Gendis seorang gadis berusia 20 tahun harus rela saat kedua orang tuanya memutuskan menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan berusia 30 tahun bernama Danar. mereka sama sekali belum saling mengenal dan bertemu. tetapi demi baktinya pada kedua orang tuanya Gendis menerima putusan itu.
Sebelum menikah Danar memberitahu Gendis kalau dia menikahi Gendis karena kemauan orang tua Danar,yang ingin Danar menikah dengan gadis baik baik. Danar juga berterus terang pada Gendis kalau dia sudah memiliki kekasih,dan akan tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya itu. Gendis pun akan meminta cerai setelah Danar mencapai tujuannya,tapi Gendis tidak tega dengan Danar dan kedua orang tuanya,karena yakin kekasih Danar bukanlah wanita baik baik. akhirnya Gendis bertahan hanya untuk mengubah Danar menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10 Gendis menunggu
Gendis berputar putar di dalam Gramedia. Matanya menelisik pada rak rak buku,,Gendis menyusuri rak yang berisi novel. Dia hanya ingin melihat lihat belum berniat membeli karena dia juga masih bingung membeli novel berjudul apa. Apalagi dia belum mencari referensi novel terbaru.
Akhirnya Gendis tidak membeli novel ataupun yang lainnya. Gendis keluar dari toko buku itu,dan berdiri di depan sendiri.
Langit sudah mulai memerah menandakan hari sudah senja.
Entah sudah berapa lama Danar meninggalkannya di sini untuk bertemu kekasihnya. Gendis kesal Danar sangat licik,menjadikannya alat untuk bisa keluar rumah, Kalau saja dia tau Danar akan menemui kekasihnya sudah pasti Gendis menolak dari awal. Ini sama saja dia sedang bekerja sama dengan Danar mengelabui ibunya.
Gendis mengambil ponsel di dalam tas,menggeser layar kemudian mencari kontak Danar di aplikasi hijau. Sesaat Gendis menekan telpon pada nomor Danar.
Berdering tapi tidak diangkat. Gendis gemas sekali dengan Danar. Ingin rasanya dia mengomel nanti.
Berkali kali menelpon Danar meski berdering tetapi tampaknya Danar sengaja tidak mengangkat telpon darinya.
Seandainya dia pulang terlebih dulu dengan menyewa taxi online tapi dia akan beralasan apa pada ibunya,sudah pasti ibunya akan mengomelinya.
"Menyusahkan ,,," gerutu Gendis geram.
"Apa yang mereka lakukan sampai lama seperti ini,,"
Hari semakin gelap,Gendis memutuskan mencari masjid terdekat untuk melaksanakan sholat Maghrib dan kebetulan adzan sudah berkumandang. Sampai di masjid Gendis bergegas wudhu,setelah itu masuk kedalam dan langsung melaksanakan sholat berjamaah.
Selesai sholat Gendis tidak langsung membuka mukenanya,dia masih ingin duduk berlama lama di dalam masjid ini. Daripada dia harus menunggu Danar di luar sana.
Hampir setengah jam dia menunggu tiba tiba ponselnya berdering. Gendis cepat mengambil ponsel yang ada di dalam tas,dan segera menggeser layar untuk menerima telpon yang ternyata dar Danar.
"Kamu di mana?" tanya Danar.
"Aku ada di dalam masjid,dekat Gramedia"
"Aku sudah di depan Gramedia"
"Ohh,ya sudah tunggu sebentar aku keluar " jawab Gendis sambil mematikan ponselnya. Gendis melepas mukena,melipat dan menyimpannya kembali kedalam rak yang ada di sudut ruangan masjid.
Bergegas Gendis keluar dari masjid dan berjalan kembali kearah Gramedia. Terlihat mobil Danar sudah ada di sana.
Gendis langsung masuk kedalam mobil dan terlihat wajah Danar yang masam.
"Kenapa mau marah?" tanya Gendis.
"Aku cari-cari kamu"
"Baru juga sebentar,gimana dengan aku yang hampir setengah hari menunggu mas di sini? Untung saja masjid dekat jadi aku bisa sholat Maghrib "
"Heemm,ya sudah sekarang kamu mau kemana?" tanya Danar kemudian.
"Ya pulanglah aku capek,mau istirahat di rumah" jawab Gendis.
Danar gak berkata apa apa lagi,langsung saja menyalakan mesin mobil dan mulai berjalan perlahan dijalanan yang sedikit ramai.
Sepanjang perjalanan mereka hanya berdiam diri,karena memang gak ada yang harus dibicarakan.
Dihati Gendis masih menyimpan rasa kesal karena sudah membantu Danar berbohong,rasanya Gendis sangat menyesal sekali,membantu Danar bertemu kekasihnya diam diam.
Mereka akhirnya sampai dirumah,setelah menaruh mobil di depan pintu garasi Gendis dan Danar keluar dari mobil. Mereka berdua sama sama masuk kedalam rumah.
