Lisa Anggraeni , seorang gadis yang tengah berjalan dengan sahabatnya setelah dari aktifitas kuliah mengalami kecelakaan saat dia tengah menunggu bus yang ada di sebrang jalan. Dia menoleh dan melihat ada motor melanu cepat membuatnya mendorong Hani. Dan membuatnya menjadi korban kecelakaan. Lisa yang mengalami luka luka sempat di bawa ke rumah sakit. Namun sayang, saat dirinya sedang di operasi, nyawanya tak bisa di selamatkan.
Lisa yang tahu dirinya mengalami kecelakaan sebelumnya mengira dia selamat, dan berada di salah satu rumah sakit.
Tapi saat dia sadar justru, dia sedang di salah satu ruangan kosong gelap dan pengap.
Namun saat dirinya berusaha mencari jalan keluar, dia justru melihat bayangan seseorang dari kaca hias kecil.
"Aaaaaa... Wajah siapa yang ada di mukaku ini!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adira_Mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rimba Cakra Danendra
Di salah satu gedung perkantoran tengah kota. Suasana hening begitu terasa, jam sudah menunjukan angka enam sore, hanya ada beberapa staf di setiap devisi yang tengah lembur kerjanya.
di salah satu lantai dan ruangan, suasana ruangan begitu tenang. interior yang tertata rapih dengan Seorang pria tengah duduk di kursi kebesarannya. di meja, laptop menyala dan beberapa dokumen terbuka berserakan. Pria itu begitu fokus akan pekerjaanya hingga dia lupa akan waktu yang sudah menjelang malam.
Pria tampan penuh misteri, wajah yang begitu nyaris sempurna dengan status kekayaan yang sudah di genggaman tangannya sendiri. walau bukan perusahaan miliknya sendiri, atau lebih tepatnya perusahaan yang di wariskan kepadanya. tapi sejak di bawah naungan pria itu, semuanya naik begitu pesat. bahkan ayahnya sampai tak menyangkal jika putranya begitu hebat dalam memimpin perusahaan yang sudah dia bangun sejak puluhan tahun lalu.
wajahnya selalu terpajang di halaman depan setiap majalah bisnis dan majalah fashion. banyak wanita dan rekan bisnis yang ingin menjodohkan dirinya sebagai pasangan. tapi semua yang terjadi di depan mata pria itu, baginya hal biasa yang tak membuat hatinya tertarik.
tapi untuk hari ini pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang berbeda setelah dia bertemu dengan anak sekolah yang menasehati dirinya agar tidak merokok dan memberikan dirinya sebuah bungkus permen yang masih tersimpan rapih di saku jasnya.
Bayangan wajah cantik dan suara lembutnya begitu terngiang ngiang hingga saat ini. mungkin dia fokus akan pekerjaannya, tapi tidak dengan jantung dan hatinya yang seolah berkhianat untuk dirinya sendiri.
Tangannya mengepal, entah mengapa dia merasa kesal karena tak menahan gadis itu dan mengatakan sesuatu. memang benar, penyesalan akan datang di akhir. dan di menyesal karena tidak mengetahui siapa nama gadis itu atau sekedar berbicara pepatah kata.
"kau,,, beraninya mengusik otakku dengan sorot mata yang polos itu, gadis kecil..." desisnya karena kesal dengan diri sendiri.
Tok.. tok.. tok...
"Masuk!"
Pintu terbuka, Erion, asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah tanpa ekspresi seperti pria itu. lalu Erion berdiri di sebrang meja, dia meletakan sebuah map yang berisikan tentang sesuatu yang di minta oleh bos nya ini.
"ini berkas yang Anda minta bos"
Pria itu melirik dan segera mengambil map itu, lalu membuka dan membacanya perlahan. setiap tulisan begitu dia baca dengan hati-hati agar tak terlewat satu bait. tiba saat membalikkan halaman, sebuah foto dengan senyuman manis terpampang jelas di sana. senyuman yang langsung membuat hatinya bergetar hebat.
"Rubby Bella Madison, nama yang cantik. dan pastinya secantik wajahnya. huh!!! kau gila Rimba."
Rimba Cakra Danendra, pria yang Rubby bayarkan rokok dan memberikan sebungkus permen untuk pria tampan itu.
Senyum kecil, nyaris tak terlihat dari bibir itu. Erion yang ada di sebrang meja, diam tapi mengamati apa yang bos nya lakukan.
"ada dengannya? dan siapa gadis yang bos cari??"
*
*
Malam hari,
kediaman Madison begitu ramai saat Galen memutuskan untuk menginap beberapa hari agar memudahkannya mengantar Rubby bersekolah. lagi pula jalan menuju sekolah lebih dekat dari rumah ini ketimbang rumah orang tuanya.
Di ruang tengah, atau lebih tepatnya ruang keluarga. Galen dan Afdal sedang bermain play stasion. teriakan keduanya membuat ruangan ramai sekali, dan Keano yang menyukai ketenangan. membuatnya sedikit terganggu, tapi dia tetap bertahan di sana.
Rubby baru saja datang, di tangannya dia membawa nampan berisikan cemilan dan minuman untuk Galen dan Afdal. Keano yang melihat Rubby hanya memakai pakaian santai, tapi celana pendek, membuat Keano sedikit gelisah. saat hendak menegur agar adiknya berganti celana yang lebih panjang. matanya justru melihat kulit adiknya yang merah sedikit melepuh.
"kenapa kulitmu itu?"
Rubby yang merasa di tanya menoleh, "oh ini. gapapa bang, cuma luka kecil doang."
Galen yang mendengar berdecak sebal, "itu ulah adik sepupumu, bang. si Jenia"
Jenia???
apa Galen tidak salah berbicara? Jenia begitu lembut. bahkan untuk mengusir semut saja pasti akan di tiup atau menggunakan buku dengan pelan.
