" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Rayyan memanggil sang adik yang ternyata diikuti oleh sang mama dibelakang yang mengekori dirinya bak anak kucing, kini suasana cukup panas diruang tamu yang terasa sejuk.
Liora duduk disalah satu sudut sofa ditemani oleh Rayyan sang kakak, sedangkan Meta memilih untuk duduk disamping sang suami yang terlihat sedang menahan rasa penyesalan serta emosi.
" Jadi apakah ini semua sudah benar?"
Pradana akhirnya mengeluarkan suaranya untuk memastikan sekali lagi jika bukti yang kini ada dihadapannya memang nyata, dan tentu saja apapun keputusan yang akan ia ambil tidak salah.
" Benar dan saya sudah pastikan, Om sudah membaca dan melihat surat pengakuan dan itu kuat Dimata hukum".
Suara Arga kini terdengar sangat pasti dan penuh percaya diri, membuat Dimas sang sahabat kini bisa bernafas sedikit hanya sedikit saja lega.
" Lima tahun saya mengumpulkan semua bukti ini Om, dan sudah saya bersihkan kembali nama Om Pradana disaksian oleh Kak Rayyan benar begitu bukan Kak?".
Kini tatapan beralih menatap Rayyan yang mengangguk-anggukkan kepalanya, memang benar Arga telah memberikan klarifikasi serta bukti jika kesalahan lalu bukanlah karena Pradana dan tentu saja bukti video pengakuan yang dilakukan oleh beberapa oknum memperkuat bukti.
Pradana menatap wajah Arga dengan penuh kebimbangan, dan kini beralih menatap wajah sang anak yang masih setia menundukkan kepalanya.
" Saya kembali karena tidak ingin membiarkan luka terlalu lama tanpa diobati dan tentu saja tujuan saya mencari bukti selama lima tahun... Untuk kembali mengambil cinta lama yang telah saya tinggalkan".
Dimas kini mengeluarkan bola matanya setelah mendengar ucapan sang sahabat yang masih saja bucin ditengah ketegangan yang dirasakan, bagaimana bisa Arga masih memikirkan hal seperti itu.
Argaaaaaa... Bisa-bisanya masih menggombal bukannya meyakinkan astaga anak ini benar-benar deh....
Meta kini mengusap punggung sang suami untuk memberikan ketenangan, ia tahu jika sang suami akan memberikan keputusan yang terbaik setelah beberapa waktu kemarin dilanda kebimbangan yang cukup dalam.
" Adek..." suara Pradana terdengar lirih memanggil sang anak.
Liora kini memberanikan diri untuk menatap wajah sang Papa, kedua bola matanya sudah diliputi rasa putus asa yang memuncak namun hatinya masih merasa sakit jika harus kembali kehilangan.
" Maafkan Papa... Karena keegoisan Papa kamu harus terluka selama ini. Sekarang cinta adek sudah kembali dan Papa merestui kalian berdua".
Setelah ucapan Pradana selesai tidak ada yang bergerak semua seolah berhenti sejenak, apakah ini mimpi, halusinasi atau memang jawaban dari setiap doa dan harapan yang akhirnya Tuhan mengabulkan permohonan keduanya.
" Paaahh"
Pradana menganggukkan kepalanya setelah sang anak bungsunya memanggil namanya dengan nada manja, suara itu kini benar-benar kembali.
" Terimakasih banyak Om, Saya akan selalu mengusahakan kebahagiaan untuk Liora. Menggantikan setiap air mata yang telah keluar selama lima tahun dengan segenap jiwa saya, akan saya usahakan senyuman itu tidak pernah pergi dari bibir manis Liora".
Buuughhhh...
Rayyan memukul kepala Arga dengan bantal, bagaimana bisa Arga begitu terlihat agresif sekali sampai lupa jika dia sedang berbicara dengan Papa nya.
" Omongan Lu kebablasan ya Arga Mahendra.."
Dimas hanya bisa menghela nafas panjang dan juga menggelengkan kepalanya, setelah lelah menahan nafas akhirnya perjuangan keduanya berakhir restu.
