KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Bella mengurung dirinya didalam kamar. Ia menatap dirinya didepan cermin, hanya mengenakan hot pants dan kaos putih lengan pendek. Rambutnya dibiarkan tergerai indah, membingkai wajahnya yang sayu. Pandangannya kosong. Sedangkan, pikirannya terombang-ambing oleh perasaan bingung, menyesal, dan sesak. Bukan Karena teringat lucky. Tetapi entah karena apa. Dia juga sulit mengungkapkan perasaannya ini.
Hatinya kosong, pandangannya sayu sementara pikirannya berperang diatas sana. Seolah ada belenggu tak terlihat yang mengikat antara dirinya dan cinta pertamanya, membelenggu setiap langkah.
Bella menghela nafas lirih. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada sosok laki-laki asing yang bernama Tama itu, sosok yang baru ia kenali, namun entah mengapa selalu mengusiknya, menyesakkan dadanya.
Bayang-bayang Tama terlintas dibenaknya. Menampilkan adegan-adegan romantis Tama yang bersikap lemah lembut dengan Sabrina, memperlakukannya dengan baik, memeluknya disaat sedih, merangkulnya tanpa diminta, menjaga adiknya tanpa disuruh, dan menghiburnya dengan sangat tulus.
Sepasang matanya berkaca-kaca. Dadanya terasa sakit dan sesak teringat momen-momen romantis. Meski Tama itu orang asing yang baru ia temui. Ada perasaan tak rela melihat Tama yang bersikap demikian terhadap adiknya, hatinya kian sesak dan nafasnya tercekat.
Ia tenggelam dalam pikirannya. Hatinya resah kala bayang-bayang cinta pertamanya muncul dibenaknya dengan jelas. Wajah itu, senyum itu, sorot mata pria itu yang begitu teduh seolah menyejukkan hati siapapun. Parasnya yang tampan, suara lembutnya yang dulu pernah ia dengar. Sikapnya yang baik tersimpan dibenaknya. Kenangan-kenangan indah saat dulu mulai tersusun rapih, seperti teka-teki yang satu persatu menemukan potongan yang hilang mengungkap banyak hal tak bisa ia lupakan.
Cinta pertamanya itu benar-benar indah. Sifatnya sangat lembut, tak pernah marah atau menaikkan nada suara. Tatapannya penuh kasih sayang, cara bicaranya tenang, menyejukkan hati dan pikiran. Senyumnya terus terbit setiap berbicara dengan lawan bicaranya. Sikapnya peduli, baik, tulus, ramah, sopan santun, mudah berbaur, bahkan sangat enteng untuk menolong dan membantu. Jasanya selalu diingat meski orangnya tak butuh pengakuan dari orang-orang yang ia bantu.
Bella pernah bertanya dengannya secara tidak langsung dengan nada suara berbeda. "Kak! Kakak nggak capek berbuat baik terus sama orang-orang? Emangnya Kakak nggak mikirin diri kakak sendiri?"
"Kalau kebaikan itu bisa meringankan hidup orang lain, kenapa harus capek? Kakak percaya. Orang yang mempermudah hidup orang lain, suatu saat nanti ia akan dipermudah oleh Allah. Sekecil apapun kebaikannya lakukan lah. Mungkin itu terlihat sepele. Tapi tidak dengan orang yang merasakan manfaatnya. Hidup itu bukan tentang memikirkan diri sendiri, melainkan memikirkan orang lain juga. Melihat orang lain susah, kita tolong. melihat orang lain sedih, kita hibur. melihat orang lain terpuruk, kita rangkul. Karena mungkin, dengan kehadiran kita yang tulus itu… hidup mereka jadi sedikit lebih ringan. Dan itu cukup. Nggak perlu dikenang, nggak perlu dibalas. Cukup tahu bahwa kita pernah jadi alasan seseorang kuat hari itu. Dan kakak ingat ayat ini. 'Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.’ Bukan yang paling hebat, bukan yang paling banyak bicara, tapi yang diam-diam jadi alasan seseorang bisa bertahan. Bagi Kakak, hidup bukan soal seberapa tinggi kita berdiri, tapi seberapa banyak tangan yang bisa kita ulurkan untuk bantu orang lain berdiri." Jelas pria itu panjang lebar, tersenyum manis.
