Sistem: Games Novel

“Tenanglah, itu hanya kue biasa,” ucapnya, agaknya dia menangkap raut kecurigaan di wajahku.

Aku mengangguk sambil tersenyum, “pergi temui Permaisuri, aku ingin kau mendekatinya,” menjelaskan maksud dan tujuannya.

“Apa Kakak ingin menjadikanku sebagai kambing hitam?” aku memberanikan diri bicara.

“Apa maksud Adik dengan kambing hitam?” dia tersenyum tanpa dosa.

“Kakak pasti mengerti apa maksudku, di harem tidak ada yang benar-benar baik, apa lagi aku tahu apa niat Kakak.”

Dia tertawa pelan, “kau terlalu banyak berpikir Selir Su, dan aku tidak suka itu. Tapi aku jamin selama kau ada di pihakku kau akan aman, lagi pula aku hanya ingin kau mendekati Permaisuri buat dia menjauh dari Raja. Hasut dia atau apalah, aku ingin aku yang pertama melahirkan pewaris untuk Yang Mulia.”

Oh begitu toh, aku pikir dia ingin meracuni Permaisuri, tapi tetap saja aku harus waspada terhadap wanita ini. Tapi apa dia tidak tahu kalau sebenarnya Raja itu Impoten?

“Kakak, berapa kali Kakak di panggil oleh yang Mulia selama tinggal di Harem untuk bermalam bersamanya?”

Dia berdecak kesal, “Yang Mulia tidak pernah memintaku datang jika tidak aku sendiri yang memaksa untuk datang, selama ini dia hanya memanggil Permaisuri untuk menemaninya ck aku benar-benar kesal,” terangnya, dia menyipitkan matanya melempar tatapan penuh selidik, “tunggu, apa kau juga menginginkan Yang Mulia?”

“Tidak, sama sekali tidak,” sahutku segera.

“Tapi tidak papa, asalkan kau tetap ada di pihakku, aku bisa berbagi Yang Mulia denganmu,” ralatnya, “sekarang kau pergilah aku ingin beristirahat.”

“Baiklah, sampai jumpa lain waktu Kakak.”

Aku pun pergi dari tempat Selir Jiang, di ikuti Xiao Ya di belakangku, oh ya nama pelayan yang aku selamatkan itu adalah Xiao Ya.

“Nyonya, apa tidak masalah jika kita membawa kue ini pada Yang Mulia Permaisuri?” Xiao Ya mengingatkan, tampaknya dia sedikit was-was pada kue yang di bawanya itu.

“Diamlah Xiao Ya, jangan bicara hal-hal seperti itu di jalan, bahkan dinding dalam Istana pun punya telinga,” tegurku, membuat gadis itu langsung terdiam.

‘Si Imut, tolong periksa kandungan makanan di dalam kue ini,’ bisikku.

‘Baik Nona!’ ucap si Imut yang langsung muncul saat namanya terpanggil.

“Apa Nyonya bicara pada hamba? Hamba tidak bisa mendengarnya dengan jelas,” ucap Xiao Ya dari belakang.

“Tidak, aku sedang bicara pada diriku sendiri.”

‘Emh Nona, tidak ada kandungan aneh di kue ini, kue ini aman.’

‘Baiklah kalau begitu.’

Aku pun pergi menuju kediaman Permaisuri dan sialnya aku harus berjalan kaki, menjadi Selir tingkat bawah tak ubahnya seperti pelayan saja.

Langkahku terhenti di depan bangunan paling megah kedua setelah kediaman Raja, siapa lagi kalau bukan kediaman Permaisuri.

“Maaf Nyonya, anda di larang masuk,” ucap seorang penjaga.

“Aku ingin menemui Permaisuri,” terangku.

“Baiklah, tunggu sebentar.”

Salah satu dari mereka pun masuk kedalam, sementara aku menunggu diluar, cukup lama aku menunggu disana hingga akhirnya dia puna keluar lagi.

“Maaf Nyonya, Permaisuri sedang sibuk, anda bisa kembali di lain waktu.”

Ck menyebalkan sekali, ah sudahlah lebih baik aku pulang dulu, tapi kue ini sayang sekali.

“Ayo Xiao Ya.”

Aku berjalan menuju kediamanku kembali.

“Selir Su, apa kau dari tempat Permaisuri?” seseorang menyapa, dia adalah Selir Hua, Selir ke empat.

“Salam Selir Hua, ya tapi Yang Mulia Permaisuri sedang sibuk, jadi saya kembali lagi.”

Selir Hua, dia gadis cantik dan lembut dia adalah pilihan kedua setelah Permaisuri, aku membuat karakter dia sebagai wanita yang Anggun dan baik hati dia datang dari keluarga Menteri. Dia pintar dan pandai memainkan alat musik.

“Oh baiklah, jika Selir Su tidak keberatan maukah pergi melihat bunga denganku.”

“Tentu, lagi pula aku sedang bosan.”

Aku dan Selir Hua pun pergi menuju taman bunga dan duduk di gazebo yang ada disana, Selir Hua memainkan kecapinya, sementara aku hanya menatap bunga-bunga itu dengan pandangan bosan. Sampai sekarang belum ada misi lagi, ah bosan sekali.

Ditengah rasa bosanku, tiba-tiba Selir Hua menghentikan permainan kecapinya.

“Salam Yang Mulia,” ucapnya, aku pun sontak menoleh.

Raja, mau apa dia kemari? Aku pun memberi salam seperti yang Selir Hua lakukan terhadapnya.

“Aku sedang berkeliling Istana, suara kecapimu menarikku hingga kemari,” jelasnya, matanya melirik sekilas kearahku.

“Ah, kalau begitu hamba akan memainkannya kembali untuk anda.”

Dia pun duduk sedang para penjaganya menunggu diluar, Musik pun mengalun merdu, dari tiap petikan-petikan jemari Selir Hua. Aku menatapnya dengan pandangan kagum, dia itu sudah cantik, pintar, Musiknya pun terdengar merdu, ah begitu sempurna ternyata ciptaanku ini.

“Ehem, Selir Su, kau tidak ingin menuangkan minuman untukku?” panggilnya.

“Yang Mulia, jika anda mabuk suara Musik yang Selir Hua mainkan tidak akan terdengar merdu lagi nantinya,” ucapku ngasal.

Ding dong!

‘Ada sebuah misi Nona!’ Si Imut datang dengan wajah cerianya.

Lebih baik aku hentikan dulu waktunya, akan terlihat aneh kalau aku kedapatan bicara sendiri oleh mereka semua.

Klik

Aku pun menekan tombol pause, membuat waktu di tempat ini seketika berhenti, bahkan burung yang sedang melintas pun nampak membeku di udara.