Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Aku terbangun dan melihat langit langit kamar yang sudah kulihat sebelumnya. Hanya saja saat ini mood ku benar benar hancur.
Aku berupaya duduk, "Shhhh..." Erang ku yang merasakan perih pada milikku.
Aku berusaha bangun dan duduk di sisi ranjang, tubuhku juga terasa sangat lengket. Aku ingin pergi ke kamar mandi tapi sialnya berdiri saja membuat tubuhku nyeri kembali.
"Siall.. Raygaa" umpat ku kesal. Tapi seketika aku menangis karena teringat dengan kakek. Bagaimana perasaan kakek ketika cucunya ternodai.
Aku tau walaupun aku hanya akan menjadi istri kontrak tapi setidaknya jangan merenggut mahkota yang akan ku berikan pada suami sejati ku kelak. Aku hanya menangis dalam diam.
Dalam diriku juga tidak bisa menangis lebih kencang karena aku tau aku sedang berada dimana. Bagaimanapun aku sedih sampai teriak teriak, mahkota ku tidak akan kembali.
Disaat aku sedang meng-sedih dan termenung. Pintu kamar ku terbuka dan disana terlihat Bibi Ranti datang.
"Maaf Non, jika saya tidak mengetuk pintu tapi saya tau apa yang terjadi dengan nona. Saya hanya ingin meminta maaf atas perbuatan Tuan muda, bibi tau jika itu berat untuk dimaafkan atau bahkan tidak bisa dengan kata maaf dan bibi harap Nona jangan terlalu menyalahkan diri atas yang telah terjadi. Karena Tuan Muda akan semakin senang jika nona merasa tertindas. Anggap saja kejadian itu tidak pernah terjadi ya non". Ucap Bibi Ranti dengan nada memelas dan juga iba.
Aku tau sebenarnya bibi tidak bermaksud membenarkan perbuatan Rayga kepada ku. Tapi bibi benar , Rayga termasuk jenis manusia yang sulit dijatuhkan, bahkan ia bisa bertindak sesuai keinginan nya. Menyerukan bahwa aku telah dilecehkan pun malah akan membuat ia semakin senang.
Aku hanya mengangguk perkataan bibi dengan lesu. " Bibi tidak perlu bilang seperti itu, aku akan berusaha melupakan kejadian itu meski cukup berat bagiku" ucapku dengan nada getir.
Kulihat bibi Ranti semakin menunduk seolah ia menyalahkan dirinya sendiri karena mengatakan statement tadi.
"Sekali lagi maafkan tuan muda, ya Non" . "Mm ini Nona saya diberi perintah oleh Tuan muda untuk memberikan sebuah salep kepada Nona. Ini salep untuk mengurangi pembengkakkan di area intim" ucap nya lagi sambil meletakan salep itu di samping ku.
Aku hannya mengangguk dan berupaya tersenyum untuk bibi Ranti. Karena aku tau , mengajak orang yang telah direnggut paksa untuk berbicara itu cukup sulit.
"Terimakasih ya Bi". Ucapku setelah itu bibi pamit keluar dari kamar.
Aku pun segera beranjak bangun ke kamar mandi, membersihkan diri dan mengoleskan salep ke bagian tubuhku.
Cukup lama aku berada dikamar mandi.
Setelah mandi, aku duduk di tempat tidur dan membuka ponsel lama ku yang dari pagi belum ku sentuh.
Saat ku buka , sudah banyak sekali informasi mengenai tugas kuliah yang menanti. Apalagi sudah cukup lama aku tidak masuk kelas kuliah sejak kekacauan ini terjadi padaku.
Aku harap beasiswa ku masih aman, dan saat ku lihat sebuah chat digrup kuliah. Disana akan ada tugas sidang pengadilan semu. Aku hanya menghela nafas melihat tugas yang menurut ku cukup merepotkan dengan suasana hati yang sedang tidak baik baik saja.
Aku segera mengenakan pakaian yang sudah disiapkan pelayan di lemari . Banyak pakaian yang coraknya cukup bagus.
Aku berupaya mengenakan pakaian yang sangat rapi dan cantik. Tapi aku juga tidak boleh berlebihan, itu salah satu aturan yang dibuat oleh Rayga . Si manusia mesum.
