NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Musuh Baginya

"Emir, ibu pergi dulu ya, Emir sama bibi, dan Emir jangan nakal" pesan ku ketika berpamitan dengan Emir di sampingnya sudah ada bibi yang menemani.

"Ok Bu" angguk Emir. Aku pun mengulas senyum dan tak lupa mencium pipinya yang terlihat tirus.

"Bibi titip Emir ya!" pamit ku pada bibi. Bibi mengangguk.

"Mbak tenang saja, Emir biar bibi yang jaga" balas bibi.

"Terima kasih bi" ucap ku sebelum berangkat ke pabrik. Di pos terlihat pak satpam sedang menyeruput kopi tak lupa aku menyapa nya.

"Berangkat dulu pak" kata ku seraya berlalu. Pak satpam mengangguk.

Ternyata sampai di pabrik aku tak melihat adanya mobil pak Prayoga, padahal kata pak satpam dia sudah berangkat pukul lima tadi. Mungkin dia pergi ke perusahaan pusat. Ketika masuk ke lobi Bu Hana sudah menyambut ku dia memintaku untuk membersihkan ruang pak Prayoga katanya nanti ada tamu spesial. Aku pun mengangguk. Selesai membersihkan kantor aku pun memutuskan kembali. Aku kembali ke pantry di sana sudah ada Tirta dan Luna yang sedang menata beberapa hidangan seperti buah dan kue di piring.

"Eh.. kebetulan ada kamu Yumna, kamu bantu Luna biar aku kembali membersihkan lobi, entar keburu bos dan tamu nya datang" ujar Tirta. Aku pun melihat beberapa buah dan kue yang ada di atas meja.

"Baiklah" jawab ku, seraya mulai membantu Luna. Sepuluh menit sudah semua sudah tertata rapi di atas nampan. Tak lama Bu Hana datang menyuruhku untuk mengantar ke kantor pak Prayoga. Sedangkan Luna beralih membersihkan di area pabrik. Ketika menuju ruang pak Prayoga sempat berpapasan dengan asisten nya, aku berhenti sejenak begitu juga dengan nya, dia pun menyuruhku langsung membawa masuk hidangan yang ku bawah.

Klek..

Deg'

"Maaf!" ucap ku kembali menutup pintu. Aku menarik nafas panjang menetralkan jantung ku, bodohnya aku yang tidak mengetuk pintu dulu. Sehingga aku melihat apa yang tak seharusnya ku lihat.Pintu kembali terbuka dari dalam dia keluar dengan menatap ku cukup lama bukan tatapan tajam atau menghunus seperti biasanya. Entah tatapan apa itu aku tak ingin mengartikan nya karena pikiran ku lagi kalut dengan rasa takut juga ada rasa yang tak bisa ku jelaskan sendiri seperti rasa marah dan kecewa. Tapi semua itu berlalu disaat diri ini sadar jika memang tidak berhak untuk mengharap sesuatu yang mustahil.

"Ma-af pak, saya hanya ingin mengantar ini" kata ku meski sedikit gugup. Dia menatap ke arah nampan di tangan ku.

"Masuklah!" serunya memberikan jalan untuk ku. Di dalam ada seorang wanita duduk memperhatikan ku masuk membawa nampan berisi minuman juga beberapa hidangan seperti buah dan kue. Aku pun mencoba memperhatikan wanita itu sejenak. Wanita itu memang cantik dan anggun terlihat dia seperti wanita berkarir.

"Silahkan, saya permisi" ujar ku setelah menyajikan di meja.

"Lain kali sebelum masuk ketuk pintu dulu" ujar nya yang masih berdiri di di samping sofa. Aku pun mengangguk seraya minta maaf atas kecerobohan ku, setelah itu aku melangkah keluar. Ku taruh nampan di pantry lalu ku memutuskan untuk masuk ke dalam ke toilet. Di dalam toilet ku tatap wajah ku di cermin seketika bayangan tadi kembali muncul di benak ku dimana tuan Prayoga dan wanita itu nampak berangkulan seperti seorang usai berciuman.

