Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Suara kokokan ayam membangunkan galuh dari tidurnya. Ia langsung duduk dipinggir ranjang, galuh baru teringat akan mimpinya.
"Apa benar ibu berada disana?." Gumam galuh.
"Lalu dimana desa kartasari itu berada?" Galuh dibuat pusing sendiri, saat ia akan membuka pintu kamar, tiba-tiba saja terdengar sebuah bisikan.
"Keluar lah dulu dari desa ini dan berjalan lah ke arah barat, disana kamu akan menemui desa kartasari." Bisikan lembut itu tepat dibelakang galuh.
Setelah mendengar bisikan itu galuh segera keluar dari kamar, disana mbah surya dan lainnya sedang mempersiapkan sarapan, galuh melangkahkan kakinya kedapur untuk mencuci muka dan bergabung kembali dengan mbah surya.
"Ayo sarapan, galuh." Ajak bu rohaya.
Mereka akhirnya sarapan, kehangatan tercipta diantara mereka.
Sementara itu, sekumpulan ibu-ibu sedang bergosip di teras rumah bu lani, mereka membahas kejadian semalam.
"Eh aku tadi malam denger suara mang ujang teriak, habis itu tiba-tiba banget jadi hening." Ucap bu lani yang rumahnya nggak jauh dari rumah mang ujang.
"Kenapa gak kamu liat aja?" Tanya bu rini.
"Kamu lupa apa gimana sih? Tadi malem kan angin kencang udah gitu suasananya gak enak banget." Sahut bu lani, sedikit kesal.
"Udah, udah mending kita liat langsung aja rumah mang ujang, bagaimana?." Bu ani yang bertujuan untuk kerumah mang ujang.
"Bener itu, mending kita langsung kerumahnya mang ujang aja." Sambung bu lani, mereka akhirnya menuju kearah rumah mang ujang.
Pintu rumah dalam keadaan tertutup, mereka semua saling pandang.
Bu lani melangkah maju dan mulai mengetuk pintu rumah mang ujang.
Tok, tok, tok
Hening, tak ada jawaban sama sekali tiba-tiba pintu itu terbuka sendiri.
Kreett
Bau amis darah seketika menguar begitu saja dari dalam rumah, bu lani dan yang lainnya segera menutup hidung karena tak tahan dengan bau amis tersebut.
"Amis sekali, apa yang terjadi sama mang ujang ya?." Mereka semua saling bertanya, namun tak ada yang bisa menjawab.
Kebetulan pak rt melewati jalan di depan rumah mang ujang, ia mencium bau amis yang terbawa oleh angin.
"Ada apa ini ibu-ibu? Kenapa pada ngumpul di depan rumah mang ujang begini?." Tanya pak rt, ia semakin menutup hidungnya, bau amis itu berasal dari dalam rumah mang ujang.
"Begini pak rt, tadi malam bu lani mendengar jeritan mang ujang dari dalam rumah, tetapi bu lani gak berani keluar nah pagi ini kami berencana mau melihat mang ujang, saat sudah sampai disini tetapi gak ada orang, pas kami ketuk pintunya kebuka sendiri, seketika bau amis menguar dari dalam rumah ini pak kami khawatir dengan keadaan mang ujang." Jelas bu rini kepada pak rt.
"Kalo begitu, sebaiknya kita masuk bersama-sama saja" Ucap pak rt.
Ibu-ibu itu segera mengangguk, pak rt mulai masuk kedalam rumah mang ujang diikuti oleh bu lani dan yang lainnya.
Mereka semua dikagetkan dengan kondisi rumah mang ujang yang porak poranda. Pecahan beling dimana-mana, lemari tumbang dan darah yang sudah mengering dilantai, tetapi mereka tak menemukan keberadaan mang ujang.
"Apa yang terjadi sama mang ujang?" Tanya pak rt.
Ibu-ibu yang lainnya hanya diam, terutama bu lani ia menyesal tadi malam tak melihat apa yang terjadi kepada mang ujang.
"Ini pasti darah mang ujang, berarti dia terluka tadi malam." Lanjut pak rt.
