NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Syifaaaa ..." Teriak Harun langsung menolong menantunya.

"Pak perutku sakit sekali, awwww ..."

"Ya, Bapak akan telpon bu Bidan supaya cepat datang kesini,"

Syifa manggut-manggut sambil menahan rasa sakit di area perutnya.

"Maaf, Kak. Aku tidak sengaja tadi ..." Ujar Fani tak di pedulikan oleh Harun maupun Syifa.

Rita kembali dari warung, ia melihat suaminya sedang menolong Syifa untuk bangun, namun menantunya itu sudah tidak kuat untuk berdiri lagi, sedangkan Fani hanya memandangi saja tanpa tergerak hatinya untuk ikut menolong.

"Bapak, ngapain sama Syifa?" tanya Rita menuntut.

"Bu, tolongin Syifa sekarang! dia kesakitan karena ulah Fani."

"Kesakitan kenapa? Baru juga usia kandungannya 7 bulan, masa iya mau melahirkan?"

"Syifa tadi di dorong oleh Fani dan terjatuh, tolong cepat bantu dia, Bu."

"Tolongin nggak ya? Hmm ibu pikir-pikir dulu deh,"

"Astaghfirullah, Bu. Mau nolongin orang kenapa harus pikir-pikir sih? Apalagi ini menantu kita?!"

"Pak tolong, Pak. Tolong ..." rintih Syifa semakin kesakitan.

Tiba-tiba darah menetes keluar dari area kandungan Syifa "Syifa, kamu mengeluarkan darah, Nak." Harun semakin cemas dan khawatir.

Bu bidan datang dengan terburu-buru.

"Syifa kenapa, Pak Harun?"

"Tadi jatuh, Bu Bidan. Syifa mengeluarkan darah."

"Ya. tolong cepat hubungi suaminya untuk segera menyusul ke puskesmas terdekat!"

"Baik, Bu. Semoga kondisi Syifa tidak kenapa-napa?"

"Saya tidak bisa memastikan, Pak. Maka itu perlu dilakukan segera pemeriksaan ke puskesmas!"

"Iya, Bu. Saya ngikut gimana baiknya."

Dengan bantuan Bu Bidan dan asistennya, Syifa segera diangkat ke mobil untuk menuju ke puskesmas terdekat.

Melihat itu Rita dan Fani hanya berdiri mematung seolah hati nurani mereka sudah tiada, mereka tidak sedikit pun merasa iba atau kasian pada wanita yang sudah berbulan-bulan rela mengambil alih pekerjaannya dalam mengurus rumah.

Tidak lama Fahri pun datang ke puskesmas dengan perasaan tak kalah cemas dan panik pula seperti Harun.

"Pak, apa yang terjadi dengan Syifa?" tanya Fahri dengan gelisah.

"Syifa tadi terjatuh dan mungkin perutnya terbentur sehingga membuatnya pendarahan,"

"Oh Ya Allah, Syifa jatuh dimana, Pak? kok bisa? Padahal biasanya Syifa selalu berhati-hati dan tak lupa membaca doa,"

"Fahri, maafin Bapak, Nak. Tidak bisa menjaga istrimu dari sikap buruk adik kandungmu sendiri," Tuturnya dengan rasa sangat kecewa oleh perbuatan Fani.

"Adik kandungku? Fani kah? apakah Fani sudah mencelakai Syifa, Pak? tolong jawab jujur!"

"Heum, ini semua salah bapak, Fahri. Tadi awalnya Bapak yang ribut dengan Fani tapi Syifa menghalangi kemarahan Bapak, akhirnya Fani sengaja mendorong istrimu supaya menyingkir, alhasil Syifa terjatuh tersungkur."

"Fani ..." ucapnya pelan namun dengan mata yang nyalang serta rahangnya mengeras.

"Maafin bapak, Fahri. Bapak tidak bisa menjaga Syifa dengan baik saat kamu tidak ada dirumah."

Fahri mengusap wajahnya dengan kasar, serasa ingin melampiaskan amarahnya pada sang adik, tapi ia berusaha menahannya karena tak ingin menambah masalah sebelum istri dan calon anaknya itu benar-benar dipastikan selamat dari musibah yang barusan terjadi.

Bau dari obat-obatan dan suara alat-alat medis di puskesmas itu tidak Fahri hiraukan lagi, dipikirannya kini hanya lah berharap istri dan calon buah hatinya tetap baik-baik saja.