"Kenapa kamu mengingatnya Alana, itu bukan lah urusan mu dia mau ngapa-ngapain" tekan ku pada diri sendiri. Lebih baik aku kembali bekerja. Sekarang aku akan membersihkan lantai dua, karena rekan-rekan ku membersihkan area pabrik sedangkan aku bertugas di area kantor. Wanita itu keluar dari dalam ruangan pak Prayoga di susul asisten pak Prayoga, asisten pak Prayoga berhenti sejenak dia menyuruhku untuk membereskan ruangan pak Prayoga. Aku mengangguk. Seusai kepergian mereka aku langsung masuk ke dalam ruangan pak Prayoga. Lagi-lagi aku lupa mengetuk pintu dulu. Dia nampak duduk di kursi kerjanya menatap ke arah ku yang ada di ambang pintu. Tatapan kami beradu sejenak, aku memutuskan menunduk lalu mengatakan apa tujuan ku

"Permisi pak, saya di suru membereskan ini" kata ku apa ada nya. Dia tidak menjawab, tapi tak ingin lama-lama di dalam aku segera membereskan meja. ketika selesai saya pamit untuk keluar.

"Tunggu!" dia mencegah langkah ku.

"Apa anda butuh sesuatu?" tanya ku seprofesional mungkin.

"Duduk!" perintahnya, aku menarik nafas sejenak lalu duduk di kursi yang ada di depan meja kerja nya.

"Baca ini!" serunya seraya menyodorkan kertas pada ku. Aku pun mengambil kertas itu dan membacanya.

"Bagaimana kau sudah paham aturan itu?" ujar nya. Aku menarik nafas panjang.

"Pak, jika anak ku bangun tengah malam dan mencari ku baga-"

"Tidak ada penolakan!" tekan nya menyela. Aku menarik nafas dalam. Tak ada yang ku katakan lagi aku lebih memilih berlalu meninggalkan ruangan itu.

'Kenapa kamu sekejam ini pada ku, apa salah ku kak' batin ku menelaah. Padahal dulu dia begitu baik dan melindungi ku. Sekarang seolah aku ini musuh baginya.

Wajah lelah ku seakan sirna mendapati senyum Emir yang menyambutku pulang kerja. Senyum teduh yang selalu memberiku kekuatan di saat aku lemah dan putus asa dengan takdir yang selalu membelenggu dalam hidup ku.

"Ibu.." sambutnya dengan senyum ceria, ku lihat Emir membawa mainan mobil robot di tangan nya, mainan itu yang selalu di ingin kan dia tapi aku belum bisa membelikan nya. Dan kini dia membawa mobil robot itu.

"Sayang,, ini mainan siapa nak?" tanya ku.

"Bibi yang kasih Bu" jawab Emir, tak lama bibi pun datang menghampiri kami.

"Oh,, sekarang Emir kembalikan pada bibi dan jangan lupa berterima kasih karena sudah di pinjami" ujar ku lembut.

"Itu untuk Emir mbak" sela bibi memberitahu.

"Tapi bi ini kan mahal bi" kata ku merasa tak enak hati.

"Lha daripada di rumah gak ada yang pakai mending buat mainan Emir, lagian anak bibi juga sudah gede" timpal bibi.

"Tapi bi" aku masih merasa tak enak hati karena bibi sudah begitu baik pada kami.

"Sudah lah mbak, lagian dari tadi Emir seneng banget lho sama mobil itu" ujar bibi.

"Terima kasih, bibi sudah begitu baik pada kami"

"Sudah tugas bibi" jawab bibi yang nampak ambigu.

"Bibi pulang dulu ya mbak" pamit bibi kemudian.

"Terima kasih banyak bi, hati-hati" jawab ku. Bibi mengangguk.

"Assalamu'alaikum" salam bibi.

"Wa'alaikum salam" jawab ku, aku pun mengajak Emir masuk ke dalam rumah.

Pukul delapan malam Emir sudah terlelap. Tapi dari dia belum pulang.

"Sayang, maafin ibu ya, mungkin mulai malam ini ibu tidak bisa temani Emir bobok" lirih ku menatap dalam Emir yang terlelap dengan teduh. Tanpa terasa aku pun ketiduran di samping Emir, bunyi remot mobil membuat ku terbangun, aku melihat ternyata sudah jam sepuluh malam. Emir masih pulas dengan tidurnya. Aku pun membenarkan selimut Emir sebelum meninggalkan nya.

Ceklek..

GREP

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!