NovelToon NovelToon
Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: Sibewok

Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.

Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.

Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.

Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 - Raja Dan Ratu Telah Ditentukan

Malam itu, Elara terkunci di balik jeruji besi. Hanya sebutir anggur yang mengisi perutnya. Tapi itu sudah cukup. Ia terlalu kenyang oleh sikap Zevh dan ancaman halus yang berputar-putar di pikirannya. Tidurnya tak datang, hanya kecemasan yang membuat malam terasa panjang.

Sementara di sisi lain, di Desa Osca, kediaman keluarga Elowen dipenuhi bayangan ketakutan.

Ayahnya Elara, Tuan Edric Elowen, duduk kaku di kursi utama. Kedua tangannya menggenggam lengan kursi hingga urat-uratnya menegang. Elara pergi, dan kini ia harus menanggung akibatnya.

Tekanan dari Pangeran Arons semakin berat, mengiris rumah tangganya seperti pedang yang tak kasat mata.

Di halaman, pasukan asing mulai bermunculan. Suruhan Arons ditempatkan diam-diam. Tidak untuk menghancurkan Osca, tetapi untuk mengawasi, khususnya keluarga Elowen.

“Putri kita harus segera dilindungi. Aku tidak mau sesuatu terjadi padanya,” suara sang ibu pecah oleh isak. Matanya bengkak, air matanya menetes tanpa henti.

“Oh putriku yang malang,” ia menunduk, suaranya lirih. “Aku rela kau tidak kembali… daripada jatuh di tangan yang salah.”

“Tenanglah,” sahut Tuan Edric Elowen, suara beratnya bergetar. “Selama aku masih hidup, aku akan menutupi identitas Putri kita. Bahkan jika harus menghapus namanya dari sejarah Desa Osca.”

Ia menoleh pada para pengawal yang berdiri kaku.

“Dengar. Ini perintah terakhirku. Hapus semua jejak nama Elara Elowen. Anggap dia tidak pernah lahir.”

Para pengawal saling pandang, lalu menunduk dalam-dalam. “Siap, Tuan.”

“Ia tidak boleh menjadi buronan tiga wilayah,” lanjutnya. Kata-kata itu keluar seperti darah dari luka, penuh rasa sakit.

Saat pengawal-pengawal itu bergegas pergi, Tuan Elowen menatap pintu besar yang terbuka lebar. Di sana, pikirannya menari antara putus asa dan harapan. "Putriku sudah dewasa. Ia akan menemukan jalannya sendiri. Tapi jika nasib membawanya kembali padaku… tak seorang pun akan bisa merebutnya lagi."

Tangannya yang besar menyentuh bahu istrinya. “Demi keluarga ini… demi putri kita… bahkan jika harus melawan tiga wilayah sekalipun, aku tak akan menyerah.”

Sang ibu tak membantah. Hanya tangisnya yang membasahi pakaian suaminya, air mata yang membawa permintaan janji yang harus ditepati.

Namun suasana yang sudah mencekam semakin menegang saat suara langkah-langkah masuk ke halaman.

“Ada utusan Pangeran Arons!” seru seorang pelayan dari luar.

Ketegangan mendadak mereda dalam sekejap, wajah-wajah menegakkan sikap seolah tak ada yang terjadi.

Seorang ajudan masuk, memberi hormat.

“Malam, Tuan. Saya diutus Pangeran Arons. Beliau meminta Anda menghapus semua jejak Putri Anda. Dan mulai malam ini, pengawal beliau akan ditempatkan di sekitar Desa Osca untuk melindungi keluarga Anda.”

Mata Tuan Eric Elowen melebar. “Jadi… Tuanmu sudah tahu kabar putriku kabur?”

Ibunda Elara jatuh terduduk, nyaris pingsan. Para pelayan sigap menopangnya.

“Ya. Sudah. Wilayah Utara akan membantu mencari jejaknya,” lanjut ajudan dengan datar. “Namun jangan sampai kabar kehilangan itu merambat ke Selatan, Barat, ataupun Timur.”

“Ucapkan terima kasihku pada Tuanmu,” jawab Tuan Edric Elowen, suaranya penuh tanda tanya tapi juga kelegaan.

Ajudan itu pergi, meninggalkan udara berat yang masih menggantung di ruangan.

Tak lama, seorang pengawal Tuan Edric masuk dengan langkah tergesa. “Tuan! Semua sudah terkendali soal Pangeran Arons. Tapi…” suaranya terputus, napasnya tersengal. “Ada kabar dari perbatasan. Panglima Zevh Obscura akan datang ke kediaman ini.”

“Apa?” suara Tuan Elowen meninggi. “Untuk apa Panglima Zevh kemari?”

Pengawal itu menunduk. “Saya yakin beliau ingin menguji kebenaran kabar pertemuan Tuan dengan Pangeran Arons, yang Anda samarkan dengan alasan jual-beli tanah di wilayah Utara.”

“Oh… itu.” Senyum getir melintas di wajah Tuan Elowen. “Maka aku harus bisa meyakinkan Zevh dengan kebohongan yang kubuat sendiri.” Namun garis ketakutan tampak jelas di wajahnya. Ia tahu reputasi Zevh, tegas, dingin, kejam. "Bisakah aku lolos dari mata Elysight itu?"

