Jennaira adalah putri kandung dari keluarga bangsawan Bakari. Ia terlahir dari rahim istri kedua Aston Bakari yang bernama Jenny. Ibu kandung Jennaira tersebut adalah cinta pertama Aston. Jenny terlahir dari trah rakyat jelata, bukan berdarah bangsawan.
Kebahagiaan Aston hancur setelah kematian Jenny secara mendadak.
Suatu malam, Jennaira (21 tahun) sedang berjalan kaki menuju ke sebuah klub malam terbaru di kotanya. Ia punya pekerjaan gelap yakni mencuri dompet-dompet orang kaya.
Jennaira terkejut melihat sebuah sedan mewah mengalami kecelakaan tunggal di depan kedua matanya. Ia berlari ke TKP untuk menolong.
Akan tetapi, Jennaira begitu terkejut melihat wajah seorang wanita muda yang ditolongnya itu ternyata mirip sekali dengan wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip sekali dengan wajahku? Apa aku punya saudara kembar?" batin Jenna.
Bagaimana bisa Jennaira, putri kandung dari putra mahkota Keluarga Bakari bisa tinggal berjauhan dari keluarga aslinya yang kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Di Tepian Kolam Renang
"Tumben sekali kamu menanyakan putraku. Biasanya kamu tak peduli bahkan cenderung acuh!" sahut Della dengan nada ketus berbalut mencibir ke arah Jenna.
Deg...
Jenna sedikit gugup karena ia merasa telah salah bicara. Namun dengan cepat ia bisa menenangkan dirinya sendiri agar tidak dicurigai oleh Keluarga Bakari.
Namun dari hal ini Jenna bisa memahami bahwa hubungan antara Sovia dengan Ares tak begitu dekat sesama saudara.
"Aku hanya ingin berubah dan menjadi saudara yang lebih baik. Apa itu salah?"
"Saudara yang baik. Kau kira aku percaya padamu. Mana mungkin bisa berubah secepat ini. Kecuali kamu memiliki maksud," ucap Della dengan balasan men0hok pada Jenna di ujung kalimatnya.
"Terserah Tante mau percaya apa tidak. Daddy bilang aku tidak boleh ma_buk-ma_buk an lagi atau berbuat ulah yang bisa mencoreng nama baik keluarga. So, aku memutuskan menjadi anak dan saudara yang baik. Jika memang perubahanku ini tidak diterima oleh keluargaku, terserah. Aku tak peduli!" tegas Jenna seraya mengangkat dagunya ke arah Della.
Jenna tak gentar dan tak akan mundur selangkah pun walau semisal banyak anggota keluarganya yang tidak menyukainya.
Saat Della akan membuka mulutnya kembali, mendadak urung karena seruan sang suami.
"Cukup !!" sela Daddy Aston. "Cepat habiskan makanan kalian. Apa kalian lupa aturan di meja makan dilarang berdebat? Apalagi dengan hal-hal yang tidak penting," imbuhnya.
Nyess...
Hati Jenna sedikit teriris dengan ujung kalimat sang ayah. Jenna berpikir perubahan diri Sovia yang menjadi lebih baik ternyata bukan hal penting di mata ayahnya.
Sedangkan Della tersenyum tipis karena merasa Daddy Aston masih membela putranya yakni Ares daripada Sovia.
Padahal sejatinya Daddy Aston bersikap demikian karena memang ingin menerapkan aturan keluarga dengan baik perihal tata krama di meja makan. Ia sama sekali tak menganggap perubahan diri Sovia adalah hal yang tidak penting dalam hidupnya.
Lisannya mengatakan hal itu karena ia tak ingin ke depan ada polemik antar keluarga yang bisa membahayakan posisi putri kandungnya bersama Jenny tersebut dalam Keluarga Bakari.
Dengan cepat Jenna segera menghabiskan makan malamnya. Sebenarnya ia sudah tak naf_su makan.
Namun teringat kehidupannya di masa kecilnya yang pernah susah bersama Bik Ema hanya untuk sekadar mengisi perut, akhirnya Jenna tetap melahap sisa makanan di piringnya tersebut hingga tandas. Setelah itu, ia berpamitan untuk pergi ke kamarnya.
"Dasar rubah kecil menyusahkan!" batin Della seraya menatap punggung Jenna yang berjalan meninggalkan area meja makan.
Daddy Aston menghela nafas beratnya setelah melihat situasi yang baru saja terjadi. Dalam hatinya terbesit rasa bersalah pada putrinya itu.
Daddy Aston dan yang lain akhirnya melanjutkan makan malam tersebut hingga selesai.
☘️☘️
Jam saat ini menunjukkan pukul sebelas malam. Daddy Aston menutup laptopnya dan keluar dari ruang kerjanya yang berada di lantai satu.
Ketika ia melewati pintu lift yang tertutup, hatinya kembali mengingat putrinya. Langkah kakinya pun urung ke kamarnya. Daddy Aston justru melangkah masuk ke dalam lift setelah menekan tombolnya.
Ya, Daddy Aston pergi ke lantai dua. Langkah kakinya perlahan menuju ke kamar Sovia setelah keluar dari lift. Lalu, ia mengetuk pintu kamar putrinya itu.
Tok...tok...tok...
"Sovia, ini Daddy. Buka pintunya," sapa Daddy Aston.
Dua kali Daddy Aston mengetuk pintu kamar Sovia, namun tak ada balasan. Kemudian tangannya memegang gagang pintu untuk membukanya.
"Terkunci. Dia di dalam apa tidak?" gumam Daddy Aston lirih setelah mengetahui jika pintu kamar pribadi milik Sovia ternyata sedang terkunci rapat.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" sapa Madam Getty yang kebetulan sedang berada di lantai dua.
