Siapa sangka menjalin hubungan selama tiga tahun namun tiba tiba menikah dengan orang lain, tidak mudah untuk melalui semuanya namun harus di jalani. Apakah ikatan itu akan kuat atau akan berakhir begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
first kis
Andin melenggang untuk pertama kali setelah cuti menikah, banyak pasang mata yang melihatnya. Ada yang kasihan namun ada juga yang nyiyir, padahal mereka tahu akibatnya tentu tidak bagus untuk mereka.
..."Andin, Alhamdulillah akhirnya kamu msuk kerja lagi " Teriak Mun mun antusias....
Andin tersentak kaget, Ia mengelus dadanya serta geleng-geleng kepala.
" Mun mun kamu itu kenapa sih, berlebihan sekali. Bersikaplah biasa saja, jangan pecicilan begitu " Tegur Andin.
Mun mun memberenggut, Ia tidak suka dengan panggilan dari teman kerjanya. Meskipun Andin adalah anak dari pemilik perusahaan tempat Ia bekerja namun karena kebaikan Andin selama ini Ia merasa begitu dekat dan bisa bercanda sepuasnya.
" Ish kamu ini Andin, Munia bukan mun mun. Kamu selalu mengubah namaku menjadi terdengar sangat aneh "
Mereka berdua bercanda gurau sebelum akhirnya disibukan dengan serangkaian pekerjaan yang harus mereka selesaikan sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab.
***
Di bagian dunia lainnya Mita sibuk dengan aktivitas nya, lebih tepatnya menyibukkan diri. Beberapa kali Ia menarik nafas berat guna mengurangi beban dirinya, tidak bisa di pungkiri hatinya sakit meskipun sudah berusaha ikhlas.
" Bagaimana keadaan kalian saat ini, semoga kalian bahagia. Andin, aku merindukanmu. Ivan ----- berbahagialah di sana. "
Ingin dirinya menekan tombol hijau setiap kali sedang menggunakan ponselnya namun di urungkan nya karena tidak ingin kehadirannya mengganggu kebahagiaan kedua sahabatnya.
" Mita, ada apa Nak. Kalau kamu lelah tidak perlu bekerja, kembalilah ke rumah dan istrahat " Tegur sang Bibi.
Sedikit banyak Shamanta tahu apa yang terjadi pada keponakannya itu, dan juga apa tujuannya datang ke negara ini, untuk itulah semua keluarga tidak memaksakan kehendak apapun pada Mita.
" Tidak Tante, aku masih bisa bekerja. Oh ya mana lagi yang harus di antar "
Mita lebih memilih bekerja di Resto di banding perusahaan milik keluarga nya itu, di sana Ia bisa melampiaskan kesedihan nya dengan makan sepuasnya. Sangat lucu, kebanyakan orang kalau sakit hati selalu musuhan dengan makanan, namun tidak berlaku dengan Mita. Ia akan melampiaskan amarah dan kesedihan nya dengan makan apa saja bahkan yang ekstrim sekalipun semua mampu di lahapnya.
Pernah waktu pertama kali tiba di sana Ia melampiaskan dengan memakan makanan yang super pedas, bahkan karena terlampau sakit Ia bahkan menambahkan level pedasnya. Karena hal itu Mita harus bolak balik ke kamar mandi dan berakhir di Rumah Sakit, meskipun begitu tak pernah membuatnya jera. Ketika teringat lagi rasa sakitnya Ia kembali melakukan hal yang sama, dan untuk mengantisipasi kejadian itu tidak terulang lagi seluruh keluarga tidak ada lagi yang berani meninggalkan Mita lepas dari pengawasan.
" Hati hati jangan makan itu lagi " Tegur salah satu dari kakak sepupunya.
Mita menarik nafas pasrah, kini tidak bisa lagi makan pedas karena hampir tidak Ia temukan benda menggiurkan itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah club malam Leon sedang berusaha membujuk Ivan, sejak tadi Ia tak kunjung ingin pulang.
" Untuk apa kita disini, kamu bahkan tidak minum apa apa sejak tadi " Leon sungguh-sungguh di buat pusing tujuh keliling.
Ivan hanya memainkan anggur yang berada di dalam gelas hingga akhirnya Ia menemukan ide.
" Ayo kita pulang sekarang "
Meski bingung Leon akhirnya mengikuti Ivan dari arah belakang, sampai kini Ia tidak mengerti apa yang tengah di rencanakan atasannya itu.