Sambil menunggu Syifa di ruang pemeriksaan, Fahri terus gelisah sambil jalan mondar-mandir yang nggak jelas "Semoga kalian nggak apa-apa, Sayang, Mas bingung harus berbuat apa, hiks,"

"Fahri, tenanglah! Bapak bisa merasakan kecemasanmu itu, tapi apa tidak lebih baik kamu banyak berdo'a saja supaya istri dan calon anakmu tetap selamat,""

"Iya, Pak. Aku benar-benar takut, kalau Syifa dan bayinya terjadi... Achhh Tidak!" Fahri pun mulai dikuasai dengan pikiran-pikirannya yang negatif.

Dokter keluar dari ruangan Syifa dengan wajah yang ingin menyampaikan sesuatu.

"Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anakku? Mereka baik-baik saja kan?"

"Alhamdulillah, mereka semua selamat, untung tadi bu Bidan membawanya kesini tepat waktu, jadi pendarahannya masih bisa tertangani dengan baik,"

"Alhamdulillah Ya Allah, apakah sekarang saya boleh menemuinya, Dok?"

"Istri anda sedang istirahat pasca tindakan, jadi sebaiknya nanti saja kalau dia sudah terbangun dan kondisinya stabil kembali,"

"Oh baik, Dok. Saya akan setia menunggunya disini,"

"Itu lebih baik."

Sudah lebih dari dua jam Fahri dan Harun setia menunggu Syifa di depan ruang perawatannya. Mereka sudah tak sabar ingin segera melihat kondisi wanita yang sekarang terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang puskesmas.

~

Di rumahnya Rita dan Fani justru merasa senang dengan musibah yang sedang di alami oleh Syifa, karena memang mereka menginginkan calon bayi yang dikandung Syifa tidak terselamatkan sehingga mengalami keguguran.

"Semoga saja Syifa keguguran dan nggak jadi punya anak ya, Bu?" kata Fani dengan harapan buruknya.

"Ya, ibu juga ogah, jika Syifa punya bayi rumah ini jadi berisik oleh tangisan bayinya tiap hari,"

"Heum, dan yang pasti karena sibuk mengurus bayinya itu, Kak Syifa juga jadi lalai mengerjakan tugas-tugas dirumah ini,"

"Bener, yuk kita doa bareng-bareng supaya bayinya Syifa itu tidak selamat,"

Fahri pulang ke rumah untuk mengambil baju ganti Syifa, tanpa sengaja ia mendengar percakapan ibu dan adiknya.

"Astaghfirullahaladzim, Ibu, Fani ... "

Rita dan Fani gelagapan saat melihat Fahri datang ke rumah dengan tiba-tiba "Fahri, kenapa kamu pulang? Apakah terjadi sesuatu dengan istrimu?" tanya Rita gugup karena merasa tertangkap basah sudah mendoakan hal buruk pada menantunya.

"Ternyata hati kalian itu kejam pada istriku? Pantas saja dek Fani setelah melukainya, bukannya langsung minta maaf dengan ikut mengantar ke puskesmas malah mendoakan hal buruk dari rumah, sikap kalian benar-benar menyakitiku, aku sungguh tidak menyangka seorang ibu dan adik yang selama ini ku sayangi ternyata diam-diam menginginkan kehancuran dalam rumah tanggaku sendiri," ungkap Fahri dengan segala kekecewaannya.

"Fahri, sebenarnya bukan begitu maksud ibu, tadi kamu cuma salah dengar, Nak."

"Salah dengar? Tidak Bu! telingaku masih sehat, jika memang ibu dan dek Fani tidak suka istriku tinggal disini, oke! mulai hari ini aku dan Syifa akan angkat kaki dari rumah ini!"

"Tidak Fahri! Kalau kamu pergi, terus nanti siapa yang akan ngasih uang tambahan ke ibu?"

"Kan masih ada Dek Fani, anak ibu yang selalu sependapat dengan ibu dalam menyakiti istriku!"

"Aku kan nggak kerja, dapat uang dari mana??" sahut Fani.

"Terserah! sekarang aku mau ambil baju ganti Syifa karena sudah ditunggu. Aku pastikan setelah Syifa sembuh tidak akan pulang kerumah ini lagi!"

"Fahri, tunggu, Nak! Ibu tidak berniat menyakitimu juga, ibu hanya benci Syifa karena dia pengangguran!"

Setelah mendapat beberapa stel baju Syifa, Fahri bergegas untuk segera pergi tanpa menghiraukan ucapan ibu maupun adiknya itu.

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!