Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergerakan dari Dunia Bawah Tanah
Disekitar hutan jauh dari perkotaan.
Tampak pria tua berjalan membawa tongkat tuanya. Dia menelusuri jalanan berhari hari untuk mencari seseorang untuk dibunuh. Tidak lain Ki Brewok, dia terpaksa melarikan diri dari dunia bawah tanah karena digempur 5 keluarga besar sekaligus.
Walau begitu sakti tapi tetap saja karena dikeroyok, ditambah petinggi keluarga besar itu turun tangan. Mau tidak mau Ki Brewok kabur hingga tanpa sengaja menyasar ketempat ini.
"Kikiki, sialan mereka seperti semut saja-- bertarung secara beramai ramai"
Kutuk Ki Brewok sambil berusaha memulihkan tenaga dalamnya.
Lalu Ki Brewok berhenti, dia duduk setengah teratai dibawah pohon yang cukup besar. Ki Brewok harus mengumpulkan tenanganya kembali.
"Semoga saja tidak ada yang mengacau meditasiku"
Ucapnya lalu memejamkan matanya, fokus bermeditasi.
--
Dijalanan yang sunyi, Norman bersama anak buahnya tampak berdiskusi serius. Mereka ragu pulang ke kediaman keluarga Black Rose sebab tugas utama mereka yaitu membunuh Jati.
Norman pusing memikirkan tugas yang cukup berat menangani mantan Mafia yang berkeliaran dikota ini.
"Kita tidak sendirian, banyak organisasi lain bahkan keluarga besar lainnya memburu Jati"
Ucap Norman serius sambil menghembuskan nafas rokoknya.
"Benar tuan muda, kita sepertinya perlu waspada jika tuan Jati tiba tiba menyerang kita"
Tambah salah satu anak buahnya mengangguk setuju, lalu dia ikut merokok merk Gudang Garam.
--
"Bos gimana ini?"
"Apa kita cuma keluyuran tidak jelas seperti ini terus?"
"Benar bos, capek tahu jalan jalan kayak pawai saja?"
Keluh anak buah Jaylon terkapar dijalanan setelah berhari hari tidak kunjung menemukan target mereka yakni Jati. Apalagi tubuh mereka terasa hancur dikalahkan Jati tanpa bisa melawan sama sekali.
Jaylon mengusap wajahnya dengan kasar.
"Diam, kita harus fokus pada misi kita"
Tegasnya juga ikut ikutan duduk karena lelah.
--
Tampak dua orang pria dan satu wanita berdiri mengamati ramainya jalanan. Mereka bertiga adalah utusan dari Red Devil, organisasi mistis yang berkaitan dengan praktik ritual kesaktian.
"Bagaimana ini ketua, apa kita bisa menemukan keberadaan tuan Jati ditempat seperti ini?"
Tanya salah satu dari mereka.
"Tentunya mungkin sebab menurut rumor, dia menyamar dikota ini... entah menjadi apa, aku juga tidak tahu"
Sahut ketua mereka.
"Kalau begitu kita melakukan pencarian dengan mengawasi gerak gerik penduduk sekitar terlebih dahulu."
"Pastinya tuan Jati menyamar menjadi manusia biasa?"
Sahut si wanita dengan wajah tanpa ekspresi.
Ketua mereka mengangguk setuju.
"Baik, Ayo kita cari dia"
"Whussh"
Mereka bertiga menghilang ditelan bayangan dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun.
--
Dikediaman keluarga Black Rose.
"Maaf nyonya, tuan muda Norman bilang dia akan pulang lebih lama karena memburu mantan Mafia itu"
Seorang pelayan memberikan surat yang ditulis oleh tuan muda Norman... dan dia mengirimkannya lewat salah satu anak buahnya.
Tampak seorang wanita dewasa cantik nan anggun duduk dikursi kebesarannya. Dia adalah nyonya Merlin Rose, pemimpin dari keluarga Black Rose. Nyonya Merlin geram melihat putranya itu pastinya berkeliaran bermain wanita, bukan mengerjakan tugasnya.
Lalu nyonya Merlin berkata.
"Anak itu tidak berguna tapi dia putraku juga"
Namun pikirannya teralih kepada Mafia yang memutuskan berkhianat itu. Dia cuma bisa mengandalkan putranya itu saja karena dia mempunyai banyak pekerjaan.
"Berapa persen kemungkinan orang itu bisa terbunuh dengan banyaknya orang orang dari dunia bawah tanah mengincarnya?"
Pelayan itu menjawab dengan hormat.
