NovelToon NovelToon
BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Mengubah Takdir
Popularitas:99
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARAPAN MASA DEPAN

Mobil Mang Diman melaju perlahan di jalan tanah yang bergelombang, menuju tempat persembunyian yang dia sebutkan.

Di luar, hutan lebat disinari cahaya mentari yang mulai menampakkan diri. Ferdo dan Gadis masih berpegangan tangan, kadang-kadang saling menatap dan tersipu, tanpa banyak bicara. Kata-kata seolah tidak perlu lagi setelah apa yang terjadi tadi.

"Kita hampir sampai, Mas Ferdo," ucap Mang Diman setelah beberapa jam berkendara. "Tempat ini adalah rumah nenekku yang sudah kosong sejak lama. Tidak ada orang yang tahu selain aku."

Gadis mengangkat kepala, melihat rumah kecil yang berdiri di tengah kebun sayuran. Rumah itu sederhana, dengan atap jerami dan tembok yang dicat putih tua, tapi terlihat nyaman dan aman. "Ini tempat yang bagus, Mang Diman," katanya dengan senyum.

"Terima kasih, Non Gadis. Mari kita turun. Aku akan memasak sedikit makanan, pasti kalian sudah lapar kan?" tanya Mang Diman.

Ferdo dan Gadis mengangguk. Mereka turun dari mobil, kaki Ferdo masih terasa pegal tapi dia tidak peduli. Dia menarik Gadis masuk ke dalam rumah, dan ketika pintu terbuka, aroma kayu bakar dan bunga melati menyambut mereka. Ruangan depan sederhana, dengan sofa kayu dan meja kecil, tapi bersih dan rapi.

"Kamu duduk dulu ya, Gadis. Aku akan melihat-lihat kamar tidur," ucap Ferdo, melepaskan tangannya sebentar untuk membuka pintu kamar.

Gadis duduk di sofa, mata memandang sekeliling ruangan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. kabur dari rumah, di kejar mobil tuan Antonio, dan bahkan bersentuhan bibir dengan Ferdo. Semua itu terasa seperti mimpi. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Ferdo keluar dengan wajah senang.

"Ada dua kamar tidur. Kamu mau yang mana? Yang depan atau yang belakang?" tanya Ferdo dengan wajah berbinar.

Gadis terkejut. "Aku bisa tidur di mana saja, Ferdo. Yang penting kamu nyaman."

"Kalau begitu, kita tidur di kamar yang sama aja ya? Biar aku bisa ngawasi kamu. Kalau ada apa-apa, aku bisa cepat bantuin," katanya dengan nada serius.

Gadis merasa pipinya memerah lagi. "O-okey. Tapi jangan salah ngira ya!"

Ferdo tersenyum. "Tenang, aku hanya mau ngawasi kamu. Aku tak akan ngapa-ngapain kamu tanpa izin. Kita masih muda, tak boleh mikir yang bukan-bukan."

Sedangkan itu, Mang Diman sudah memasak di dapur. Dia membuat nasi goreng dan telur mata sapi. makanan sederhana tapi lezat.

Mereka makan bersama di meja kecil, suasana tenang dan damai. Tidak ada suara kemarahan Nyonya Isabella atau kata-kata menyakitkan dari Tuan Antonio.

Hanya suara gemericik api kompor dan tawa kecil mereka ketika Mang Diman menceritakan pengalaman masa muda bersama neneknya, pemilik rumah tersebut.

"Mang Diman, kamu kenapa mau bantu kita? Kamu tidak takut Tuan Antonio marah ke kamu?" tanya Ferdo saat makan.

Mang Diman mengangkat bahu. "Aku sudah bekerja untuk dia lama, Mas. Tapi aku tidak bisa melihat anak muda yang baik seperti kamu dan Nona Gadis tertekan terus. Selain itu, aku tahu bahwa apa yang Tuan dan Nyonya lakukan tidak benar. Cinta tidak bisa dibatasi oleh kekayaan atau status."

Gadis merasa hatinya hangat. "Terima kasih banyak, Mang. Kamu benar-benar orang baik."

"Yah, nggak apa-apa. Yang penting kalian bahagia. Sekarang, setelah makan, kalian harus tidur. Besok pagi kita pikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya," katanya.

Setelah makan, Ferdo dan Gadis masuk ke kamar tidur. Kamar itu sederhana, dengan ranjang besar dan lemari kayu. Gadis duduk di ujung ranjang, merasa ragu.

Ferdo masuk ke kamar mandi untuk mandi, dan ketika dia keluar dengan baju yang masih dia pakai dari rumah sakit, Gadis masih duduk di sana.

