Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10 ( Jabatan Baru Milana)
.
.
.
Milana berangkat bekerja dengan wajah cerah, pagi ini. Dia senang, karena resmi dipindah ke bagian waitress
Gadis itu menata rambutnya dengan gaya Bun ke atas dengan rapi. Poni pendek dan poni sampingnya yang agak panjang di sisi wajahnya menambah kadar cantik nan manis.
Setelah berganti seragam waitress. Kalau saat jadi asisten koki seragamnya berwarna hitam. Seragam khusus waitress di restoran Rayn adalah kemeja putih lengan pendek dan rok coklat selutut.
Milana meletakkan tas miliknya ke dalam loker, segera meraih apron berwarna coklat tua yang tergantung pada dinding tak jauh darinya. Mengikat benda itu ke pinggul. Memasang name-tag miliknya sendiri bekas semasa sekolahnya dulu karena Milana masih baru beberapa hari bekerja. Jadi, name-tag resmi dari restoran ini belum ada.
Milana keluar dari ruang loker dengan membawa lap kecil dan cairan pembersih. Tampak Firsha yang tengah mengepel lantai bersama Dimas—salah satu karyawan di restoran itu juga. Milana berjalan menghampiri mereka berdua.
"Selamat pagi, Kakak-kakak," sapanya dengan senyum manis nan lebar.
Firsha dan Dimas menoleh bersamaan. Sama-sama terkejut melihat Milana mengenakan seragam khusus waitress.
"Milan, kok kamu di sini?" heran Firsha. Memang dia belum tahu kalau Milana dipindah ke bagian waitress.
Milana tersenyum sambil memainkan kedua alisnya naik-turun. "Iya, dong ... 'kan aku sekarang dipindah jadi waitress. Jadi, gak di dapur lagi kerjanya. Di dapur itu nggak enak, tau, Kak. Mana udah panas, kokinya cerewet, galak lagi," imbuhnya sambil terkekeh kecil.
Milana berhenti terkekeh ketika tepukan agak keras mendarat di bahunya dibarengi dengan protes dari seseorang, "Siapa yang kamu bilang galak?!"
Membuat Milana langsung menoleh. Ternyata itu Adit, yang baru saja datang bersama Rayn dengan membawa beberapa barang. Mereka baru saja kembali dari membeli bahan-bahan untuk keperluan restoran.
"Ya, Mas Adit yang galak, lah ... marah-marah terus kerjaannya," jawabnya dengan tawa kecil.
Adit melotot tidak terima. "Ya, itu semua karena ulah kamu yang selalu saja bikin masalah! Untunglah kamu udah dipindahkan dari dapur!"
Milana memutar bola matanya, malas. "Dih ... Emang dasarnya, Mas Adit galak dan cerewet. Berisik lagi, kayak toa." Milana menjulurkan lidah, meledek.
Adit makin melotot dikatai seperti itu. Membuat Firsha, Dimas dan Rayn tertawa kecil melihat wajah Adit yang memerah, menahan amarah.
"Sudah-sudah ... masih pagi, ayo lanjutkan pekerjaan kalian!" Rayn menginterupsi.
"Iya, Mas," jawab Firsha, Adit, Dimas dan Milana bersamaan.
Firsha dan Dimas kembali sibuk dengan acara mengepelnya, Adit bergegas membawa semua barang belanjaan ke belakang, dan Milana mulai membersihkan meja-meja pelanggan dengan lap dan cairan yang ia bawa tadi.
Rayn masih berdiri di sana, mencuri pandang ke arah Milana.
'Selamat bekerja, Milan,' ujar Rayn dalam hati.
Hal itu membuat dirinya mengingat saat ia masih diam-diam memperhatikan Milana di kampus, dulu.
Rayn bersama beberapa temannya berlari kecil memasuki gedung kampus sambil mengangkat tas di atas kepala guna melindungi diri dari rintik-rintik gerimis agak deras yang turun pagi itu.
"Wah ... lihat, itu Milana, kenapa pagi ini dia terlihat lebih cantik, ya?" celetuk salah seorang teman Rayn seraya menunjuk seorang di ujung koridor.
Rayn mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk temannya. Terlihat Milana yang sedang berjalan di sana seorang diri. Gadis itu mengenakan celana panjang hitam, dengan atasan kaos pink lengan panjang. Kakinya berbalut sepatu kets warna putih. Rambutnya yang tergerai rapi sedikit melambai tertiup angin hujan pagi itu.
Deg
Hati Rayn berdebar, selalu begitu ketika melihat atau berpapasan dengan Milana.
'Cantik sekali, pujaan hati,' puji Rayn dalam hati.
Matanya terus memandang mengikuti ke mana Milana berjalan sampai gadis itu menghilang di balik pintu kelasnya. Seakan Rayn terpaku di tempat. Hatinya benar-benar jatuh terlalu dalam pada pesona gadis manis itu.
