Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demi Papa. 2
Gilang menatap Gra yang kini duduk di sofa seraya memilin ujung kemejanya. Dari pandangan Gilang sepertinya gadis itu sedang mencemaskan sesuatu.
Menyadari kedatangan Gilang, Gra pun menegakkan posisi duduknya, memberanikan diri membalas tatapan Gilang. Ingatannya kembali pada pertemuan terakhir mereka kemarin, di mana pria itu mengusirnya dari mobil.
Gilang menempati sofa single yang berhadapan dengan sofa yang ditempati oleh Gracia. Pria itu duduk dengan posisi menyilangkan kedua kakinya sementara kedua tangannya dilipat ke depan da-da.
"Untuk apa kau datang ke sini?." Pertanyaan Gilang terdengar begitu dingin hingga Gra yang mendengarnya berubah cemas. Khawatir pria itu akan kembali mengusirnya.
Kini Gra merasa tak ada lagi harga dirinya yang tersisa dihadapan Gilang setelah ia memutuskan untuk berlutut dihadapan pria itu. Bahkan Gilang sampai terkesiap melihat tindakannya itu.
"Apa yang kau lakukan?." Gilang sampai menurunkan posisi kakinya saking kagetnya dengan tindakan Gra, benar-benar diluar ekspektasi Gilang.
Gra mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya datang ke sini untuk memohon bantuan anda, tuan. Mungkin anda akan menganggap saya ini wanita yang tidak tahu diri atau bahkan tidak punya malu. Tetapi saya tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi." Sebenarnya Gra tidak ingin menjual kesedihan dihadapan Gilang, akan tetapi gadis itu tidak punya pilihan lain, ia harus mendapatkan uang untuk membayar biaya operasi ayahnya. Kalau tidak, ayahnya pasti tidak akan mendapatkan tindakan operasi.
"Bantuan seperti apa yang kau inginkan?." meskipun masih bingung, namun Gilang tetap meresponnya.
"Saya ingin meminjam sejumlah uang kepada anda untuk membayar biaya operasi papa saya, tuan." Gra tidak berani mengatakan segera mengembalikannya karena faktanya ia pasti tidak akan sanggup mendapatkan uang dengan jumlah sebanyak itu dalam waktu dekat. Gracia memberanikan diri meminjam sejumlah uang pada Gilang karena berpikir ia bekerja di perusahaan ayahnya Gilang.
Gilang menyeringai. "Sandiwara apa lagi yang ingin kau mainkan, hah?."
"Demi Tuhan....saya tidak sedang bersandiwara, saat ini papa saya sedang berada di rumah sakit dan harus segera dioperasi. Tetapi sebelum itu, saya harus melunasi biaya operasinya terlebih dahulu, tuan."
Jujur, Gilang jadi bingung, masa iya seorang pengusaha sekelas ayahnya Gracia tidak memiliki uang untuk membayar biaya operasinya.
"Di mana papa kamu di rawat sekarang?." Tanya Gilang setelah cukup lama terdiam, seperti sedang berpikir.
"Di rumah sakit pelita kasih, tuan." jawab Gracia.
"Jika tuan Gilang bersedia membantu, saya berjanji akan melakukan apapun yang tuan perintahkan." Demi uang sejumlah delapan puluh juta rupiah untuk biaya operasi ayahnya, Gra rela memohon dihadapan Gilang. Biarlah Gilang menganggapnya wanita murahan asalkan ayahnya bisa segera mendapatkan tindakan operasi.
"Apapun, tanpa terkecuali?." Gilang menatap penuh makna ke arah Gracia.
Walaupun hatinya merasa berat namun kepala Gracia mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah kalau begitu." balas Gilang dengan seulas senyum diwajahnya.
Gilang lantas mengarahkan pandangan pada asisten Tiko. Seakan paham dengan isyarat dari tuannya, asisten Tiko pun segera berlalu menuju rumah sakit yang baru saja di sebutkan oleh Gracia.
Sesaat setelah kepergian asisten Tiko, Gracia pun bangkit dari duduknya.
"Kau mau pergi ke mana?."
"Tentu saja ke rumah sakit, tuan." dengan polosnya Gra menjawab.
"Memangnya siapa yang mengizinkanmu pergi dari sini?."
Deg.
Gra seakan baru teringat jika sesaat yang lalu ia telah menyepakati perjanjian dengan Gilang, dan itu artinya kini ia tidak lagi sepenuhnya berhak atas hidupnya. Gilang yang berhak atas dirinya, mengingat seperti itu janjinya pada pria itu tadi. Dengan tubuh lemas nya, Gra kembali mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Kau tidak perlu cemas, Tiko akan mengurus semuanya!." Ujar Gilang sebelum bangkit dari tempat duduknya.
"Apa kau akan terus duduk di situ sampai besok?." Kalimat sarkas yang terlontar dari mulut Gilang berhasil membuat Gra bangkit dari duduknya kemudian menyusul Gilang ke kamar.
