Heavenhell Athanasia Caventry pernah percaya bahwa cinta akan menyelamatkan hidupnya. Namun, lima tahun pernikahan hanya memberinya luka: suami yang mengkhianati, ibu yang menusuk dari belakang, dan kehilangan terbesar, bayi yang tak sempat ia peluk. Saat ia memilih mengakhiri segalanya, dunia ikut runtuh bersamanya.
Namun takdir memberinya kejutan. Heavenhell terbangun kembali di masa remajanya, sebelum semua penderitaan dimulai. Dengan ingatan masa depan yang penuh darah dan air mata, ia bertekad tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain. Ia akan menjauh dari Jazlan, menantang Loreynzza ibu yang seharusnya melindungi, dan membangun kehidupannya sendiri.
Tapi kesempatan kedua ini bukan sekadar tentang mengubah masa lalu. Rahasia demi rahasia yang terkuak justru menggiring Heavenhell pada jalan yang lebih gelap… sebuah kebenaran yang dapat membalikkan segalanya.
Kesempatan kedua, apakah ini jalan menuju kebebasan, atau justru jebakan takdir yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita itu Orang Asing
"Perasaan tadi gue cuman nyuruh lo sama Kaneeisha, kenapa bawa bala bantuan?"
Heavenhell terlonjak kaget. "Astaga."
Ia refleks memegangi dadanya dan mengambil nafas sejenak sebelum menatap tajam pelaku yang mengagetkan dirinya. Terlihat Jazlan yang bersandar di dekat pintu lokernya.
"Apaan sih?" tanya Heavenhell kesal sambil memasukkan beberapa buku cetak miliknya ke dalam lokernya. Kuker sekali lelaki disampingnya ini.
"Dih, pura-pura nggak ngerti."
Heavenhell menatap Jazlan dengan wajah galaknya. "Emang nggak ngerti, bangsat. Gue cuman masukin buku-buku gue trus lo nggak diundang malah dateng ngagetin gue," nyolot Heavenhell.
Jazlan memutar bolamatanya kesal. "Lo kenapa bisa jalan sama cowok tadi. Kan gue nyuruh elo sama Kaneeisha yang ambil bola. Kenapa lo malah baliknya ama dia."
"Trus masalah buat lo. Kak Alvarez orangnya baik," balas Heavenhell.
"Gue juga orang baik."
Heavenhell rasanya ingin muntah mendengarkan perkataan Jazlan. Baik darimananya, tidak kelihatan sama sekali hilalnya. Brengsek iya.
"Gue nggak suka yah lo deket-deket sama cowok lain."
"Dih kenapa? Orang gue cantik, body gue bagus," balas Heavenhell sombong.
Jazlan menarik sudut bibirnya dan melangkah kearah Heavenhell dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. Hal itu membuat Heavenhell yang tadinya berapi-api menghadapi Jazlan menjadi agak kicep.
Kakinya reflek melangkah mundur.
"That's what I mean, you're beautiful and stunning. So I wouldn't let anybody have it, "bisik Jazlan meletakkan kedua tangannya disamping kepala Heavenhell. Sehingga ia memerangkap tubuh gadis itu.
Kedua mata Heavenhell melebar ketika mendapati wajah Jazlan berjarak agak dekat dengan wajahnya. Sial, hal ini tidak pernah di kehidupan lampau mereka. Tidak ada Jazlan yang cemburu jika ia dekat dengan lelaki lain. Yang ada dirinya yang agresif pada Jazlan. Kalau begini ia gugup setengah mati. Mana hanya ada dirinya dan Jazlan di loker ini.
Cup!
"Astaga, mata gue ternodai. Ya Tuhan ampuni hambamu ini."
Heavenhell mendorong kasar tubuh Jazlan. Dan menemukan Renan dan Kaneeisha yang berdiri tidak jauh dari mereka. Apa mereka melihat Jazlan yang mencium singkat bibirnya tadi. Sontak gadis itu memegangi bibirnya yang baru saja dikecup manja oleh Jazlan. Sial, ia kecolongan.
"Maaf, Lan. Gue nggak liat apa-apa tadi tapi Renan yang ngintip duluan," kata Kaneeisha mendorong Renan lalu ngacir duluan.
"Ehh... Woy.. Lo juga ikutan.. Ah bangke lah," kata Renan ikutan ngacir.
Perlu diingat Jazlan itu jago taekwondo dan sudah sabuk hitam. Bisa gepeng dirinya jika dihantam Jazlan. Makanya ia mengeluarkan jurus andalannya yaitu LARI.