Jawaban itu masih membekas kuat dihatinya, mendatangkan rasa kagum luar biasa pada pria itu. Kalimat sederhana, namun bermakna sangat dalam. Dia bukan hanya tulus, tapi juga bijaksana. Seseorang yang selalu membuat orang lain merasa berarti disaat mereka mengira dirinya tidak berarti. Sosok yang membuat Bella diam-diam berharap agar menjadi jodohnya kelak. Namun sayangnya, pria itu sudah dimiliki orang lain. Ia telat, seandainya waktu bisa diputar. Ia bertekad menemui pria itu dari kecil sebelum takdir mempertemukannya dengan sang istri. Harapan Bella bukan hanya bertemu dimasa kecil. melainkan, ingin selalu ada disampingnya kemanapun ia pergi.
"Kamu.... Harusnya milikku dari dulu..." Gumam Bella pelan, matanya tampak berkaca-kaca. "Seandainya aku bisa memilih, aku ingin menjadi perempuan pertama yang bertemu denganmu, selalu menemani kamu disaat susah maupun senang. Aku gak akan ngebiarin kamu sendirian. Selama ada aku, kamu nggak akan pernah merasa sendiri. Disaat kamu sedih, aku siap memeluk kamu, menghapus air matamu, menguatkan hati kamu. Aku rela melakukan itu semua, asalkan aku bisa menjadi sandaran terbaik buat kamu..... Arhan!"
Bella menyebut nama laki-laki itu, dia Arhan.
"Arhan putra Pratama.... Walau aku terlambat. Aku ingin kamu tahu bahwa isi hati aku penuh denganmu. Meski kamu milik adikku. Aku tetap mencintaimu dan mendoakanmu setiap saat. Jujur, aku cemburu, iri dan merasa sungguh beruntung Sabrina bisa memiliki kamu. Melihat kamu yang romantis, memeluknya, menggengamnya dengan penuh cinta serta mencintai Sabrina selalu membuat hatiku sesak. Aku hancur, sakit dan sering kali menangis. Seakan aku tidak pernah rela melihat orang yang aku cintai bisa bersama adikku sendiri, bukan cuma adikku, tetapi wanita manapun. Kecuali aku sendiri yang merasakannya. Aku terlihat egois, tapi itulah kenyataannya. Perasaanku terlalu dalam untuk sekedar dibungkam logika. Aku mencintaimu arhan..... Bukan karena fisik. Tapi karena itu kamu..... Hatiku diam-diam memilihmu. Aku sayang kamu, aku cinta kamu tanpa tahu dari mana awalnya aku mencintai kamu, arhan..... Maaf, aku nggak bisa mengikhlaskan kamu berdamping sama siapapun, walau itu Sabrina, istri kamu." Ungkap bella memeluk kedua lututnya. Ia tidak mempunyai tekad untuk mengutarakan perasaannya secara langsung. Cintanya yang terlalu dalam hanya bisa diluapkan saat sendiri, dalam diam yang menyakitkan.
"Arhan. Perasaan ini sangat menyiksaku.... hiks.... aku hancur memikirkan kamu, sementara kamu tidak pernah memikirkan aku.... pikiran kamu hanya tertuju pada Sabrina, adikku. Kamu bahagia dengannya dan aku? Aku cuma bisa lihat dari jauh dengan hati yang hancur." Tangisnya seketika pecah tak mampu ia tahan.
"Arhan bolehkah aku memelukmu sebentar saja?" Suara Bella bergetar disela tangisnya. "Bukan untuk memiliki.... Tapi untuk menenangkan hatiku, melampiaskan semuanya didalam pelukanmu."