“Hadapilah,” bisik istrinya, menggenggam tangannya. “Semoga keberuntungan berpihak pada kita.”

Ia menatap istrinya, mata penuh luka. “Maaf… keluarga kita terpecah karena sikap egoisku. Terlalu menekan putri kita.” rasa penyesalan datang dalam hatinya. Tapi terlambat.

Sang ibu menatapnya, bibirnya bergetar. “Percayalah. Dia baik-baik saja…”

Dan seketika, simbol di bahunya memercikkan cahaya biru samar, hanya sekejap, seperti isyarat gaib bahwa Elara masih hidup.

Tuan Edric Elowen mengangguk, lalu memeluk istrinya erat. Malam itu, satu masalah seakan selesai. Namun masalah lain sudah mengetuk pintu, membawa nama Zevh Obscura sebagai badai berikutnya.

---

Malam perlahan merambat dari Desa Osca hingga ke jantung Kerajaan Noctis. Bintang-bintang bertebaran di langit, sementara cahaya bulan memantul di dinding istana megah yang menguasai tanah timur. Desa Osca, yang tampak kecil dari ketinggian menara, tetap menjadi simpul benang merah perhatian para pangeran.

Di ruang strategi istana Noctis, keheningan terpecah oleh suara Veron, sang pangeran kedua dari wilayah Barat.

“Kau dengar, Zevh? Salah satu ajudanmu membawa laporan penting malam ini.” Suaranya tenang namun mengandung ketajaman.

Zark, sang pangeran ketiga dari wilayah selatan, menimpali dengan nada penuh selidik.

“Ya. Aku sendiri heran… apa yang sebenarnya Arons inginkan dari Desa Osca?”

Veron menyilangkan tangan di dada. “Sudah jelas ia menginginkan tanah itu, dan berusaha menarik Desa Osca masuk ke wilayah Utara.”

“Tentu saja itu bagian dari rencananya,” jawab Zark, matanya menyipit. “Tapi… aku merasa ada hal lain yang ia sembunyikan.”

Kedua pasang mata beralih pada Zevh yang berdiri di dekat jendela besar. Bayangan tubuhnya tampak kontras dengan cahaya bulan. Tangannya berpegang di kusen, menatap jauh ke arah hamparan tanah timur. Wilayah kekuasaannya.

“Kau benar, Zark,” ucap Zevh pelan namun tegas.

Dalam diam, pikirannya kembali pada simbol pusaran air di bahu Elara Elowen, lambang yang masih terpatri di kepalanya sejak pertemuan terakhir. Hatinya seperti diseret pada satu jawaban yang belum terungkap.

“Aku akan segera menemukan jawabannya,” katanya mantap.

“Jadi… tinggal menunggu waktu,” sela Veron. Bunyi ketukan jarinya di meja kayu besar terdengar seperti denting jarum jam.

Zevh berbalik. Tangannya meraih pion catur di atas papan hitam putih yang terbentang di meja strategi. Jemarinya menggeser bidak raja dengan mantap hingga menjatuhkan raja lawan.

“Perang dimulai,” ucap Veron, matanya berkilat.

Ketiganya saling menatap. Udara di ruangan itu mengental, seolah setiap tarikan napas bisa memicu percikan api.

“Izin sang Raja sudah kita dapatkan,” kata Veron lebih lanjut. “Strategi politik ini harus dilancarkan. Kita tak bisa mundur.”

Bidak-bidak catur di hadapan mereka menjadi simbol nasib ribuan jiwa. Satu langkah salah, segalanya akan runtuh.

Tiba-tiba Veron kembali berbicara, memecah ketegangan dengan nada sinis.

“Dan untukmu, sang pangeran…” tatapannya mengarah pada Zevh. “Temuilah surga duniamu.”

Senyuman tipis muncul di bibir Zark. “Benar. Kau meninggalkan Liora Endless satu malam, di malam pertama pernikahan kalian. Apa dia akan menangis ketika akhirnya bertemu suaminya besok?”

Candaan itu menusuk, tetapi Zevh tak bergerak sedikit pun. Tatapannya tetap keras, seolah sindiran mereka tak menyentuh.

Zark berdiri, meraih jubahnya. “Hiduplah dalam dunia yang tak pernah kau inginkan,” ucapnya sambil berbalik. Langkah kakinya bergema, meninggalkan ruangan bersama Veron.

Kini, Zevh seorang diri di hadapan papan catur. Ia menunduk, menatap bidak raja dan ratu. Tangannya yang kokoh meraih pion ratu, lalu mendirikannya kembali di tengah papan. Ia menggeser raja lebih dekat, hingga keduanya berdiri berdampingan.

“Aku sudah menentukan ratuku malam ini,” gumamnya pelan.

Zevh lalu menoleh ke arah jendela. Pandangannya menembus gulita malam, melewati perbukitan dan ladang yang luas. Sorot matanya tertuju pada satu titik jauh di timur, "Desa Osca." Bisik Zevh.

Gelap malam seolah tak sanggup menutupi jalan pikirannya. Di balik hening, ada badai yang tengah ia siapkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!