Setiap malam sebelum tidur, ia bertugas memastikan jendela dan pintu terkunci dengan baik.
"Apa Sovia sudah tidur? Aku ketuk dari tadi tapi gak ada balasan,"
"Nona Sovia sedang berada di taman dekat kolam renang. Sejak satu jam yang lalu saya lihat dia di sana," jawab Madam Getty.
"Malam-malam begini dia berenang?"
"Saya rasa tidak, Tuan. Saya tidak melihatnya berenang. Hanya sekadar duduk-duduk saja," jawab Madam Getty.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Madam."
"Sama-sama, Tuan. Saya pamit undur diri," ucap Madam Getty seraya memberi hormat pada Daddy Aston.
"Hem,"
Sepeninggal Madam Getty, Daddy Aston memutuskan turun ke lantai satu menggunakan tangga yang lebih dekat ke pintu belakang arah kolam renang.
☘️☘️
Setibanya di sana, Daddy Aston melihat Jenna sedang duduk di tepian kolam renang dengan posisi sebagian kakinya masuk ke dalam air.
Langkah kaki Daddy Aston perlahan mendekat. Telinga Jenna yang cukup tajam tentu bisa mendengar jika ada suara langkah dari seseorang yang mendekat ke tempatnya berada saat ini.
Jenna sudah bisa menebak jika itu adalah langkah kaki Daddy Aston. Ia bisa mendengar jelas percakapan yang terjadi antara sang ayah dengan Madam Getty di depan pintu kamarnya.
Bagaimana Jenna bisa tau ?
Jenna sengaja memasang mikrofon berukuran mini secara tersembunyi di area celah atas pintu kamar Sovia. Di mana terhubung langsung dengan ponselnya. Otomatis dia tau yang terjadi.
Beberapa sudut tertentu juga sudah dipasangnya. Tidak semua area Mansion Tropical ini terdapat CCTV. Terlebih di dalam paviliun utama.
Jumlah CCTV hanya bisa dihitung dengan jari. Sehingga memudahkan Jenna untuk beraksi memasang penyadap dan terhindar dari sorotan CCTV.
Jenna sendiri tak tau siapa yang memegang kendali CCTV di Mansion Tropical. Apakah Daddy Aston, Oma Ruby atau Della ?
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Daddy Aston tiba-tiba.
Jenna pun menoleh sejenak ke arah sang ayah. Lalu membuang pandangannya ke arah kolam renang sembari menggerakkan kakinya yang berada di dalam air.
"Menghirup udara malam," jawab Jenna singkat terdengar datar.
"Malam ini udaranya cukup dingin. Kamu tak pakai mantel. Masuklah ke dalam," ujar Daddy Aston yang tak biasa karena pria ini tak pernah memberi perhatian khusus seperti ini sebelum-sebelumnya pada Sovia yang palsu.
"Aku enggak merasa kedinginan. Kalau Daddy merasakan itu, lebih baik Daddy saja yang masuk ke dalam."
Daddy Aston yang mendengar sahutan dari Jenna, justru semakin mendekat bukan pergi menjauh atau masuk ke dalam paviliun utama. Lagi-lagi berbekal dorongan kuat di hatinya mengalahkan logikanya ketika menghadapi Sovia yang sekarang.
Daddy Aston melepaskan sandalnya, lalu duduk di samping Jenna. Kakinya pun ikut masuk ke dalam kolam renang.
Keheningan melanda ayah dan anak tersebut untuk saat ini. Hanya ada suara gemericik air karena gerakan kecil dari kaki Jenna maupun Daddy Aston.
"Maaf," ucap Daddy Aston secara tiba-tiba.
Sontak hal ini membuat Jenna menghentikan gerakan kakinya di dalam air.
"Daddy sama sekali tak marah padamu di meja makan tadi," jelas Daddy Aston.
"Aku tau," jawab Jenna singkat dan lirih.
"Dad tau kamu marah, atau mungkin kecewa. Dad melakukan hal itu karena tak ingin ada pertengkaran dalam keluarga kita yang berujung saling menyakiti satu sama lain. Semoga kamu mengerti maksud, Dad."
"Apa aku boleh minta peluk dari Dad malam ini?" rengek Jenna seraya mendongakkan kepalanya, lalu menatap ke arah Daddy Aston.
Anggukan kecil sebagai jawaban sebelum akhirnya pelukan hangat itu mendarat ke arah tubuh Jenna dari Daddy Aston. Walaupun sedikit kaku, Daddy Aston tetap memeluk tubuh putrinya itu.
Seolah-olah dirinya sedang memeluk tubuh mendiang istrinya, Jenny. Sungguh menenangkan jiwanya yang sebenarnya tengah merindu pada sang belahan jiwa yang telah pergi ke Sur_ga.
Pemandangan di tepian kolam renang malam ini serta interaksi keduanya tak luput sejak tadi dari pandangan tajam seseorang yang berada di lantai dua.
Dalam sebuah ruangan yang gelap gulita tanpa penerangan yang menyala laksana seperti hidupnya, ia memandang secara tajam atas interaksi tak biasa yang sedang terjadi antara sang ayah dengan adiknya itu. Baru kali ini ia melihat hubungan kedekatan yang begitu intens antara sang ayah dengan Sovia.
"Dasar wanita penuh drama!" batinnya geram.
Hatinya penuh kebencian terutama pada Sovia.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Sabar ya yang nunggu Ares.💋
*Othor pengin ngebut update 3 chapter maunya, tapi mendadak dilepen. Sakitnya hari pertama kayak orang mau melahirkan. 😫
akhirnya kebenaran akan terungkap segala misteri akan aston dapatkan semangat......