Melihat Gilang berbaring di atas tempat tidur sambil sesekali memijat kepalanya, Gra pun berinisiatif untuk membantu.
"Kau sudah berani lancang rupanya."
"Maaf tuan. Saya tidak bermaksud lancang, saya hanya_." Gracia langsung menjauhkan tangannya dari kepala Gilang, hendak turun dari tempat tidur Gilang. Akan tetapi pergerakan Gra terhenti ketika Gilang tiba-tiba merebahkan kepalanya dipangkuan gadis itu, kemudian mengarahkan tangan Gra kembali memijat kepalanya.
Gra kembali memijat kepala Gilang dalam diam, tak ada suara yang terdengar dari mulut gadis itu, hingga beberapa menit kemudian Gilang merasa pijatan Gra mulai melemah. Gilang lantas membuka matanya. Ternyata gadis itu sudah terlelap dalam posisi duduk bersandar pada headboard ranjang. Mungkin karena semalam Gra tidak tidur walaupun hanya sebentar sehingga Gra tanpa sadar tertidur.
Dengan gerakan pelan, Gilang mengangkat kepalanya dari pangkuan Gra. Ia menatap wajah teduh yang kini tertidur dengan pulas.
"Sebenarnya kehidupan seperti apa yang kau jalani selama ini?." lirih Gilang, masih dengan menatap wajah teduh Gracia yang tertidur. Sesaat kemudian Gilang beranjak turun dari tempat tidur, meraih ponselnya guna menghubungi asisten pribadinya.
Kurang lebih satu jam, Gra pun terjaga. "Astaga.....aku ketiduran." gumamnya. Mengedarkan pandangan ke seisi ruangan, mencari keberadaan Gilang, khawatir pria itu akan marah lagi karena ia ketiduran dan dianggap tidak becus menjalani perintahnya.
Gegas Gra beranjak dari tempat tidur, keluar kamar untuk mencari keberadaan Gilang. Tentunya untuk meminta maaf karena ia ketiduran. Gra mendapati Gilang sedang duduk di ruang tengah, di antara kedua jarinya terselip sebatang ro-kok.
"Sepertinya kau lelah sekali." Kata Gilang menyadari keberadaan Gra.
"Maaf, saya ketiduran. Soalnya semalam saya tidak bisa tidur karena mencemaskan kondisi papa saya, tuan."
Gilang memilih tidak membahas tentang ayahnya Gra, ataupun yang berhubungan dengan keluarga gadis itu.
"Saya lapar. Apa kau bisa memasak?."
Gra langsung mengangguk.
"Kalau begitu pergilah ke dapur untuk memasak, di kulkas ada bahan makanan!." Titah Gilang dan Gra pun menurut, berlalu menuju dapur yang ada di apartemen tersebut. Bukankah Gilang jarang ada di apartemen, lalu mengapa bisa ada bahan makanan di kulkas? Jawabannya, setengah jam yang lalu pria itu meminta asisten Tiko berbelanja bahan makanan untuk mengisi kulkas. Entah apa maksud Gilang sampai melakukan semua itu, padahal kalau ia merasa lapar bisa delivery makanan, bukan.
Kurang dari setengah jam sudah tersaji beberapa menu makanan di meja makan, tentunya semua itu adalah hasil masakan Gracia. Kalau hanya memasak itu soal gampang bagi Gra yang hampir setiap hari diperintahkan oleh ibu tirinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, padahal faktanya di rumah sudah ada asisten rumah tangga. Apalagi tujuan ibu tirinya kalau bukan untuk merundung Gracia.
"Maaf kalau rasanya tidak sesuai dengan selera anda, tuan." Sebelum Gilang protes akan rasa dari hasil masakannya, terlebih dahulu Gra menyampaikan permintaan maafnya dengan begitu akan lebih aman baginya, begitu pikir Gracia.
"Kenapa kau masih berdiri di situ?."
"Maaf tuan." Gracia hendak beranjak meninggalkan meja makan, pikirnya Gilang akan kehilangan selera makan jika ia berada di sana. Padahal niat Gra hanya ingin melayani pria itu, barangkali masih ada yang dibutuhkan oleh Gilang nantinya.
"Duduk!." Gra sontak menghentikan langkahnya, menoleh pada Gilang.
"Saya bilang duduk!."
Dengan hati-hati Gra menarik salah satu kursi di meja makan kemudian menempatinya.
"Makanlah...! Jangan sampai kau mati kelaparan dan pada akhirnya menyusahkan saya." Niatnya mungkin baik, tapi tetap saja ucapan Gilang terdengar ketus.
"Baik tuan." pada akhirnya Gra pun ikut makan bersama dengan pria yang mengaku sangat membencinya tersebut.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya
jangan sampai Gracia berjumpa dengan Yogi...
Kalau pun Yogi menumbalkan Gracia ke Gilang bagus juga,biar Yogi di hajar Gilang...
makasih udah up banyak hari ini kk othor Selvi 💕