" Ga, gue jadi dikasih cuti kan? Lo udah dapet restu sekarang gue yang mau menghabiskan waktu bersama kekaksihku gentian lah..." Dimas sengaja merengek dihadapan kedua orangtua Liora, karena dipastikan Arga akan menyetujui.
" Boleh dia hari aja, gue juga mau diapain acara lamaran sama Liora Dim".
" Awas aja Lo ngelangkahin gue" Ucapan Rayyan seolah menjadi suatu ancaman yang hanya bisa dibalas dengan senyuman oleh Arga.
Liora kini memeluk tubuh sang ayah dengan tubuh yang bergetar, inilah akhir dari perjuangan menunggu selama lima tahun terkahir.
" Terimakasih banyak Papa... Aku sayang Papa.. Terimakasih sudah mau belajar memahami tanpa harus menyakiti ya Pah". Ucapan Liora terbata karena sesak dalam dadanya bercampur dengan tangisan.
Meta mengelus punggung sang anak perempuan yang kini telah kembali menemukan cintanya kembali, tidak ada yang sia-sia dalam setiap usaha yang dilakukan hanya saja sabar yang dimiliki harus lebih banyak agar tidak merasakan sakit terlalu banyak dan juga dalam.
" Maafkan Papa yang sudah banyak menyakiti dan melukai hati adek ya.. Sekarang adek sudah kembali bersama Arga, jika nanti Arga menyakiti tolong kasih tau Papa biar nanti Papa yang pukul Arga".
Kini pesan itu sudah sangat enak didengar oleh telinga bahkan kini diselingi dengan candaan.
Suasana kini terlihat lebih hangat seolah kembali sejuk, ada rasa bahagia yang tengah membuncah dan kini senyuman itu telah kembali.
" Sayang... Aaahh akhirnya kita mau menikah ehh lamaran dulu, nanti pas pernikahan Kak Rayyan kamu punya gandengan, Yang" Arga kini tengah memeluk tubuh yang selama ini dirindukan.
Arga dan Liora kini tengah duduk berdua dihalaman belakang rumah Liora yang sejuk, keduanya menghabiskan waktu malam ini untuk kembali merajut rencana yang akan dilakukan untuk hubungan mereka.
" Terimakasih sudah memperjuangkan semuanya seorang diri, maafkan aku yang selama ini malah membenci kamu".
Liora menatap sendu wajah Arga, rasa rindunya masih begitu besar namun sedikit berkurang.
" Maaf juga karena selama ini membiarkan kamu dengan luka yang begitu dalam, mulai sekarang kita sembuhkan bersama-sama ya Sayang dan harus mau menikah gak ada pacar-pacaran lagi".
Arga sepertinya menggebu sekali ingin menikah dengan Liora yang kini sudah kembali menjadi calon istrinya.
" Honey.."
Arga lagi-lagi membeku mendengar panggilan yang selama ini dirindukannya, lima tahun dengan rasa cinta yang semakin besar adalah sesuatu hal yang sangat menyakitkan.
" Sayang, Astaga... Aku gak akan lepasin kamu lagi. Kita benar-benar harus menikah setelah kak Rayyan sayang". Arga memeluk erat tubuh Liora yang terasa ringan.
" Mulai sekarang harus bahagia terus sayang, kita akan makan enak dan tidur nyenyak tubuh kamu terlalu kurus. Maaf sudah membiarkan kamu hidup dengan tidak nyaman".
Saling memaafkan inilah yang saat ini sedang diusahakan oleh keduanya, rasa cinta itu memang besar namun luka yang ditinggalkan harus disembuhkan juga agar tidak menjadi bom atom yang kapan saja bisa meledak.
" Terimakasih sudah kembali Honey, terimakasih sudah menjaga hati dan cinta kamu untuk aku. Padahal diluar sana banyak wanita yang lebih dari aku, tapi kamu masih memilih untuk kembali dan memperjuangkan semuanya".
Cup...
Kecupan hangat itu Liora daratkan dipipi Arga yang semakin membuat hati Arga kini dikelilingi oleh belalang, ramai dan terasa berdenyut sekali seolah tersengat lebah.
Senyum ini sudah kembali dan menemukan kembali rumah yang selama ini ditinggalkan, hubungan itu saling memperjuangkan dan saling memaafkan.