*
*
Siang hari
Ditempat lain. Lucky duduk sendiri dibangku besi tanpa adanya seorang pun disekitarnya. Suasana sunyi, langit mendung, Kosong, hampa tampak sepi, menggambarkan hatinya yang remuk ditengah kesendirian. Matanya menatap kosong kedepan, sementara asap rokok keluar secara perlahan dari mulutnya, seolah menguatkan hatinya yang hancur berkeping-keping. Penolakan dan kata-kata pedas dari Bella cukup membekas, meninggalkan luka tanpa d3rah, namun terasa cukup menyakitkan walaupun tak terlihat.
Ting!
Ting!
Suara notif pesan dari ponselnya menyadarkan dirinya. Dengan napas berat, Ia meraih dan membuka ponselnya. Menatap layarnya tanpa eksperi. Pesan berderetan masuk saling menabrak dari grup mansion squad.
Lucky memejamkan matanya sejenak, Lalu membuka grup. Ia menekan video. Matanya memicing sesaat. Video berjalan seiring dengan raut wajahnya yang perlahan berubah, dingin, tajam.
Sorot matanya membaca pesan-pesan dari orang-orang.
Livy: jangan nyerah kak lucky! Kamu bisa! Semangat dong! Kejar mbak Bella, Pepet terus sampe dapet!
Rara: jadikan ini awal mula dari perjuangan kamu, kak lucky.
Mala: semangat! Kak lucky.
Lucky mengulas senyum tipis. Namun senyum itu pudar kala membaca pesan Revan.
Revan: NT bang! NT! Capek-capek banting gelas! Tau-taunya lamaran kagak keterima.
Raka: sia-sia perjuangan banting gelasnya luk!
Revan: kata gue geh apa bang! Banting piring! Banting piring! Kalo perlu acak-acakin tuh toples dimeja! Siapa tau Bella luluh liat effortnya!
Aldo: beli-beli cincin, tapi kena tolak bang! Nt dah! Keep up!
Kevin: gak papa Luk! Yang penting dah berjuang! Meski kagak ada hasilnya! Hahahaha!
Raka: nyali mantep, tekad bagus. Tapi hasilnya zonk! Wkkwkwkw! Luk! Luk! Next time coba bawa surat tanah sama kedukun! Saran gue.
Revan: selain zonk! Dia juga nahan malu ngarang! Bayangin ngelamar didepan orang tua Bella dengan hati yang pede, muka sumringah. Berharap keterima, gak taunya dapet penolakan mentah-mentah. (Emote ngakak).
Leon: tahan Luk! Tahan! Sabar dulu! Sakitnya mah kagak seberapa tapi malunya itu loh bikin gak tahan.
Revan: sakit + malu. Kasihan banget Abang gue. @lucky.... Jangan sampe gara-gara ini. Lo mutusin buat ngakhirin hidup bang! Sumpah kagak lucu, masa iya perkara cinta ditolak. Gantung diri pun digas!
"Lo semua memang t4i! Lo kira ini lucu? Kagak sial! Minimal bercanda tau kondisi orang lah!" Lucky menghela napas pelan. Matanya menatap kosong ke depan lagi, sementara tangannya meremas ponsel tanpa sadar. Bercanda, mereka pikir ini bisa jadi bahan lelucon. Padahal, hatinya belum selesai memperbaiki retakan yang baru saja diperparah.
"4nj1ng lo semua.... Bercandain dan nyibir orang Mulu kerjaannya. Orang lagi hancur bukannya dirangkul malah semakin diperpuruk keadaannya!" Desis lucky membanting ponselnya ke bangku, terhempas namun tidak pecah, ia marah. Rahangnya mengeras, matanya memerah. Tanpa pikir panjang ia meraih sebotol alk0h0l disebelahnya, melepaskan tutupnya dengan gigi geraham. Tutup terlepas. Matanya terpejam, Mulutnya terbuka sementara tangannya gemetar menggengam b0tol itu bergetar pelan. Dalam satu gerakan air tertuang kedalam mulutnya, bukan karena ingin mabuk, tapi karena tak tahu lagi cara membuat dirinya utuh walau sesaat.
Brak!!