"1%-- tuan Jati bukanlah Mafia biasa, dia pernah bertarung menghadapi tokoh tokoh kuat didunia bawah tanah"
Nyonya Merlin mengangguk mengerti. Ternyata Jati sekuat itu, saking kuatnya dia bosan dan memilih menjadi manusia biasa.
Padahal menjadi Mafia itu pekerjaan yang di impikan banyak orang dunia bawah tanah. Karena dengan begitu mereka menjadi kaya raya meski tidak mudah bisa membentuk organisasi Mafia.
--
Ditempat keluarga Eucaliptus, seorang pria paruh baya mengamati para pasukan keluarga Eucaliptusnya berlatih menggunakan senjata tajam.
Lalu dia bertanya kepada pelayan wanita pribadinya yang berada disampingnya itu.
"Siapa yang mewakilkan keluarga kita memburu Mafia itu?"
Tanyanya serak sesekali batuk batuk.
"Nona muda Friska, tuan"
Pelayan yang memiliki nama Sora itu memegangi bahu tuan Hanz agar tidak kenapa napa, pemimpin keluarga Eucaliptus dari 9 keluarga Flower.
Hanz mengangguk pelan. Dia bangga karena cucu berbakatnya mau turun tangan, tidak seperti cucu satunya itu yang cuma menjadi beban keluarga Eucaliptus.
"Cucuku, Daren, kenapa kamu tidak mau menyusul sepupumu memburu mantan Mafia bernama Jati itu?"
Seorang pemuda yang tengah asyik berduaan bersama pacarnya menoleh kearah kakeknya.
"Malas kek, aku tidak mau mati jika bertemu orang dari bawah tanah"
Sahut Daren tidak memedulikan perintah kakeknya.
"Ayo sayang kita ketempat yang sepi aja biar tidak ada yang mengganggu"
Daren menarik tangan pacarnya itu lalu membawanya pergi meninggalkan tempat ini.
Menyisakan kakeknya bersama Sora yang sudah seperti perawat panti jompo saja. Daren lebih mementingkan nyawa daripada ikut bersama sepupunya, Friska.
"Cucu kepas kepala"
Hanz menggelengkan kepala saja melihat tingkah cucunya yang cuma menghamburkan uang saja.
Sora menahan tuan Hanz yang ingin mengejar tuan muda Daren. Sora satu satunya pelayan yang mau merawat pria tua itu... teman teman pelayannya malas merawat kakek tua apalagi melayaninya, mana sakit sakitan pula.
"Jangan terlalu dipikirkan ucapan tuan muda Daren, Tuan."
Sora memegang lengan tuan tua Hanz agar tidak jatuh ketika berjalan.
"Dasar anak itu"
Hanz mencoba menenangkan pikirannya yang mempunyai cucu tidak berguna sama sekali.
"Kalau begitu ayo antar saya kekamar, saya tidak sabar kita melakukannya lagi dikamar"
Hanz menatap pelayannya itu, lalu memintanya mengantarkannya kekamar.
Sebagai pemimpin keluarga Eucaliptus, Hanz tetap menjalankan tugasnya dengan baik meski keadaannya mudah lelah karena sudah berumur.
Apalagi pelayannya, Sora senantiasa membantunya dan juga menenaminya jika dia membutuhkan termasuk menjadi simpanannya.
"Baik tuan"
Sora mengangguk mengerti apa yang dimaksud tuan Hanz itu.
Sora tidak masalah menyerahkan tubuhnya kepada tuan Hanz. Lagipula cucu tuan tua itu sama sekali tidak memedulikan jika dia menjadi mainan kakeknya.
"Mari tuan"
Sora berjalan pelan, menuntun tuan Hanz menuju kamar mewahnya yang berada dilantai atas.
Setelah sesampainya dikamar, Hanz mengunci pintu kamar. Sora tahu apa yang di inginkan pria tua itu, dia dengan senang hati mengikuti titah tuannya itu.
Lalu mereka berduapun...
--
Ditempat lain.
Jati mengusap wajahnya dengan gusar. Bagaimana tidak dia kemarin dikejar salah satu dari orang bawah tanah.
Hidupnya menjadi tidak tenang karena dikejar banyak musuh. Jati membuang nafasnya, dia menatap telapak tangannya.
"Jika sudah begini maka aku tidak bisa melarikan diri lagi dari mereka?"
Jati mengencangkan rahangnya... mengingat sulit sekali menyingkirkan satu orang bawah tanah dengan berbagai kekuatan aneh mereka.
Jati berkata dengan lantang.
"Cobalah kalau bisa, aku akan menghabisi kalian semua"
Jati mengambil sebuah belati yang dia namai: Cokrolewoyo. Sebuah belati yang mampu menebas musuh hanya satu gerakan, tetapi memerlukan darah sebagai makanannya.