NovelToon NovelToon
Under The Same Sky

Under The Same Sky

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Model / Mantan / Orang Disabilitas
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: CHRESTEA

Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.

Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

New Family Member

Damian tersenyum sambil menghampiri, langkahnya tenang, penuh percaya diri seperti dokter yang terbiasa menghadapi ratusan pasien tiap minggu.

“Hai,kamu temen Luna ya?” suaranya hangat, sopan, tapi ada nada ingin tahu yang halus di dalamnya.

Kai mengulurkan tanganya, “Saya, Kai Donovan. Sahabat Luna.”

Damian tersenyum menyambut ukuran tangan itu. “Damian, senang bisa berkenalan dengan anda.”

Kemudian Damian duduk,menatap kearah Luna dengan senyum hangat.

“Kamu pasti Luna, ya?” suaranya hangat, sopan.

Luna mengangguk pelan. “Iya. Kamu Damian?”

“Iya.”

Damian duduk di hadapan mereka, menyandarkan jas putihnya ke kursi. “Terima kasih udah datang. Aku tahu, ini agak mendadak.”

Kai menatap Damian penuh siaga, nada suaranya sedikit waspada. “Kamu bilang ini soal nyawa seseorang. Maksudmu apa?”

Damian tersenyum tipis. “Aku dokter rehabilitasi di St. Claire. Salah satu pasienku sedang dalam kondisi yang cukup,sulit. Aku butuh seseorang yang bisa bantu secara emosional.”

Luna mengernyit. “Lalu?”

Damian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia hanya bingung harus menjelaskan dari mana.

“Kenapa harus aku?” tanya Luna penasaran.

“Karena pasienku ini nggak mau bicara dengan siapa pun,” jawab Damian jujur. “Dia kehilangan kepercayaan diri, dan semua orang yang dicintainya sudah pergi. Aku pikir,mungkin dia butuh seseorang yang tahu rasanya kehilangan segalanya.”

Suara itu membuat Luna terdiam. Begutu pula dengan Kai.

“Kamu tahu siapa aku?” tanyanya pelan, ragu.

Damian mengangguk kecil. “Aku tahu. Dan aku juga tahu kamu bukan seperti yang mereka tulis.”

Kalimat itu, sederhana tapi menenangkan, membuat Luna menunduk pelan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, seseorang bicara tanpa menghakimi.

Kai menatap Damian tajam. “Kalau cuma mau bantu pasien, kamu bisa pakai staf profesional. Kenapa Luna?”

Damian menghela napas pendek. “Karena pasienku menolak semua orang. Dia bahkan mengancam akan keluar dari terapi kalau aku kirim psikolog atau perawat baru. Tapi aku punya firasat,mungkin seseorang seperti Luna bisa membuat dia sedikit membuka diri.”

“Seseorang seperti aku?” Luna menatap Damian dalam.

Damian tersenyum kecil. “Seseorang yang jatuh tapi tetap hidup.”

Ruangan seketika hening. Kai tidak setuju, pandanganya menatap tajam kearah Damian. Dia merasa Luna tidak bisa melakukan hal ini, bahkan kondisi Luna juga tidak baik-baik saja. Sekarang bagaimana bisa dia membantu orang lain. Tapi, Kai memilih diam, dia hanya menatap Luna, seolah menunggu keputusan gadis itu sendiri.

“Aku cuma butuh kamu temani dia sementara, setidaknya sampai keadaannya sedikit membaik. Tidak ada paksaan. Kalau kamu nggak nyaman, kamu bisa berhenti kapan aja.” Damian menjelaskan dengan lembut.

“Aku dibayar?” tanya Luna akhirnya.

Damian sempat tertegun sebelum tersenyum. “Tentu. Aku bukan tipe orang yang nyuruh orang kerja tanpa bayaran.”

“Berapa banyak?”

“Kamu mau berapa? Tapi pasienku bukan orang yang mudah.”

Luna menarik napas panjang. Di pikirannya, suara Kai masih terngiang: “Kamu butuh mulai dari nol.”

Mungkin ini awalnya.

“Baiklah,” ucapnya akhirnya. “Aku akan coba.”

Kai sempat menarik tangan Luna, “Kamu yakin? Apa gak lebih baik kamu pul..”

“Aku yakin.” Luna menyela Kai.

Kai hanya bisa diam dan menyetujui pilihan Luna.

Damian tersenyum lega. “Terima kasih.”

Ia berdiri, merapikan jas putihnya. “Kalau kamu siap, aku kenalkan dia sekarang. Tapi maaf, Kai. Kamu tidak bisa ikut.”

Mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang panjang. Suasananya sunyi, hanya suara langkah kaki dan deru pendingin udara.

Luna berjalan di samping Damian. Luna perlahan membuka suara.

“Aku panggil kamu apa?”

Damian menoleh, senyumnya hangat. “Panggil saja Kak Dami.”

Senyuman hangat Damian, seakan memberikan harapan baru pada Luna. Rasanya dia baru saja mendapat sesorang yang menganggapnya keluarga.

“Baik, kak Dami.” ucap Luna patuh.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu dengan pelat nama kecil.

Orion Delvano.

Damian menatap Luna. “Dia sedang di dalam. Tapi jangan kaget kalau dia dingin.”

Luna mengangguk pelan.

Pintu terbuka. Cahaya sore menembus tirai tipis, jatuh di lantai marmer ruangan itu.

Orion duduk di kursi rodanya, punggungnya tegap tapi wajahnya kosong. Tangannya memegang buku catatan lusuh yang bahkan tidak dia baca.

Damian melangkah lebih dulu. “Orion, aku mau kenalin seseorang.”

Pria itu menoleh perlahan, hanya sekilas cukup untuk memperlihatkan tatapan tajam namun letih dari matanya.

“Aku nggak butuh orang baru,” katanya singkat.

Damian tidak mundur. “Aku tahu. Tapi dia bukan terapis. Hanya seseorang yang akan jadi teman kamu disini.”

Orion menatap Luna sekilas, lalu kembali memalingkan wajah. Tapi Luna terdiam. Ada sesuatu dalam tatapan itu ,dingin, tapi dalam. Rasanya seperti menatap dirinya sendiri.

Damian menatap mereka berdua bergantian. Lalu kembali membuka suara.

“Jangan lupakan perjanjian kita,Orion. Aku membawa orang sesuai permintaanmu, jadi kenalkan.”

“Luna, ini Orion Delvano,” katanya lembut.

“Orion, ini Luna Carter.”

Dua nama itu bergema pelan di ruangan yang sunyi.

Dan meski tidak ada sapaan atau senyum, semesta tahu inilah awal dari sesuatu yang perlahan akan mengubah mereka berdua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!