Tiba-tiba tangan seseorang menyambar botol dari genggaman lucky sebelum sempat menyentuh bibirnya.
Prang!
Dalam sekejap. Botol itu dihantamkan ketanah, pecah berkeping-keping. Cairannya menyebar ke rerumputan kering yang kini basah. Menyisakan aroma menyengat diudara.
"Bgst! Kenapa Lo hancurin!!" Teriak lucky, giginya menggeletuk. Kepalanya terangkat, menatap sosok pria tinggi dihadapannya. Jaket hitam membalut tubuh tegapnya, tudungnya menutupi sebagian kepalanya, sementara masker hitam menutupi mulut hingga hidung. Menyisakan netra biru, dingin menusuk.
"Lo siapa?" Tanyanya kaget bercampur bingung.
"Jangan hancurin diri lo sendiri!" Jawab pria itu dengan suara lembut namun tegas. "Gue nggak mau Lo ngerusak diri Lo dengan minuman keras. Lo lebih berharga dari itu. Jangan karena frustasi sampai ngebuat Lo ngelampiasin semuanya kesitu."
Lucky membulatkan matanya. Suara itu...... Sangat familiar sekali baginya. Ia menatap sosok itu dengan bibir bergetar tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"gue nggak akan ngebiarin Lo jatuh sendirian!" Ucap pria itu. Dengan santainya ia duduk, posisinya menghadap lucky, sorot matanya lembut penuh perhatian dan ketulusan yang sulit ditolak.
"Suara ini..... Mirip suaranya arhan...." Mata lucky berkaca-kaca.
"Maaf, mungkin hanya mirip. gue bukan arhan..." Jawab pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tama.
"Nggak mungkin!" Lucky menggeleng, tak percaya. Mana mungkin suara seseorang bisa mirip.
"Terserah! Tapi gue bukan Arhan!" Jawab Tama menghela nafas panjang. Wajahnya serius meyakinkan lucky yang masih tak percaya.
"Tapi mata Lo!"
"Ini softlens. Biar keren-keren aja." Jawab Tama mencoba mencairkan suasana.
"CK, lo siapa sih? Dateng-dateng kesini cuman ngerusak kesenangan gue aja!"
"Kesenangan yang menghancurkan Lo?"
"Maksudnya?"
"Berhenti minum-minuman keras!"
"Gak usah sok ngatur!" Ketus lucky garang, namun dalam hati ia bertanya-tanya.
"Gue nggak ngatur, gue cuma nggak mau lo nyesel nanti. Lo berharga. Meskipun lo ngerasa dunia ini ninggalin lo, itu cuman anggapan Lo aja. Masih ada orang-orang yang nggak akan ninggalin Lo mungkin ada salah satunya." Jawab pria itu yang terdengar tulus dan peduli.
Lucky terdiam. tersentuh mendengarnya.
"Kadang hidup jatuh itu wajar, tapi bangkit itu pilihan. Jangan pernah lupakan nilai diri Lo. Berdirilah! Jangan terus bersedih hanya karena memikirkan wanita yang nggak mencintai Lo, bahkan menyakiti perasaan Lo sendiri!"
"Dari mana Lo tau gue disakitin?" Tanya lucky terkejut. Namun dalam hati ia merasa aneh dengan perasaan nyaman yang menyusup ke relung hatinya.
"Dia menolak Lo seolah-olah itu hal biasa. Dia menyakiti tanpa memikirkan perasaan yang disakitinya. Dia terlihat biasa, gak peduli. Dan Lo? Lo malah tenggelam dalam luka, berjuang sendiri tanpa suara demi mendapatkannya. dengan harapan bahagia dan antusias, Lo berusaha memiliki dia. Padahal, dia gak pernah melihat perjuangan yang Lo berikan." Bukannya menjawab, pria itu justru meneruskan kalimatnya.
Lucky menunduk dalam, meski tak menyangka dari mana pria itu Tama namun ia tak peduli dan mengajukan pertanyaan. "Gimana caranya agar dia bisa melihat perjuangan gue? Kesungguhan gue?"
