Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Kirana
Sejak pertemuan di cafe sawah itu Riana merasakan ada perubahan positif dalam dirinya. Ia tidak lagi terlalu dihantui oleh bayangan masa lalunya. Kehadiran Raka memberikan rasa aman dan nyaman yang selama ini ia cari. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, saling berbagi cerita, tawa, dan mimpi. Riana merasa seperti menemukan pelabuhan baru setelah lama terombang-ambing di lautan yang penuh badai.
Raka pun semakin berani mengunjungi apartemen Riana lebih sering. Ia tidak hanya datang untuk menemani Riana, tetapi juga untuk membantunya melakukan pekerjaan rumah, memasak, atau sekadar menonton film bersama. Terkadang, mereka hanya duduk berdua di balkon, menikmati pemandangan kota Malang di malam hari sambil berbagi cerita tentang masa kecil mereka. Riana merasa senang dan bersyukur memiliki Raka di sisinya. Pria itu tidak hanya menjadi kekasih, tetapi juga sahabat dan tempatnya bersandar.
Suatu sore, saat Raka sedang asyik memasak makan malam di dapur Riana, bel apartemen berbunyi. Riana bergegas membuka pintu dan mendapati seorang gadis muda berdiri di hadapannya. Gadis itu mengenakan jaket denim dan celana jeans robek-robek, rambutnya diikat ekor kuda yang berantakan.
"Mbak Riana!" seru gadis itu sambil memeluk Riana erat. "Aku kangen banget!"
"Kirana!" balas Riana sambil membalas pelukan adiknya. "Ya ampun, kamu kok nggak bilang-bilang mau datang? Tumben banget."
"Surprise!" jawab Kirana sambil tersenyum lebar. "Aku baru selesai ujian, terus langsung kabur ke sini. Bawain oleh-oleh getuk trio kesukaan Mbak Riana!" Kirana Mengangkat paper bag yang dibawanya, memperlihatkan bungkusan getuk trio yang berwarna-warni.
Riana tertawa dan menarik Kirana masuk ke dalam apartemen. Kirana mengamati sekeliling ruangan dengan tatapan kagum. Ia berhenti sejenak di depan rak buku Riana, mengamati koleksi novel dan buku-buku psikologi yang tersusun rapi.
"Wah, apartemen Mbak Riana cozy banget," puji Kirana. "Pasti betah banget ya tinggal di sini. Sendirian nggak sepi Mbak?"
"Nggak juga sih," jawab Riana sambil tersenyum misterius. "Eh, Kirana, kenalin ini Raka, temanku."
Raka, yang mendengar namanya disebut, keluar dari dapur sambil mengeringkan tangannya dengan lap. Ia menghampiri Riana dan Kirana dengan senyum ramah. Aroma masakan yang lezat langsung menyeruak memenuhi ruangan.
"Hai, Raka," sapa Riana. "Kenalin, ini Kirana, adikku yang paling cerewet."
Raka mengulurkan tangannya dan tersenyum pada Kirana. "Hai, Kirana. Senang bertemu denganmu."
Kirana membalas uluran tangan Raka dengan antusias. "Hai, Kak Raka! Aku Kirana, adiknya Mbak Riana yang paling cantik dan imut," ujarnya sambil terkekeh. "Wah, Kak Raka lagi masak apa nih? Baunya enak banget!"
"Aku lagi coba bikin pasta aglio olio," jawab Raka. "Semoga rasanya nggak mengecewakan. Aku bukan chef profesional, jadi maklum kalau ada kurangnya."
"Wah, kebetulan banget! Aku lagi pengen makan pasta," seru Kirana. "Mbak Riana masak pasta juga enak, tapi aku penasaran masakan Kak Raka kayak apa. Pasti lebih enak ya?" Kirana menggoda Riana dengan senyum jahil.
"Enak nggak enak, tetep harus dihabisin ya," balas Riana sambil mencubit lengan Kirana pelan.
