NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

​Ayesha menatap Gus Arsha yang berdiri tegak, memancarkan aura kesalehan dan ketenangan yang belum pernah ia temui. Penjelasan Arsha tentang insiden semalam, terutama sumpahnya bahwa ia tidak menyentuh Ayesha meski telah mengganti pakaiannya, menghantam Ayesha seperti ombak.

​Dunia yang ia kenal, dunia di mana pria akan memanfaatkan setiap kesempatan dan kelemahan seketika terasa runtuh. Pria di hadapannya ini berbeda. Ia adalah anomali.

​"Maaf..." Suara Ayesha terdengar serak dan malu. Ia baru menyadari kondisinya, mengenakan kemeja kebesaran tanpa bawahan, hanya ditutupi pakaian dalam. Wajahnya yang biasa dipenuhi percaya diri kini terasa panas. Ia buru-buru menarik selimut dari sofa dan melilitkannya di tubuhnya, menutupi kakinya yang jenjang.

​Arsha menoleh sedikit, menyadari Ayesha telah bergerak, namun tetap menjaga pandangannya. "Kau tidak perlu meminta maaf," jawab Arsha datar, masih menghormati batas pandangan. "Yang terpenting, kau baik-baik saja."

​"Kenapa... kenapa kau tidak meninggalkanku di jalan saja?" Ayesha bertanya, suaranya dipenuhi ketidakpercayaan. "Kau bisa saja membawaku ke rumah sakit dan pergi. Atau, kau bisa saja..."

​Ia sengaja menghentikan kalimatnya. Arsha mengerti maksud Ayesha. Ia bisa saja memanfaatkan kesempatan itu.

​Arsha menarik napas dalam. "Aku seorang Muslim. Ajaran agamaku mewajibkan aku menolong siapapun yang kesulitan, terlepas dari latar belakangnya. Aku menolongmu karena kemanusiaan, dan aku menjagamu karena amanah."

​"Amanah?" Ayesha mengernyit.

​"Tubuhmu adalah amanah. Aku tidak berhak menyentuhnya. Jika aku bisa bertanggung jawab dengan menolongmu, aku juga harus bertanggung jawab dengan menjagamu," jelas Arsha. "Sekarang, aku harus pergi. Ada tugas di Pesantren yang tidak bisa kutinggalkan."

​Arsha berjalan ke dapur, mengambil gelas, dan mengisinya dengan air putih. Ia meletakkannya di meja. "Minum ini. Aku juga sudah menyiapkan beberapa biskuit di sana. Kau bisa istirahat dulu," katanya sambil menunjuk ke meja makan tanpa menoleh.

​Ayesha terdiam, matanya mengikuti setiap gerak-gerik Arsha. Ia melihat kemeja dan jasnya yang tergeletak di dekat sofa sudah dilipat rapi, gaun merahnya yang basah sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik.

​Arsha mengambil kunci mobil dan dompetnya. Ia kembali menghadap Ayesha lagi, ia hanya memandang dinding di belakang Ayesha.

​"Aku akan kembali nanti sore, setelah urusanku selesai. Kau aman di sini. Ini apartemenku, tidak ada orang lain," kata Arsha, memberi kepastian. "Tolong, jangan pergi dulu. Aku ingin memastikan kau benar-benar sembuh dan bisa mengantarmu pulang dengan baik."

​Ayesha merasa ada kekuatan tak terlihat yang mengikatnya pada janji pria ini. Selama ini, janji pria selalu berujung kebohongan dan penipuan, tetapi janji Arsha terasa murni dan jujur.

​"Baiklah," jawab Ayesha pelan, hampir tak terdengar.

​Arsha mengangguk singkat, melangkah cepat menuju pintu, dan menghilang. Setelah pintu tertutup, keheningan apartemen mewah itu terasa menyesakkan bagi Ayesha.

~

​Arsha melajukan mobilnya menuju Pesantren dengan hati yang gundah. Meskipun ia berhasil melewati cobaan berat semalam, bayangan Ayesha terus menempel. Ia merasa seperti seorang musafir yang baru saja diserang badai gurun; selamat, tetapi masih membawa pasir di sekujur tubuhnya.

​Ia melihat ke kursi belakang. Kantong plastik berisi gaun merah Ayesha masih teronggok di sana. Saat mengambil kantong itu, ia merasakan sesuatu yang keras di dalamnya. Arsha merogoh kantong itu dan menemukan sepasang sepatu hak tinggi dan... sebuah kartu nama.

​Kartu nama itu tebal, berwarna hitam elegan dengan tulisan emas mencolok: "Ayesha Shekilla – The Red Rose". Di bawahnya, tertera nomor ponsel dan alamat sebuah klub malam di pusat kota, "The Scarlet Lounge".

​Jantung Arsha terasa disengat. Ia kini tahu Ayesha bukanlah korban kecelakaan biasa, tetapi wanita yang tenggelam dalam pusaran dunia malam. Pelacur. Kata itu menusuk batinnya.

​Emosi Arsha campur aduk, rasa jijik terhadap profesi itu, rasa kasihan pada jiwa yang tersesat, dan... yang paling berbahaya, sebuah tarikan tak terbantahkan yang ia rasakan sejak mata mereka bertemu. Ia melempar kartu nama itu ke jok samping, mencoba mengabaikannya.

