NovelToon NovelToon
Akad Yang Tak Kuinginkan

Akad Yang Tak Kuinginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikah Kontrak
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Jingga Nayara tidak pernah membayangkan hidupnya akan hancur hanya karena satu malam. Malam ketika bosnya sendiri, Savero Pradipta dalam keadaan mabuk, memperkosanya. Demi menutup aib, pernikahan kilat pun dipaksakan. Tanpa pesta, tanpa restu hati, hanya akad dingin di rumah besar yang asing.

Bagi Jingga, Savero bukan suami, ia adalah luka. Bagi Savero, Jingga bukan istri, ia adalah konsekuensi dari khilaf yang tak bisa dihapus. Dua hati yang sama-sama terluka kini tinggal di bawah satu atap. Pertengkaran jadi keseharian, sinis dan kebencian jadi bahasa cinta mereka yang pahit.

Tapi takdir selalu punya cara mengejek. Di balik benci, ada ruang kosong yang diam-diam mulai terisi. Pertanyaannya, mungkinkah luka sebesar itu bisa berubah menjadi cinta? Atau justru akan menghancurkan mereka berdua selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mereka yang Tanpa Sengaja Selalu Bersama…

Aula kantor sore itu riuh rendah. Semua karyawan sudah berkumpul, dari staf junior sampai jajaran direksi. Suasana seperti kelas besar menjelang pembagian kelompok perkemahan… ada yang deg-degan, ada yang sumringah, ada pula yang wajahnya pucat seakan hendak menghadapi ujian.

Mbak Ratna dari HRD berdiri di depan podium, mikrofon di tangan. “Teman-teman semua, sesuai agenda, outing kantor tahun ini akan berbeda. Supaya lebih seru dan menantang, kita akan membuat kelompok campuran: staf, supervisor, hingga direksi. Semuanya random, nggak bisa milih. Jadi mohon siap-siap ya, karena nama akan saya bacakan langsung satu per satu.”

Sorakan kecil terdengar. Ada yang langsung menggenggam tangan teman sebelah sambil berdoa, ada pula yang bisik-bisik cepat.

“Semoga jangan sekelompok sama Pak Savero deh,” gumam lirih seorang staf administrasi.

Temannya langsung menyikut. “Eh, jangan keras-keras! Bisa-bisa kedengeran.”

Yang lain menahan tawa. Tapi sebenarnya hampir semua punya doa serupa. Bukan karena Savero tak profesional, justru karena pria itu perfeksionis dan dingin… satu tatapan tajamnya saja bisa bikin mental goyah.

Mbak Ratna membuka map dan mulai membaca. “Kita mulai dari kelompok satu…”

Satu per satu nama diumumkan. Ada yang langsung bersorak, ada yang meringis kecewa. Sampai tibalah giliran kelompok kelima.

“Kelompok lima: Mahesa, dari bagian marketing.”

Jingga yang duduk di barisan tengah refleks menegakkan tubuh. Jantungnya berdetak cepat, berharap besar.

“Lidya, dari keuangan.”

Beberapa orang bersiul kecil menggoda, membuat Lidya tersenyum malu. Jingga semakin menatap dengan mata berbinar… setidaknya masih ada harapan.

“Dan… terakhir, kelompok lima ditemani Pak Arman, manager marketing.”

Seketika aula heboh.

“Wuih, dapet manager marketing!”

“Bakal solid tuh kelompok lima!”

Mahesa tersenyum tipis sambil mengangguk, sementara Lidya tampak antusias. Jingga di kursinya menunduk, hatinya tercekat.

“Ya Allah… kenapa bukan aku…” keluhnya dalam hati.

Mbak Ratna segera melanjutkan ke kelompok enam.

“Kelompok enam: Nisa, dari keuangan.”

Nisa langsung menoleh ke Jingga dengan tatapan berharap.

“Jingga, dari keuangan.”

“YES!” Jingga spontan mengepalkan tangan, wajahnya bersinar lega.

Tapi belum selesai.

“Dan terakhir, kelompok enam ditemani Pak Savero.”

Aula mendadak hening sepersekian detik, lalu pecah dengan bisik-bisik, cekikikan, dan sorakan kecil.

“Waduh… berani-beraninya HRD nyatuin mereka sama Pak Savero.”

“Kasihan Jingga…”

“Atau jangan-jangan… seru juga tuh.”