"Nanti cobain ya," kata Raka sambil tersenyum. "Semoga kamu suka. Aku tambahin sedikit cabai rawit, biar ada sensasi pedasnya."
"Wah, aku suka banget pedas!" seru Kirana. "Pasti enak nih!"
Riana tersenyum melihat keakraban antara Raka dan Kirana. Ia merasa senang, adiknya bisa langsung akrab dengan Raka. Ia berharap, perkenalan ini akan membawa kebaikan bagi hubungan mereka. Ia juga berharap, Kirana bisa menerima Raka sebagai bagian dari hidupnya.
Setelah makan malam, mereka bertiga duduk di ruang tamu sambil menikmati getuk trio yang dibawa Kirana. Mereka bercerita, tertawa, dan saling menggoda. Kirana tak henti-hentinya melontarkan pertanyaan tentang Raka, membuat Riana sedikit salah tingkah. Ia bertanya tentang pekerjaan Raka, hobinya, keluarganya, bahkan sampai menanyakan tipe idealnya.
"Kak Raka sama Mbak Riana cocok banget deh," celetuk Kirana tiba-tiba, memecah keheningan. "Kapan nih nyusul?"
Riana tersedak getuk. Ia menatap Raka dengan gugup. Jantungnya berdegup kencang, ia takut Raka akan merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Kirana.
Raka tertawa pelan dan mengusap rambut Riana dengan lembut. "Doain aja ya, Kirana," jawab Raka, matanya menatap Riana dengan penuh kasih. "Kalau ada rejekinya, pasti kita kabarin."
Kirana tertawa menggoda. "Siap, Kak Raka! Aku pasti doain yang terbaik buat Mbak Riana. Tapi jangan kelamaan ya, keburu aku duluan yang nikah! Aku udah punya calon kok, tinggal nunggu waktu yang tepat aja."
Riana mencubit lengan Kirana pelan, membuat adiknya itu meringis kesakitan. "Kamu ini ya, nggak bisa diem mulutnya," kata Riana sambil tersenyum. "Fokus dulu sama kuliahmu, jangan mikirin nikah mulu."
Malam itu, Raka tidak bisa berlama-lama di apartemen Riana. Ia harus segera pulang karena ada urusan penting yang harus diselesaikan. Sebelum pergi, ia memeluk Riana erat dan berbisik, "Aku senang bisa bertemu dengan adikmu. Dia lucu dan menyenangkan. Aku merasa seperti sudah kenal lama dengannya."
Riana tersenyum dan membalas pelukan Raka. "Aku juga senang kalian bisa akrab," bisiknya. "Hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut."
Setelah Raka pergi, Kirana menatap Riana dengan tatapan menyelidik. "Mbak, Kak Raka itu beneran cuma temen?" tanyanya.
Riana tersenyum dan mengangguk. "Iya, Kirana. Temen... tapi lebih dari teman," jawab Riana, pipinya merona merah. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.
Kirana tertawa menggoda. "Cieee... Mbak Riana udah nggak jomblo lagi nih! Akhirnya ada yang bisa jagain Mbak Riana setelah sekian lama. Aku seneng banget Mbak akhirnya bisa nemuin orang yang tepat."
Riana memeluk Kirana erat. Ia merasa bersyukur memiliki adik yang selalu mendukung dan menyayanginya. Ia juga bersyukur memiliki Raka yang selalu ada di sisinya, memberikan cinta dan kebahagiaan yang selama ini ia impikan.
"Makasih ya, Kirana," bisik Riana. "Aku sayang banget sama kamu."
"Aku juga sayang banget sama Mbak Riana," balas Kirana sambil membalas pelukan kakaknya. "Mbak harus bahagia ya. Jangan sedih-sedih lagi."
Malam itu, Riana merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan. Ia memiliki keluarga dan kekasih yang menyayanginya. Ia berharap, kebahagiaan ini akan terus bersamanya selamanya. Ia juga berharap, hubungannya dengan Raka akan semakin kuat dan langgeng.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*