​"Ya Allah, mengapa Engkau hadirkan cobaan ini?" Arsha bergumam, memacu kecepatan mobilnya.

​Setibanya di Pesantren Al-Falah, Arsha disambut oleh kerumunan santri yang berebut mencium tangannya. Ia membalas sapaan mereka dengan senyum tipis, tetapi batinnya terasa jauh.

​Ia langsung menuju ndalem, rumah kediaman Kiyai. Kiyai Hafidz dan Ustadzah Halimah, orang tuanya, sudah menunggunya di ruang keluarga.

​"Arsha, mengapa kau baru pulang? Kau semalam tidak mengabari Abi dan Ummi," tegur Ustadzah Halimah dengan nada khawatir.

​Arsha mencoba bersikap tenang. "Maaf, Ummi. Tadi malam setelah meeting ada sedikit urusan mendadak yang harus saya selesaikan sendiri. Ada kecelakaan kecil di jalan, Arsha harus membantu sedikit." Ia sengaja menyamarkan cerita.

​Kiyai Hafidz menatap putranya dengan tatapan mata seorang ayah yang penuh pengalaman. Beliau menyadari ada yang berbeda dari putranya. Wajah Gus Arsha tampak lelah, tetapi matanya memancarkan kegelisahan yang aneh, seolah ada rahasia besar yang ia sembunyikan.

​"Kecelakaan apa, Nak? Kau menolong siapa?" tanya Kiyai Hafidz, suaranya tenang namun penuh wibawa.

​Arsha berdeham. "Seorang pejalan kaki yang tersenggol mobil lain, Abah. Aku hanya memastikan ia aman. Setelah itu, aku langsung ke apartemen untuk beristirahat."

​Kiyai Hafidz hanya mengangguk, tetapi ia tidak lantas percaya. "Istirahatlah dulu. Setelah salat Zuhur, Abah ingin bicara serius denganmu mengenai Pesantren dan rencana Abah menjodohkanmu dengan putri Kyai Mustofa."

​Ucapan terakhir Kiyai Hafidz seperti guntur di siang bolong. Arsha tersentak. Dijodohkan? Padahal, bayangan Ayesha masih melekat di ingatannya.

​"Baik, Abah. Arsha permisi dulu," kata Arsha, membungkuk hormat, lalu bergegas menuju kamarnya. Ia tahu ia tidak bisa lagi lari dari kenyataan.

​Arsha memasuki kamarnya. Kamar itu terasa suci, dindingnya dihiasi kaligrafi, dan rak bukunya dipenuhi kitab-kitab agama. Tempat ini seharusnya menenangkan, tetapi kini ia merasa kamarnya adalah arena pertarungan batin.

​Ia mengambil air wudu, mencoba menenangkan jiwanya dengan salat. Namun, setiap kali ia takbiratul ihram, bayangan Ayesha muncul. Rambut basahnya, mata sayunya, dan godaan tak sengaja yang ia ucapkan semalam, semuanya berputar-putar.

​Saat sujud, Arsha menangis. Ini adalah air mata penyesalan, tetapi juga air mata pengakuan. Ia mengakui pada dirinya sendiri, ia telah jatuh hati. Jatuh hati pada wanita yang baru ia temui, yang ia ketahui berprofesi sebagai pelacur.

​Bagaimana bisa seorang Gus seperti dirinya jatuh cinta pada 'Mawar Merah' dari klub malam?

​Arsha bangkit setelah salat. Ia menatap ke luar jendela. Hujan sudah reda, tetapi badai di dalam jiwanya baru saja dimulai. Ia mengambil kartu nama Ayesha dari dompetnya lagi. Kali ini, ia melihatnya dengan tatapan yang berbeda. Bukan jijik, melainkan rasa ingin tahu yang kuat.

​Ia tahu, jika ia kembali ke Pesantren, ia akan dinikahkan dengan putri seorang Kyai, hidup damai, dan mengabdi pada umat. Itu adalah takdir yang diimpikan setiap orang.

​Namun, ia tidak bisa mengabaikan Ayesha. Ada suara di hatinya yang berbisik, wanita itu bukan hanya 'Ayesha Shekilla – The Red Rose'. Ia adalah jiwa yang tersesat, dan kamu, Arsha, dikirim Tuhan untuk menjadi penyelamatnya.

​Arsha mengambil keputusan drastis. Ia akan mencari tahu siapa Ayesha. Ia harus tahu cerita Ayesha dan menawarkan bantuan nyata. Ia tidak akan menikah dengan putri Kyai Mustofa sebelum menyelesaikan urusan yang mengganggu jiwanya ini.

​Ia harus berbohong pada Kiyai dan Ustadzah. Ia harus berpura-pura tenang. Ia harus mencari cara agar bisa kembali ke kota tanpa menimbulkan kecurigaan.

​"Aku akan kembali ke sana, bukan untuk nafsu, tapi untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin," bisik Arsha pada dirinya sendiri, seolah sedang mengambil sumpah.

​Arsha kemudian menyimpan kartu nama Ayesha di balik kitab hadisnya, menyembunyikan rahasia terbesarnya di tempat yang paling suci. Ia bersiap menghadapi Kiyai Hafidz, tahu bahwa pertempuran terberatnya adalah melawan Ayahnya sendiri.

...----------------...

Next Episode....

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!