Bagi Zain, Zara adalah tambang emasnya namun bagi Zara, Zain adalah malaikat pelindungnya. Hubungan mereka yang saling menguntungkan namun tersimpan banyak misteri berupa kebohongan dan pengkhianatan.
Permainan Zain akhirnya berakhir setelah Zara mengetahui bahwa pria yang mencintainya selama ini ternyata hanya seorang penipu yang mengincar hartanya saja namun tidak dengan Zain yang harus berjuang keras untuk meyakinkan Zara kalau dirinya telah berubah dan mencintai Zara dengan tulus.
"Apakah Zara akan menerima begitu saja ketulusan cinta Zain padanya? rahasia apakah yang membuat Zara menggugat cerai Zain? ikuti kisah cinta mereka berdua...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Liburan
Waktunya pembagian raport tiba. Zara meneruskan undangan sekolah ke suaminya. Zain harus menarik nafasnya karena sadar jika dirinya kini adalah walinya Zara.
"Bagaimana nanti gurunya menanyakan tentang status kami? Apakah aku harus berkata sebenarnya bahwa kami adalah sepasang suami-isteri? Ah tidak...! Zara masih kelas 11, mana mungkin aku merusak reputasi nya. Baiklah, aku akan mengakui menjadi pamannya saja." Zain melanjutkan pekerjaannya. Ia ingin menyelesaikannya dengan cepat agar ia bisa mengajak Zara liburan sekaligus mengobati Zara di luar negeri.
Namun Zain kembali gelisah. Pasalnya mereka adalah pengantin baru. Setiap malam tidur dengan Zara sudah sangat menyiksanya. Ingin rasanya ia menerkam gadis itu walaupun Zara selalu menjaga pakaiannya agar tetap tertutup namun Zain selalu merasa penasaran. Seakan ada daya magnet yang memaksanya untuk menikmati tubuh gadis itu.
"Apa yang harus aku lakukan jika aku menginginkannya? Bagaimana kalau dia hamil? Apa perlu aku memberinya obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan? Baiklah, kalau itu memang dibutuhkan. Aku harus mendapatkan hakku sebagai suaminya," gumam Zain lalu tersenyum penuh kemenangan.
Waktu yang dinantikan telah tiba. Usai menerima raport Zara, Zain dan Zara segera mempersiapkan keberangkatan mereka. Keduanya menuju bandara diantar oleh sopir pribadi Zara. Selama ini Zara dan Zain tinggal di rumah Zara. Zara merasa lebih nyaman tinggal di rumahnya sendiri daripada di rumah mertuanya. Kebetulan zain juga setuju karena rumah Zara hanya ditempati oleh beberapa orang pelayannya yang selalu menjaga rumah itu tetap terawat dengan baik.
"Apakah tidak ada yang ketinggalan?" tanya Zain saat mereka sudah memasuki ruang boarding pass.
"Sudah semua om. Apakah negara Switzerland saat ini dingin?" tanya Zara yang sangat hafal dengan cuaca negara itu.
"Iya sayang. Katanya minggu depan akan turun salju," ucap Zain yang rencananya mau ke Amerika dulu baru ke negara tujuan bulan madu mereka.
Zain sudah tidak sabar ingin melepaskan perjakanya dengan Zara. Selama ia dekat dengan Celin, Zain selalu menolak untuk bercinta dengan Celin. Celin memang cantik dan seksi tapi Zain tidak begitu tergoda dengan gadisnya itu.
"Zara. Apakah kamu tahu tentang bulan madu?" tanya Zain saat mereka sudah berada di ruang tunggu.
"Tau. Jalan-jalan kan seperti kita saat ini om," ucap Zara.
Zain menarik nafasnya. Entah mengapa ia begitu gemas dengan ucapan Zara yang terlampau polos menurutnya.
"Sayang. Bulan madu itu artinya bercinta tiap waktu untuk pasangan yang sudah menikah," jelas Zain.
"Oh, itu sama saja dengan cara buat anak ya om," ucap Zara dengan suara begitu kencang membuat semua penumpang yang ada di ruang tunggu itu menoleh ke arah mereka. Zain segera membekap mulut istrinya.
"Ngomongnya jangan kencang-kencang...!" omel Zain setengah berbisik dan Zara langsung mengangguk.
"Apakah kalian suami istri atau pacaran?" tanya salah ibu yang menatap curiga ke arah mereka dengan tatapan sinis.
"Ini memang istri saya, nyonya. Maaf istriku masih bocil dan kami baru menikah," ucap Zain dengan tenangnya.
"Istrinya baru lulus sekolah ya?" cecar ibu itu lagi.
"Ya. Maaf sudah menganggu," ucap Zain segera menarik Zara untuk berpindah tempat.