" Cepat, antarkan aku ke rumah "
Ivan akhirnya bersuara karena Leon masih berdiri mematung di luar.
..." Hah antar ke rumah, bukannya dia bisa menyetir sendiri, kenapa harus di antar segala " Gumam Leon....
" Buruan atau mulai besok jangan datang lagi ke kantor "
Leon yang mendengar itu tentu saja tidak ingin terjadi, dengan cepat Ia sudah berada di kursi kemudi.
" Ancam melulu kerjanya, tapi aku bisa apa kalau tak menurut " Gerutu Leon.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak butuh waktu lama mereka sudah tiba di kediaman Haris. Ya sampai kini mereka masih tinggal di sana, Ia belum punya keberanian untuk mengajak Andin pindah dari tempat itu, meskipun sebenarnya Ia sudah menyiapkan rumah idaman untuk masa depannya.
Ivan langsung mengetuk pintu kamarnya
" Andin ---- Apa kamu sudah tidur "
Leon yang masih berdiri di lantai bawah masih juga di landa kebingungan.
" Untuk apa dia masih di depan pintu, mengetuk pintu lagi. Kenapa nggak langsung masuk saja, biasanya juga begitu kan "
Akhirnya Leon memutuskan kembali, berada di sana membuat nya pusing. Memikirkan apa yang sedang di rencanakan atasannya itu lebih rumit dari pada Ia memikirkan pekerjaannya.
Andin yang mendengar pintu di ketuk pun akhirnya keluar untuk membuka pintu, Ia terkejut melihat siapa yang mengetuk pintu.
" Ivan " Ia membuka pintu mempersilahkan suaminya itu masuk.
" Eh Andin, maaf. Tadi aku mengira kamu sudah tidur " Ucap Ivan cengengesan.
Andin menatapnya bingung, Ia juga mencium bau minuman beralkohol di pakaian suaminya.
" Kamu mabuk Van " Tanya Andin memastikan.
Ivan lagi lagi cengengesan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Maaf di pertemuan tadi mereka mengajakku untuk ikutan minum, aku sudah menolaknya tapi mereka tetap memaksa agar aku ikut bergabung dengan mereka "
Ivan memerankan semua seakan-akan dirinya sedang dalam pengaruh minuman haram itu.
" Apa kamu merasa tidak nyaman Van "
Andin merasa tidak tega melihat kondisi suaminya saat ini.
" Tunggu sebentar, aku akan buatkan sup untukmu, agar kamu tidak mual ketika bangun tidur nanti "
Andin bergegas turun ke bawah, karena waktu yang sudah larut malam tidak memungkinkan untuknya membangunkan para asisten rumah tangga.
Tiga puluh menit kemudian Ia naik dengan membawa semangkuk sup di tangannya, Ia membuka pintu perlahan dan melihat Ivan yang sedang duduk di lantai dengan kepala di sandarkan di ranjang.
" Ivan " Gegas Andin meletakkan mangkuk sup dan membantu suaminya duduk di atas ranjang.
" Kamu kenapa tidur di bawah Van, kamu bisa sakit kalau begini. Ayo cepat naik ke atas dan cepat makan sup nya "
Ivan memeluk tubuh Andin dengar erat, Ia menyandarkan kepalanya di dada Istrinya.
" Jangan tinggalin aku, biarkan begini "
Andin merasa kesulitan untuk bergerak, tubuhnya terasa memanas karena Ivan membenamkan wajahnya pada salah satu area sensitif tubuhnya itu.
" Ivan, aku tidak bisa bernafas, bisa lepas dulu. Kamu juga harus makan sup nya mumpung masih hangat "
Ivan perlahan melonggarkan dekapannya namun pada saat akan berdiri, Ivan kembali menarik tangannya hingga membuat Andin jatuh dan duduk di pangkuan Ivan.
Ivan tak kuasa menahan sesuatu dalam dirinya apalagi melihat bibir merah mudah yang sangat menggoda di depannya.
Ivan menarik tengkuk Istrinya dan mengecup bibir merah muda itu, Andin yang mendapat serangan mendadak merasa tubuhnya membeku. Ingin mendorong namun ada sesuatu dalam hatinya yang menginginkan itu, meskipun tidak membalas tapi Ia tidak mampu menolak.