Jingga sendiri membeku, mulutnya menganga. “Apa??” gumamnya nyaris tak bersuara.

Savero yang duduk di depan hanya berdiri tenang, wajahnya dingin seperti biasa, lalu melangkah keluar aula tanpa komentar sedikit pun.

Nisa menepuk bahu Jingga sambil cekikikan. “Selamat ya, Jingga. Kamu bakal punya pengalaman yang nggak semua orang bisa rasain.”

Jingga menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Nis, ini bukan pengalaman. Ini musibah!”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu halaman kantor sudah ramai. Deretan bus besar terparkir, pintunya terbuka lebar menunggu penumpang. Semua karyawan, dari staf hingga manajer, berbaur dengan wajah antusias. Outing kantor selalu jadi momen langka, kerjaan ditinggalkan sebentar, diganti dengan keseruan.

Tapi, suasana riuh itu mendadak mereda ketika seorang figur tinggi melangkah keluar dari lobi. Savero.

Biasanya, pria itu hanya terlihat dengan jas hitam elegan, kemeja licin tanpa cela, dan sepatu kulit mengilap. Namun pagi itu, ia mengenakan kaos seragam outing berwarna biru tua yang membalut bahunya dengan sempurna, celana training hitam, topi, dan kacamata hitam. Sederhana, tapi justru memancarkan pesona yang sulit ditolak.

Beberapa orang yang sedang bercanda langsung terdiam. Staf wanita saling menyikut pelan, mata membesar. Bahkan para pria yang biasanya tak segan berisik pun refleks menatap dua kali.

“Gila… bos bisa kayak gitu ternyata,” bisik salah satu staf, buru-buru menunduk begitu sadar Savero melangkah mendekat.

“Biasanya kayak patung lilin di ruang rapat, sekarang… astaga.”

“Shhh! Nanti kedengaran!”

Savero tetap berjalan tenang, seolah tak peduli pada lirikan yang mengikutinya. Ia menaiki tangga bus, langkah mantap, lalu duduk di bangku dekat jendela. Gerakannya biasa saja, tapi aura yang terpancar cukup untuk membuat suasana kembali hening beberapa detik.

Jingga yang baru saja naik ke bus setelahnya langsung melongo, tanpa bisa menahan ekspresinya. Ia berdiri di lorong, menatap Savero dari ujung kaki sampai kepala, lalu berdecak dramatis.

“Wah… wah… wah… ini siapa lagi? Kok kayak bintang iklan minuman energi versi eksklusif. Bapak kok nggak kasih tahu kalau punya style cadangan kayak gini? Aku sampai salah fokus, loh!”

Beberapa penumpang di sekitar tertawa kecil, berusaha menahan diri. Savero menoleh perlahan, menurunkan kacamata hitamnya sedikit, menatap langsung ke arah Jingga. Tatapannya datar, dingin.

“Kalau kamu mau heboh, lakukan sendiri. Jangan ajak-ajak saya.” Suaranya tenang, tapi cukup membuat Jingga buru-buru cengengesan.

Ia lalu menjatuhkan diri ke kursi di sebelah Savero, masih dengan wajah jenaka. “Yah, kan saya cuma jujur, Pak. Ternyata Bapak juga bisa down to earth gini. Jangan-jangan setelah ini Bapak ikutan lomba tarik tambang sambil teriak-teriak, ya?”

Savero menghela napas pelan, memakai kembali kacamatanya, dan menatap keluar jendela. “Fokus saja pada tujuan outing. Ini bukan ajang pamer kehebohan.”

Jingga mengedipkan mata, menoleh ke Nisa yang duduk di kursi belakang mereka, lalu berbisik cukup keras agar Savero bisa dengar. “Yaampun, lihat deh. Bos kita ini niat banget. Kalau bisa semua kegiatan nanti dianggap turnamen internasional kali, Nis.”

Savero tidak bereaksi, tapi ujung bibirnya nyaris… sangat nyaris… menyentuh garis tipis yang bisa disebut senyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bus-bus rombongan berhenti di tepi pantai yang sudah dipenuhi tenda warna-warni dan spanduk besar bertuliskan “Fun Outing & Team Building”. Angin laut langsung menyapa, membawa aroma asin yang khas. Cahaya matahari pagi memantul di permukaan air, berkilau seperti ribuan kristal.