"apa!! kau tak percaya?" tanya Galen yang menoleh karena dia tahu, jika Keano pasti tak akan percaya.
"iya. bener ucapan Galen, itu ulah Jenia. dia menumpahkan kuah bakso saat di kantin siang tadi." suara Sonia tiba tiba menimpal saat dia baru masuk bersama Iram.
Keano mengepalkan kedua tangannya dengan erat, rahangnya mengeras saat ibunya menyebut bahwa luka melepuh di paha Rubby adalah akibat perbuatan Jenia di sekolah. Matanya menyala-nyala, campuran antara marah dan tak percaya. Di tengah ruangan, Galen masih asyik dengan PlayStation-nya, tanpa mengalihkan pandangannya, ia menyelipkan celetuk yang membuat suasana semakin panas.
“Bang!! Sesekali fokus liat deh, bang,” katanya santai, tapi penuh keyakinan.
Keano menatap Galen dengan tatapan dingin. “Fokus apa?”
Galen tanpa ragu menjawab, “Cek CCTV. Gue yakin kalo Jenia juga bully dia di rumah ini.”
Iram dan Sonia saling berpandangan, hening menyelimuti ruangan. Keraguan dan kecemasan terpancar di wajah keduanya. Mungkinkah keponakan mereka itu benar-benar menyakiti putri mereka sendiri, bahkan dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman?
Rubby segera menggeleng kecil, suaranya bergetar namun tegas, “Jangan percaya kak Galen, mah. Dia bohong.”
Galen mendengus, tidak terima tudingan itu. “Apaan sih. Aku ngomong bener juga, By.”
Keano menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bergetar menahan amarah. Dia melangkah pelan ke arah Rubby, menatap putrinya dengan lembut namun penuh perhatian, mencoba menyaring kebenaran di balik kata-kata yang berceceran di udara. Namun di balik tatapan itu, ada tekad kuat untuk melindungi Rubby dari segala kemungkinan luka yang lebih dalam, baik fisik maupun hati.
Afdal terdiam, ingin berkomentar tapi dia juga sedikit ragu jika Jenia membully adiknya di rumah ini.
"Kamu pindah aja ya, apa homeschooling?" Tanya sonia dengan lembut.
Rubby menggeleng cepat, "enggak. Aku tetep mau sekolah. Aku udah kelas dua ma."
"Tapi kalo dia bully lagi gimana? Untungnya dokter bilang kalo luka ini bekasnya bisa ilang"
"Aku... Aku bakalan lawan Jenia. Ya,, aku bakalan lawan Jenia. Ya kan kak Galen?"
"Eh,, kok bawa nama aku ya..."
Rubby berdecak sebal, "sama aku aja. Pindahin aku ke kelas biasa, pa." Ucap Afdal yang tiba tiba serius.
Senyum Sonia begitu lebar, "kamu yakin? Ini udah kelas tiga semester akhir pula."
"Aku yakin. Pelajarannya sama. Cuma ketatnya sedikit berkurang dari kelas ini."
"Oke. Papa besok ke sekolah. sekalian bilang kalo Rubby anak papa."
"Paaaaa...."
"Nggak Rubby. Kamu putriku.. Dan saya tak rela jika terus mendengar jika kamu adalah anak pembantu di rumah ini"
Rubby selalu menjaga jarak, menutupi siapa dirinya sebenarnya dari teman-teman sekelasnya. Di balik wajah polos dan sikapnya yang agak dingin, sedikit orang tahu bahwa dia adalah putri dari Iram Madison, pria terpandang yang penuh wibawa. Hanya beberapa guru yang secara diam-diam mengangguk saat namanya disebut, menyadari rahasia itu.
Namun, Rubby memilih berdalih bahwa dirinya hanyalah anak pembantu di rumah itu, sebuah kebohongan yang sengaja dia ciptakan untuk menghindari perhatian berlebih dan menjaga jarak dari dunia yang penuh intrik. Akibatnya, ia sering menjadi sasaran ejekan dan bully dari beberapa siswa yang meremehkan statusnya yang dianggap rendah.
Meski demikian, Rubby tidak tinggal diam. Dia kerap membalas dengan menyasar mereka yang dekat dengan Sean, siswa populer yang begitu dia sukai. Dengan kata-kata tajam dan sikap dinginnya, Rubby mencoba menanamkan rasa takut dan kuasa, meski tanpa dukungan langsung dari nama besar keluarganya.
Namun, kekuatan yang ia bangun rapuh. Suatu hari di taman belakang sekolah, saat matahari mulai terik, Rubby dikepung oleh beberapa siswa yang sudah bosan dengan sikapnya. Teriakan, pukulan, dan dorongan kasar menghantam tubuhnya yang kecil. Tubuhnya terjatuh, terluka sedikit bagian kening, dan dunia di sekelilingnya seolah berputar.
Ketika akhirnya Rubby terdiam dan tak lagi bangun, keheningan menyelimuti taman itu, sebuah tragedi yang mengungkap betapa rapuhnya seseorang yang mencoba berkuasa tanpa benar-benar memiliki kekuatan di balik namanya.
Dan tergantikan oleh Lisa Anggraeni, yang semakin membuat sifat sedikit angkuh Rubby semakin menjadi. Bagi Lisa, dia tak ingin di tindas jika tidak salah. Tapi dia akan bermain halus untuk membalas orang yang menindasnya seperti ini.
Bahkan percakapan ini sudah di rancang dengan Galen sehalus mungkin. Dan Galen mengiyakan, karena dia juga ingin melindungi Rubby.
"Pa... Apa aku boleh ke makam ibu?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
jangan lupa like komentar kalian...
💜💜💜