"Kenapa kamu tidak mandi dulu? Aku sudah sediakan handuk," ucap Ferdo, menunjuk ke meja samping.

Gadis mengangguk, lalu masuk ke kamar mandi. Ketika dia keluar, Ferdo sudah tidur di satu sisi ranjang, matanya masih terbuka menunggu dia. Dia duduk di sisi lain, hati berdebar.

"Gadis," panggil Ferdo dengan suara pelan. "Kamu bisa mendekat aja, kok. Jangan takut."

Gadis melangkahkan kaki perlahan, mendekat ke dia. Dia tidur menghadap Ferdo, mata saling menatap. "Ferdo, tadi aku masih tidak percaya. Apakah kamu benar-benar suka aku?"

"Benar, Gadis. Aku suka kamu dari semenjak kita bertemu, tapi aku takut ngomong. Karena aku tahu orang tuaku tidak akan setuju, dan aku takut kamu akan menolaknya," jawab Ferdo dengan jujur.

"Kenapa kamu takut? Aku juga suka kamu dari lama lho," balas Gadis, tersipu malu.

Ferdo tersenyum, lalu menggenggam tangan Gadis. "Kalau begitu, dari sekarang ini, kita tidak akan lagi ragu. Kita akan bersama, apa pun yang terjadi."

Mereka tetap saling menatap, sampai akhirnya mata mereka terasa lelah dan tertutup.

Gadis tidur dengan tenang, merasa aman di sisi Ferdo. Ini adalah malam pertama dia tidur dengan rasa bahagia yang sesungguhnya, tanpa takut akan apa yang akan terjadi besok.

Keesokan pagi, Gadis terbangun oleh suara burung berkicau. Dia melihat Ferdo masih tidur di sisinya, wajahnya tenang dan damai.

Gadis memandangnya dengan senyum, lalu perlahan melepaskan tangannya untuk keluar dari kamar. Di luar, Mang Diman sudah bangun dan sedang menyiram tanaman di kebun.

"Pagi Non Gadis.. Sudah bangun ya? Aku sudah memasak bubur untuk sarapan," ucap Mang Diman dengan senyum.

"Terima kasih, Mang. Ferdo masih tidur. Aku akan panggil dia dulu," jawab Gadis.

Ketika dia masuk ke kamar, Ferdo sudah bangun dan duduk di tepi ranjang. "Sudah pagi ya?" tanya dia dengan suara lemah.

"Iya. Mang Diman sudah masak sarapan. Ayo kita makan," ajak Gadis.

Selama sarapan, mereka membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. "Kita tidak bisa tinggal di sini selamanya, Mas Ferdo," ucap Mang Diman. "Tuan Antonio pasti akan mencari kita ke mana-mana."

"Kalau begitu, kita akan pergi ke kota lain. Aku punya teman yang tinggal di Bandung. Dia bisa membantu kita," katanya.

Gadis mengangguk. "Baiklah. Kita akan pergi ke Bandung. Semoga ada harapan di sana."

Setelah selesai sarapan, mereka mempersiapkan barang-barang. Mang Diman memeriksa mobil, memastikan semuanya baik-baik saja.

Ferdo mengganti bajunya dengan baju Mang Diman di masa mudanya yang masih tersimpan di lemari. Gadis mengambil baju yang Mang Diman sediakan, baju bekas almarhum neneknya.

"Sekarang kita siap, Mas. Kita bisa berangkat kapan saja," ucap Mang Diman pada Ferdo.

Ferdo menarik Gadis ke dekatnya, menggenggam tangannya. "Aku harap di Bandung, kita bisa hidup bebas. Tanpa orang tuaku yang mengganggu kita."

"Kita pasti bisa, Ferdo. Semoga kita selalu bersama," jawab Gadis dengan keyakinan.

Mereka masuk kedalam mobil, dan Mang Diman mulai menjalankan mesinnya. Mobil melaju keluar dari tempat persembunyian, menuju jalan raya yang akan membawa mereka ke Bandung.

Di luar, matahari mulai terbit, menyinari jalanan dengan cahaya hangat. Gadis memandang langit yang cerah, merasa penuh harapan. Meskipun mereka masih menghadapi banyak tantangan di depan, dia tahu bahwa dengan Ferdo dan Mang Diman di sisinya, mereka akan bisa mengatasi semua itu.

"Mas Ferdo, Non Gadis. Semoga Tuhan memberkati perjalanan kita," bisik Mang Diman perlahan, memutar setir mobil menuju masa depan yang penuh harapan. Masa depan yang akan mereka bangun bersama..

1
Tie's_74
Haloo.. Minta dukungan untuk ceritaku yang ke 2 ya .. Makasih 😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!