'Selamat belajar, Milana,' ujar Rayn dalm hati dengan senyum yang tersungging.
Rayn tersenyum, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, merasa malu sendiri jika ingat kejadian di masa lalu itu.
'Kenapa aku masih saja seperti dulu.' Kemudian melenggang masuk ke dalam ruangannya.
...****************...
Milana menyambar buku menu di atas meja panjang di dekat kasir, ketika melihat dua orang pria muda baru saja masuk ke dalam restoran.
Ketika dua orang itu baru saja duduk di kursi restoran, Milana menghampiri mereka sembari berucap, "Selamat datang, silahkan menunya." Disertai senyuman ramah yang tersungging di bibirnya.
Dua pemuda itu sama-sama memandang Milana. "Pelayan baru ya, Mbak?" tanya salah satu dari keduanya.
"Iya, Mas. Mohon dimaafkan jika saya melakukan sedikit kesalahan," jawab Milana dengan ramah dan sopan. Tangannya sibuk mengeluarkan buku kecil dan bolpoin dari saku yang tersedia di bagian apron yang ia kenakan, dua benda itu untuk mencatat pesanan customer.
"Pantesan baru liat. Ngomong-ngomong, Mbaknya cantik lho."
"Cewek ya pasti cantik lah, Mas. Kalau ganteng nanti repot." Milana tersenyum ramah. Padahal, di hati dia mengumpat dua pria itu.
'Dasar cowok kardus, gombal! Hah ... sabar, Milan! Kau tidak boleh membuat masalah!' tekadnya dalam hati.
"Namanya siapa?" tanya pria muda yang lainnya.
Milana menunjuk name-tag bertuliskan "Milana Alev F." yang tertempel di dada sebelah kirinya menggunakan jari telunjuk seraya berkata, "Nama saya tertempel di sini, ya, Mas." Disertai senyuman sopan.
Pria muda itu tertawa kecil seraya membaca name-tag, "Milana. Jadi nama kamu Milana?"
Milana hanya tersenyum datar menanggapinya. "Jadi, Masnya mau pesan apa?"
Dua pria muda itu tertawa kecil bersama-sama. "Kenalkan, namaku Arga, aku ...." ucapan pemuda bernama Arga itu terpotong, karena pria muda yang duduk bersamanya itu menyahut dengan cepat. "Kalau aku Rendi," katanya setelah dari tadi hanya diam.
Milana mengangguk-angguk beberapa kali seraya berujar, "Arga, Rendi." Dia menunjuk Arga dan Rendi bergantian. "Oke-oke. Sekarang, Mas Arga sama Mas Rendi ... Jadi mau pesan makanan apa? Saya sudah lama berdiri di sini loh, Mas. Pegel ini kaki saya," sungut Milana. Kesal juga dia.
Mendengar itu, Arga dan Rendy kompak terkekeh. Lalu Rendy membuka buku menu seraya berucap, "Kenapa tidak duduk bersama kami kalau kakimu pegal, Milana."
Milana mencibir samar. 'Astaga. Jika begini mana bisa aku sabar.' Kesabarannya mulai goyah, karena menurutnya dua pemuda itu terlalu banyak basa-basi. Namun, Milana masih mencoba bersabar.
'Demi keberlangsungan hidupku, sabar ... Milan, kamu pasti bisa,' batinnya menyemangati diri sendiri.
Milana melirik Rendy yang tengah menunjuk salah satu gambar menu yang ada di buku menu. "Jadi, mau pesan apa, Mas?" tanyanya tanpa menanggapi ucapan Rendi tadi.
"Aku mau jus mangga dan nasi kari ayam ," kata Rendi. Pemuda bermata agak sipit itu menatap Arga seraya bertanya, "Kau pesan apa, Ga?"
Yang ditanya hanya menjawab sekenanya, "Samain aja, deh," dia sedang sibuk memandangi Milana.
"Oke, dua jus mangga dan dua nasi kari ayam," kata Milana seraya menulis pesanan mereka. "Terima kasih, pesanan akan datang beberapa saat lagi. Mohon menunggu, permisi." Milana hendak beranjak dari sana, ketika tangan Arga mencekal tangannya. Milana menoleh menatap Arga dengan tatapan bertanya.
"Kau yang bawakan pesanan kam ...."
Sret
Tiba-tiba tubuh Milana ditarik sedikit menjauh dari Arga oleh seseorang. Membuat ucapan Arga terhenti dan cekalannya pada tangan Milana terlepas.
"Dia sedang bekerja! Jangan mengganggunya!" ujar orang yang menarik Milana.
Milana, Arga dan Rendi sama-sama menoleh pada orang tersebut.
.
.
.
Bersambung....
Semoga suka ya best, semoga kalian berkenan memberikan kritik dan saran.
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/