tidak punya."

Reina memandangnya lama, lembut dan serius.

"...Kau benar-benar berniat menyelidiki mereka?"

Zetsuya mengangkat bahu.

"Itu sudah bagian dari pekerjaanku."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!