"Aku yakin banget kalo ini perbuatan setan terkutuk itu, dia pasti yang sudah melukai mang ujang." Geram bu lani, ia tadi malam sempat mendengar suara perempuan tertawa melengking.
"Terus kemana perginya mang ujang? Kenapa dia gak ada disini" Balas pak rt.
"Ntah lah pak, semoga aja ada yang menolong mang ujang." Ucap bu lani dengan lirih.
Mereka semua segera keluar dari rumah mang ujang dan kembali kerumah bu lani lagi.
Sementara itu di rumah bu rohaya...
Galuh saat ini sedang dilema, ia ingin cepat-cepat menemui ibunya, tetapi kondisi desa sedang tidak baik-baik saja. Ia takut jika kuntilanak itu kembali dan menyerang warga lagi.
Saat galuh sedang melamun, tiba-tiba saja bisikan itu kembali terdengar.
"Jangan ragu, galuh segera lah temui ibumu dia menunggu disana, kuntilanak itu tidak akan kembali dalam waktu dekat ini, ia sedang terluka."
Bisikan itu membuat galuh menjadi sedikit tenang, ia akan mencoba meminta izin kepada mbah surya.
Galuh segera mendekat ke arah mbah surya yang sedang duduk sendiri di teras depan.
"Mbah..." Sapa galuh, ia segera duduk disamping mbah surya.
"Ada apa, nak?" Tanya mbah surya, pandangannya begitu teduh terhadap galuh.
"Aku mau ke desa singosari, mbah." Jawab galuh, ia berbohong mengenai ingin ke desa singosari.
"Loh, buat apa kesana?." Mbah surya cukup terkejut mendengar jawaban dari galuh.
"Anu... Mbah, aku mau kerumah ibu yang ada di desa singosari rumah itu pasti sudang sangat tak terawat, aku mau membersihkannya mbah." Jawab galuh, ia sedikit gugup.
"Maafkan galuh, mbah." Batin galuh.
Mbah surya terdiam, ia merasa keberatan melepaskan galuh.
"Kapan kamu akan pergi?" Tanya mbah surya.
"Hari ini, mbah." Jawab galuh seraya tersenyum tipis.
Mbah surya hanya mengangguk, galuh segera masuk kedalam kamar dan memasukan bajunya kedalam, ada juga roti serta biskuit yang sempat dikasi oleh nek sumi waktu itu.
Setelah semua dirasa beres, galuh segera keluar dari kamar dan menemui mbah surya yang sudah bergabung dengan renggo dan lainnya.
"Kamu mau kemana, galuh? Kenapa bawa tas segala?." Tanya renggo yang terkejut melihat galuh membawa tas.
"Aku mau ke desa singosari, paman." Jawab galuh.
"Mau ngapain kamu kesana, galuh?" Renggo bertanya kembali, ia merasa curiga dengan kepergian galuh yang tiba-tiba ingin ke desa singosari.
"Untuk membersihkan rumah ibu, paman ku rasa rumah itu sudah lama kami tinggalkan aku ingin membersihkannya saja." Balas galuh, renggo hanya mengangguk.
Galuh akhirnya berpamitan kepada mereka semua, tak lupa bu rohaya membekali air minum dan sebungkus nasi kepada galuh.
Saat diperjalan, galuh melihat sekumpulan ibu-ibu yang bergosip, pendengaran galuh yang cukup tajam membuatnya bisa mendengar obrolan ibu-ibu itu.
Ternyata ibu-ibu itu sedang membicarakan hilangnya mang ujang, galuh segera mendekat kearah ibu-ibu itu.
"Galuh.." Ucap bu ani, yang sudah mengenal galuh.
"Bu ani, mang ujang saat ini ada dirumah bu rohaya, saya permisi." Setelah mengatakan hal itu, galuh segera melanjutkan perjalanannya lagi tanpa menunggu jawaban dari bu ani.
Sedangkan bu ani dan yang lainnya terkejut, saat mendengar jika mang ujang ada dirumah bu rohaya, mereka berbondonh-bondong menuju kerumah bu rohaya, ternyata benar mang ujang ada disana.