"Lo nggak akan bisa paksa dia. Sehebat apapun perjuangan Lo buat perjuangin dia. Tetap aja nggak ngebuat dia tersentuh."
"Kenapa?" Tanya lucky lirih, menatapnya sayu.
Tama menyandarkan punggungnya dikursi, "orang yang belum selesai dengan masa lalunya, hati dan pikirannya masih terbelenggu. Dia belum siap buka ruang untuk yang baru, termasuk perasaan Lo."
"Lo tau dia belum selesai sama masa lalunya?" Tanya lucky penasaran.
"Cuman nebak aja!" Jawab pria itu terkekeh kecil. "Tapi jangan khawatir, kalau Lo berniat dengan sungguh-sungguh, maka akan ada jalannya. Saat ini jangan mikirin dia dulu. Lebih baik Lo fokus berubah dengan versi terbaru. Kurang-kurangi minum alk0h0l! Perlahan aja jangan langsung sepenuhnya. Karena Apapun yang dipaksa secara keseluruhan. Biasanya malah bikin balik ke kebiasaan lama." Jawab Tama bijak.
Lucky mencerna kata-katanya dengan hati yang mulai terketuk. Ia sadar, selama ini dirinya sudah rusak. "Kayaknya gue gak bisa berubah!"
"Sttt! Gak boleh ngomong gitu. Lo bisa! Pasti bisa!" Tama merangkul pundaknya. Jemarinya mengusap lembut, memberi kenyamanan dan semangat pada lucky.
"Kenapa Lo antusias banget? Kenapa Lo peduli sama gue?" Tanya lucky nyaris nangis. Baru kali ini ia bertemu sosok asing yang begitu peduli. Mengingatkannya pada arhan.
"Karena gue tau rasanya gak dipeduliin orang lain... Rasanya sepi dan hancur. Gue gak mau lo ngerasain itu terus. Makanya gue ada di sini, buat ngingetin Lo, Lo gak sendiri."
Lucky bergeming. Air matanya tumpah tanpa bisa ia tahan. "Shit! Gue nangis didepan orang!"
"Gue gak akan ketawain orang-orang yang nangis. Justru menurut gue, orang yang berani nangis itu tandanya hati dia masih hidup.... Biasanya orang-orang yang sering menangis memiliki hati yang paling kuat, bukan hanya kuat. Tapi gampang tersentuh."
Lucky memejamkan matanya, nafasnya memburu. "Boleh gue meluk Lo?" Ungkapnya, berharap bisa memeluk sosok yang mirip arhan ini.
Dengan gerakan lembut, penuh ketulusan, Tama menarik tubuh lucky kedalam pelukannya. Tangis lucky pecah dalam keheningan. Tama mengusap-usap pundak dan menepuk-nepuk punggungnya, membiarkan lucky menangis sepuasnya. Tanpa peduli jaketnya yang dibasahi air mata.
"Gue nangis lemah ya?"
"Nggak lemah. Lo kuat! Nangis bukan pertanda lemah, semua orang berhak menangis, itu manusiawi." Jawab Tama lembut, menyangkalnya.
Lucky sesenggukan. Kepalanya diletakkan didada bidangnya. Rasa nyaman dan tenang mulai merambat pelan. Dadanya yang tadinya sesak, perlahan longgar.
"Makasih! Bro!" Jawab lucky setelah mengurai pelukannya, mengusap air matanya.
"Kalem!"
"Gue boleh nanya sesuatu?"
"Boleh! Tanya aja!"
"Gimana caranya ngedapetin seseorang tanpa perlu effort besar? Gue pengen milikin dia gak mau berusaha keras lagi. Sakit banget Rasanya berjuang tapi gak membuahkan hasil!" Tanya lucky lirih, mengharapkan ada jawaban.
"Serius Lo mau milikin dia tanpa effort?"
Lucky mengganguk pelan.
Tama menatapnya dalam-dalam. "Jebaklah dia."
"Maksudnya jebak apaan?"
"Jebak dia lewat cara! Lo mau tau caranya?"
"Gimana caranya?" Lucky tampak antusias.