Mengingat nya membuat ku geram.
Dirasa sudah siap aku mengambil ponsel ku dan kulihat jam menunjukkan jam setengah 2 siang.
"Sial.. aku hampir telat. " Ucapku yang segera berjalan cepat ke arah pintu tapi rasa nyeri masih bergeranjal ditubuh ku ini.
Jadi ku putuskan untuk berjalan pelan saja dan memperbaiki cara jalanku agar tidak terlalu mencurigakan saat aku di kampus nanti.
******
Tepat saat aku hendak meninggalkan rumah, aku melihat beberapa pria berpakaian hitam. Mereka berdiri di samping mobil.
"Apakah yang mereka tunggu?" pikir ku. Apa menunggu ku?, mungkin mereka sedang menunggu orang lain.. Mungkin mereka sedang menunggu Pak Ryandra, tetapi setelah ku pikir pikir, Pak Ryandra belum akan pulang hari ini, aku diberi tau oleh Pak Ryandra bahwa ia akan pulang agak sedikit lebih sore dihari biasa atau kadang malam.
Saat aku ingin mendekat ke arah gerbang aku teringat aku akan membawa bekal untuk kakek, dan untuk Rayga.
Setelah ku pikir pikir, aku akan berusaha membuat Rayga jatuh cinta padaku. Agar pernikahan ini tidak terikat kontrak. Ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya tapi di satu sisi aku juga ingin bebas tanpa terikat urusan apapun dari keluarga D'Amato ini.
Walau aku tau itu akan sangat sulit, tapi apa salah nya dicoba bukan?.
Aku langsung berbalik kedalam mansion Pak Ryandra, aku sedikit berlari agar bisa lebih cepat walau sambil mengeram sakit.
Saat didapur aku segera membuat makanan kecil seperti roti isi salad untuk kakek ku dan Aku. Sedangkan untuk Rayga , aku bisa bertanya pada Bibi Ranti yang kebetulan ada di dapur bersama ku.
Aku memberi tahu Bibi Ranti bahwa aku ingin membuat makanan kecil Rayga.
setelah memberi tau itu, aku melihat ekspresi bibi Ranti berubah dan ia seperti menyarankan ku untuk tidka membuatnya karena ia takut Tuan Muda tidak akan mengambilnya atau malah membuang nya, tetapi aku memutuskan untuk tetap melakukannya dan berusaha dengan target ku untuk menaklukkan manusia satu itu yang entah berhasil atau tidak. Bibi Ranti juga tidka memaksa aku untuk tidak membuat bekal untuk Rayga. Ia hanya menyarankan.
Aku mulai berkutat lagu dengan peralatan dapur dan membuat pancake dan salad. Setelah semua sudah siap aku memasukkan bekal itu kedalam tas ku dengan tergesa-gesa karena aku bertanya-tanya apakah aku akan naik kendaraan umum untuk ke kampus.
Aku hanya berharap dijalan tidak macet, apalagi waktu nya hampir mepet. aku bergegas keluar tetapi dihentikan oleh orang-orang berbaju hitam.
"Maaf, nona, tetapi kami diperintahkan untuk mengantar Anda ke tujuan mana pun yang Anda pilih."
"Aku?" tanyaku dan mereka mengangguk.
"Terima kasih, tetapi aku tidak perlu diantar. Aku tahu jalan ke kampus." Setelah itu aku beranjak munuju gerbang untuk pergi, tetapi mereka menghalangiku.
"Lepaskan, aku hampir terlambat," kataku kepada mereka, tetapi itu tampaknya tidak membuat mereka jera.
Setelah kami sempat berdebat tentang hal itu, akhirnya aku menuruti perintah mereka. Aku diantar ke kampus dan aku benar-benar melihat lebih dari seratus pasang mata menatapku saat aku keluar dari mobil. Mereka mengikuti ku ke mana-mana meskipun mereka menjaga jarak yang cukup jauh. Ketika aku tidak tahan lagi dengan perbuatan mereka yang membuat ku malu, aku pergi ke perpustakaan dan tidak seorang pun dari mereka yang mengikuti ku.
Aku menghela nafas lega , aku segera mengambil beberapa buku sebelum matkul pertama dimulai.