Ayah dan ibu Gendis sudah menunggu mereka di ruang makan.
"Anak-anak,ayo kita sekalian makan malam* pinta ibu dari arah ruang makan.
"Ayo mas,kita makan saja sekalian" Gendis mengajak Danar.
"Yaa,,"jawab Danar dan mengikuti Gendis menuju keruang makan.
"Dari mana kalian?" tanya ibu sembari mengambilkan makanan untuk suami,anak dan menantu.
"Eh,,nonton Bu" jawab Danar berbohong.
Gendis hanya diam,dan membiarkan saja Danar menjawab dengan kebohongan.
"Ohh,,"
"oh ya ayah,gimana dengan keadaan kantor?" Danar bertanya pada pak Suryo yang mulai menikmati makanannya.
"oh,,baik baik saja nak Danar,semua pekerjaan tertangani dengan baik,nak Danar gak usah khawatir" jelas pak Suryo tegas..
"Baguslah yah kalau seperti itu,saya jadi tenang "
"ya,,ya,ya,,sebentar lagi nak Danar juga masuk kerja dan bisa menghandle kembali pekerjaan di kantor"
"iya ,,saya sangat bosan sekali berdiam diri saja di rumah,hanya memantau pekerjaan lewat laptop" Keluh Danar
"Bersabarlah nak Danar,seperti itulah memang pekerja keras,tidak bisa berdiam diri terlalu lama" kata pak suryo lagi menenangkan Danar.
"Benar sekali yah"
Kemudian suasana makan jadi hening tidak ada lagi obrolan sampai selesai. Dan beberapa menit kemudian mereka semua selesai. Gendis membantu ibunya membereskan semua bekas makan dan mencuci piring. Setelah selesai Gendis masuk kedalam kamarnya,dan Danar ada disana.
"Kalau dirumahku nanti kita akan tidur terpisah,kamu akan tidur dikamar sendiri" jelas Danar saat Gendis baru saja akan duduk ditepi kasur.
"Boleh,,malah bagus" jawab Gendis senang.
"Kapan kita bisa pergi dari sini? " tanya Danar kemudian sambil matanya tetap mengarah pada layar laptop.
"Hari Minggu kan? " jawab Gendis.
"Masih lama"
"Ya jelas aja mas ngerasain lama,mas kan gak betah di sini gak bisa keluyuran seenaknya" ledek Gendis.
Danar menatap Gendis kesal dan Gendis tau kalau Danar kesal padanya.
"Kalau mas kesal terus sama aku,gimana nanti kalau kita hidup berdua,mas lihat aku bawaannya kesal melulu,apa menjamin aku akan baik baik saja nanti di sana?" tanya Gendis dengan kalem tapi sedikit menyindir.
"Aku akan sering ada di luar rumah,pergi pagi pulang malam,jadi meminimalisir untuk terus bertemu kamu"
"Ohh,,begitu,,enak dong,aku jadi gak perlu repot menyiapkan makan siang,makan malam,otomatis kalau pulang malam mas pasti sudah makan di luar kan?"
"Hemm yaa,,aku gak akan makan di rumah,lagian aku gak butuh kamu perhatikan" jawab Danar tegas.
"Yang mau perhatiin mas itu siapa? " jawab Gendis meledek.
"Bisa diam gak?" Danar mulai tersulut emosi.
"Mas,,kok sedikit-sedikit emosi. Begitu ya kalau sama perempuan yang gak mas suka,bersikap kasar? gak harus seperti itu juga mas,yang mau ini terjadi kan mas sendiri,dan aku sudah mengikuti kemauan mas,tapi kenapa mas masih aja emosi seperti itu?" Gendis berusaha menekan Danar dengan kalimatnya.
Gendis kesal seenaknya saja Danar memperlakukannya seperti itu. Dia yang menginginkan pernikahan ini,dia juga yang memusuhi Gendis. Aneh rasanya menikah tingkahnya seperti itu.
"Andai orang tuaku gak memilih-milih menantu,sudah dari dulu aku menikahi Lalita,gak bertemu perempuan seperti kamu" sesal Danar.
"Mas ini lucu seolah olah ini adalah kesalahanku,seharusnya aku yang bilang begini,andai mas gak meminta pada ayahku untuk melamar ku,aku pasti gak akan bertemu laki laki seperti mas" Gendis membalik ucapan Danar dengan kesal tapi masih berusaha menahan emosinya.
Danar menatap nanar pada Gendis,dan Gendis santai saja dengan tatapan itu. Gendis berusaha untuk tidak terlihat takut pada Danar agar Danar tahu siapa dirinya dan gak akan seenak-enaknya nanti memperlakukannya.
"Sudahlah aku mau istirahat" kata Gendis kemudian menyudahi perdebatan mereka. Gendis memasang guling di tengah-tengah mereka untuk dijadikan pembatas. Kemudian segera saja merebahkan tubuhnya dan membalikkan badan membelakangi Danar,memasang selimut sampai kebatas leher kemudian terlelap.