Begitu turun, sebagian karyawan langsung heboh melepas alas kaki, berlari kecil di pasir, ada yang sibuk selfie dengan background laut, sementara yang lain menyerbu minuman dingin yang disediakan panitia.

Savero turun paling terakhir. Meski hanya memakai kaos seragam dan celana training, ditambah topi dan kacamata hitam, aura pria itu tetap membuat banyak kepala refleks menoleh. Beberapa staf wanita sempat terdiam sepersekian detik, sebelum buru-buru mengalihkan pandangan.

Jingga justru bersemangat, menarik tangan Nisa dan menyeretnya mendekat ke area lapangan berpasir yang sudah ditandai tali.

“Ayo, Nis! Katanya lombanya seru-seru. Jangan sampai kalah, biar grup kita terkenal paling kompak.”

Nisa tertawa canggung. “Tapi… Pak Savero udah jalan tuh, lihat?”

Savero memang sudah melangkah duluan ke arah panitia. Gerakannya tenang tapi mantap, seolah ia sedang menghadapi rapat penting, bukan outing santai.

MC naik ke panggung kecil, suaranya menggema lewat pengeras suara.

“Selamat datang di acara outing kantor kita tahun ini! Kali ini kita akan buktikan kekompakan lewat games pantai. Ingat, semua permainan dilakukan dalam tim. Jadi bukan cuma kuat, tapi juga kompak.”

Sorak-sorai karyawan menggema, sebagian bertepuk tangan, sebagian bersorak semangat.

Savero berdiri di depan kelompoknya. Tatapannya tajam, suaranya dingin.

“Kita harus menang. Jangan ada yang ceroboh. Fokus.”

Jingga spontan menepuk keningnya sendiri, lalu menatap Nisa sambil berbisik keras-keras, cukup untuk didengar Savero.

“Astaga, baru juga lomba balap karung di pasir, briefingnya udah kayak persiapan sidang kabinet.”

Beberapa orang di sekitar mereka nyaris tertawa, tapi buru-buru menahan diri.

Savero menoleh perlahan, menatapnya di balik kacamata hitam.

“Kalau kamu niat main-main, lebih baik jangan ikut. Kamu cuma akan jadi beban.”

Jingga malah nyengir lebar. “Tenang, Pak Bos. Saya ini jagoan lomba tujuh belasan di kampung. Balap karung, makan kerupuk, tarik tambang, semua saya pernah juara. Jadi… jangan remehin saya.”

Nisa, yang berada di tengah, hanya bisa mengangkat tangan pasrah. “Tolong ya, jangan berantem di pantai juga…”

(Bersambung)…

1
Purnama Pasedu
ooo,,,,savero baru tahu,,,pelan pelan ya
Purnama Pasedu
pas tahu jingga dah nikah,gimana Kevin y
Mar lina
Semoga Kak Savaro
langsung mp sama Jingga...
biar Kevin gak ngejar-ngejar Jingga
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Nuriati Mulian Ani26
ohhh kasihan jingga
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄. Thor lucu banget aduhhh
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄. keren alurnya thor
Purnama Pasedu
nikmatilah jingga
Nuriati Mulian Ani26
lucuuuuuuu
Nuriati Mulian Ani26
bagusss ceritanya
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙂𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya😌
total 1 replies
Mar lina
aku mampir
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄 lucu menarik sekali
Nuriati Mulian Ani26
aku sangat tertarik kekanjutanya ..keren dari awal ceritanya
Halimatus Syadiah
lanjut pool
Lily and Rose: Siap Kak 🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
survei resepsi pernikahan ya jingga
Lily and Rose: Ide bagus… bisa jadi tempat buat mereka resepsi juga tuh Kak 😁
total 1 replies
Purnama Pasedu
kamu salah jingga
Lily and Rose: Iya, Jingga salah paham terus 😂
total 1 replies
Halimatus Syadiah
Thor up dete kelamaan ya, tiap hari nungguin trus , kl bisa tiap hari ya 👍
Lily and Rose: Siap Kak, Author update sesering mungkin pokoknya 🥰
total 1 replies
Desi Permatasari
update kak
Lily and Rose: Done ya Kak…
total 1 replies
Purnama Pasedu
ada kevin
Lily and Rose: Ide bagus 🥰
total 1 replies
Cookies
lanjut
Lily and Rose: Siap Kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
Nisa yg lapor ya pa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!