"Gini...." Tama menjelaskan cara-caranya. Lucky menyimak dengan raut wajah fokus.
Lucky melotot. "Serius gitu? Terus cintanya?"
"Iya. Hanya itu caranya, cara halal juga...... Cinta emang gak akan datang dalam waktu cepat. Butuh waktu, butuh proses. Tapi percaya deh, seiring berjalannya waktu, Perasaan itu bakal mulai tumbuh. Cinta itu sering kali datang dari kebersamaan, dari hal-hal kecil yang Lo lakuin berulang kali dengan tulus. Bukan dari paksaan, tapi dari rasa nyaman yang tumbuh perlahan." Ucap Tama menjelaskan.
Lucky termenung. Ia dilema dengan saran yang diberikan Tama. Sarannya cukup memalukan bisa merusak reputasinya, namun tak terlalu masalah baginya. Reputasi bukanlah hal yang penting. Yang penting nikah. Pikir lucky mantap.
"Gue cabut dulu ya!"
"Mau kemana bro?" Tanya lucky menahan Tama yang ingin pergi begitu saja, setelah memberikan kehangatan dan rasa nyaman yang sulit diungkapkan.
"Ada keperluan, gue duluan bro!" Ucap Tama Sayonara lalu pergi meninggalkan lucky seorang diri ditaman.
"Sial! Padahal gue pengen cerita sama dia. Sumpah, kayaknya gue nyaman cerita sama dia, orangnya baik, peduli dan ngeberi solusi gak kayak orang-orang digrup! Isinya binatang semua" Gumam lucky. Ia merasa heran sekaligus aneh dengan dirinya yang langsung terbuka sama orang asing. Biasanya orang asing selalu dihindari. Namun, baginya Tama itu berbeda, tak seperti orang asing kebanyakan. Gimana ya, lucky juga bingung menjelaskannya. Intinya mah beda aja.
*
*
kata-kata dari karakter.
"Arhan, aku mencintaimu… selalu begitu. Tapi akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada sosok lain, Tama, yang datang dengan cara yang tak terduga, membawa perasaan aneh dalam hatiku. Aku bingung antara setia pada cinta lama dan rasa penasaran yang membuatku bertanya-tanya. Mungkin aku harus mencari jawaban, tapi satu hal yang pasti. hatiku masih untukmu, meski dunia terasa tidak lagi sama."
— Bella Salsabila evalina
"Gue capek berjuang buat dia yang nggak pernah ngeliat atau hargain usaha gue. Semua luka dan air mata gue kayak nggak berarti. Gue muak jadi orang yang terus-terusan memberi tanpa balasan. Kalau memang harus ada cara ekstrem supaya dia bisa lihat gue, gue siap. Nggak peduli risikonya, gue bakal berubah total, lawan semua kebiasaan buruk gue, dan buktikan siapa gue sebenarnya. Ini bukan cuma buat dia, tapi juga buat gue sendiri. Kalau itu artinya harus ekstrem, gue jalanin. Thanks masukannya bro yang baru gue kenal"
—Lucky Raze
"Waduh, banting gelas aja udah drama banget, sekarang mau ekstrim segala? Sabar, bang, jangan sampe malah banting diri sendiri! Haha, dari perjuanganmu sih kelihatan bakal jadi komedi tragedi, bukan cinta sejati!"
—Lorian Revantino Raze
"Mending jangan pusingin cinta dulu, santai aja. Kadang kita terlalu fokus ke orang lain sampai lupa ngurus diri sendiri. Fokus sama diri sendiri itu jauh lebih penting dan enak, bikin hidup lebih tenang. Nikmatin hidup aja dulu. Hidup sudah Ribet jangan dibikin tambah ribet karena cinta gak jelas. Nanti juga kalau waktunya pas, cinta itu datang dengan sendirinya tanpa kita paksa."
—Raka
*****
Fyi, Kalimat Revan barusan hanya sekedar kalimat. Ia tidak tahu apa-apa tentang ini.
Cek visual Ig : cengzez_7