Zara sedikit kesal dengan ibu yang sangat kepo pada mereka. Ia menjulurkan lidahnya ke arah ibu itu tanpa sepengetahuan Zain. Tidak lama kemudian pesawat mereka siap berangkat. Zara dan Zain segera mengambil barisan untuk pemeriksaan tiket.
...----------------...
Tiba di hotel, Zara baru menyadari kalau mereka tidak berada di negara tujuan." Om kenapa kita ke New York? Bukankah om bilang kita mau Switzerland?" protes Zara.
"Sayang. Aku ada janji dengan sahabatku. Dia seorang dokter ahli. Bedah syaraf. Kita akan menemuinya besok. Sekarang kita istrahat dulu di hotel ini. Setelah urusan kita selesai nanti kita Switzerland," sahut Zain.
"Berarti nggak jadi bulan madu?" tanya Zara.
"Di sini juga bisa kalau kamu mau bulan madu. Apakah kamu mau kita melakukannya sekarang?" goda Zain.
Zara berpikir sebentar. Ia sudah berulangkali membaca tentang hubungan lawan jenis yang akan mengakibatkan hamil lalu melahirkan.
"Om, bagaimana kalau Zara hamil? Zara masih sekolah om. Zara tidak mau hamil saat sekolah," tolak Zara.
"Kamu tidak usah kuatir. Om punya obat anti hamil," ucap Zain.
"Obat anti hamil? Maksudnya om obat KB gitu? Zara sudah baca cara mencegah kehamilan minum obat KB sama ya om?" tanya Zara.
"Yah begitulah, sayang. Syukurlah kalau kamu sudah tahu," ucap Zain seraya mendekati Zara.
Entah mengapa Zara tiba-tiba merasa gugup. Ia tidak menyangka jika mereka akan melakukannya saat ini. Zain menempelkan bibinya pada Zara yang terlihat malu-malu dan juga takut. Namun ia berusaha mengimbangi bagaimana permainan bibir suaminya pada bibirnya.
Ciuman itu sangat menghanyutkan. Zara mengikuti instingnya sebagai wanita normal. Namun ia cukup terkejut saat tangan Zain merambah ke dada dan pahanya membuat ia segera mendorong tubuh zain menjauh darinya.
"Om cabul banget...! Ko minta cium tangannya ke mana-mana," omel Zara membuat Zain termangu.
"Hah...? Emang begitu kalau orang mau buat anak, sayang," jelas Zain yang tidak menyangka istrinya kembali tulalit.
"Emang...? Nggak ah. Zara bacanya tidak seperti itu. Zara baca buku yang hanya menjelaskan penyatuan dua alat ke**min antara wanita dan pria. Kenapa om malah tangannya ke mana-mana," sungut Zara hampir membuat Zain memecahkan tawanya.
"Dasar bocah tulalit. Mana mungkin buku ilmu pengetahuan menjelaskan semuanya secara rinci. Waduh....!! Kalau begini aku bisa kena stroke," batin Zain yang sudah tidak mood lagi untuk bercinta dengan Zara. Ia harus bersabar dan perlu memberikan penjelasan tentang hubungan suami-istri dalam arti sebenarnya pada Zara secara perlahan.
"Baiklah sekarang kamu tidur. Nanti om ajarkan bagaimana hubungan orang dewasa sehingga mereka bisa memiliki anak," ucap Zain lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk menuntaskan birahinya.
"Emangnya kehidupan orang dewasa itu saling nyentuh bagian-bagian tubuh yang terlarang?" batin Zara lalu mencari baju tidurnya di dalam koper.
Saat sudah berbaring ia membayangkan lagi sentuhan Zain pada dadanya yang tentu saja membuatnya sempat terlena.
"Sebenarnya enak sih? tapi kenapa bagian bawahku ikutan basah? Apakah aku perlu tanyakan tentang hal ini pada om suami? Pasti dia banyak tahu untuk urusan orang dewasa," gumam Zara yang menunggu Zain keluar dari kamar mandi. Ia membuka ponselnya untuk melihat beberapa rekomendasi Drakor dari sahabatnya.
Tidak lama kemudian Zain keluar dari kamar mandi menuju meja untuk mengambil air mineral.
"Om, Zara boleh tanya tidak?"
"Boleh, mau tanya apa?"
"Tadi kan kita sempat ciuman terus kenapa bagian bawah Zara basah ya?" tanya Zara polos membuat Zain yang baru saja minum akhirnya menyemburkan minumannya karena tersedak.
aq pembaca setia author
duh zara seharusnya berfikir jernih kl zain g suka n g sayang sama kamu. nggak mgkin dya mau berusaha mengobati operasi kamu
penasaran dg kehidupan zara selanjutnya