Selepas kepergian mereka, keheningan menyelimuti sejoli itu. Jazlan dan Heavenhell sama sekali tidak bersuara setelah ciuman singkat tersebut. Bukan ciuman sih karena Jazlan hanya menempelkan bibir mereka beberapa detik sebelum akhirnya ke-gep oleh Kaneeisha dan Renan.
"Ave, gu..."
Plakk!!
Suara nyaring yang bergema diruangan loker tersebut. Heavenhell melayangkan tamparan keras pada pipi Jazlan menyebabkan wajah lelaki itu terlempar kesamping. Sebuah cap tangan berwarna merah tercetak dengan indah di pipi kiri Jazlan saking kerasnya tamparan Heavenhell.
"Brengsek banget lo jadi cowok, jangan karena dulunya kita satu daycare jadi lo sok tahu tentang apa yang baik buat gue. Overall, kita itu orang asing. I don't know you and you don't know me. Jadi berhenti menggurui kenapa tentang apa yang harus gue lakuin atau siapa yang deket ama gue. Sekali lagi itu urusan gue, Jazlan. Urusan gue, pikirin aja hidup lo," jelas Heavenhell panjang lebar lalu berlalu dari sana.
Untuk beberapa saat Jazlan tidak bergerak karena masih syok. Pipinya bahkan terasa cenat cenut karena baru saja mendapatkan tamparan mesra. Setelah kesadarannya terkumpul, ia perlahan menyeka darah yang berada disudut bibirnya. Senyum tipis terukir di bibirnya. Ternyata seperti ini warna asli Heavenhell, sangat menyenangkan dan menggairahkan.
......................
Hari ini sangat penuh kejutan dan plot twist bagi Heavenhell. Bermula karena insiden potong kompas ia malah berakhir bertemu Alvarez karena dihukum. Trus ia hampir dikokop oleh si Jaz-lan-jaz-lan. Mana ke-grebek sama Renan dan Kaneeisha lagi. Dan setelahnya Renan tidak berhenti melayangkan tatapan mengejek padanya dan pasti lelaki itu sudah membocorkannya pada Sagara supaya ia memiliki partner.
Asw...memang. Jazlan juga terlibat fine-fine saja dengan tingkah temannya itu mungkin sudah terbiasa dengan kerandoman keduanya.
Heavenhell menghentakkan kakinya kesal ketika mengingat rentetan kejadian hari ini. Apakah hari ini adalah hari sialnya, harus ia tandai hari ini. Mana supirnya belum datang lagi membuat ia harus menunggu di halte bus bukan di tempat biasa karena takut Jazlan datang lagi dan mengganggunya.
Kalau sampai itu terjadi akan ia tendang Jazlan hingga keluar galaksi.
"Loh Heavenhell?"
Suara itu membuyarkan lamunan Heavenhell yang berisi gerutuan tentang Jazlan. Kepalanya mendongak dan mendapati Alvarez berdiri di sampingnya. Yah, habis Jazlan terbitlah Alvarez. Tidak hanya disekolah hidupnya di uji bahkan diluar sekolah pun ia tetap di uji.
"Eh iya kak," balas Heavenhell ramah dengan senyum tipisnya. Begini-begini ia masih ingat jika Alvarez adalah kakak kelas.
Alvarez mengulum senyum tipis dan duduk disamping Heavenhell. "Lagi nunggu Ojol?" tanya Alvarez.
Heavenhell menggeleng pelan. "Nunggu supir jemputan."
"Oh gitu, gue temenin yah."
Heavenhell membulatkan matanya dan segera menggeleng. "Eh nggak usah, kak. Gue nggak apa-apa kok palingan sebentar lagi supir gue dateng. Dia emang agak lelet karena dia ngikutin prinsip kura-kura "biar lambat asal selamat," jawab Heavenhell asal karena saking tidak maunya berdekatan dengan suami masa depan Aretha ini.
Baru saja ia ingin bersuara agar Alvarez meninggalkannya. Tiba-tiba sang pawang pun datang. Dan membuat situasi semakin awkward.
"Kak Alvarez kenal sama kak Ave?" tanya Aretha yang entah datang dari mana.
Gadis itu mendadak muncul diantara Alvarez dan Heavenhell. Bahkan gadis itu segera duduk disamping Alvarez. Membuat lelaki duduk di tengah mereka. Kalau begini tinggal diputarkan lagu madu 3 supaya Alvarez terlihat seperti Fir'aun yang memiliki dua istri. Heavenhell menggelengkan pelan kepalanya, ia lama-lama bisa gila kalau seperti ini.
"Kalian saling kenal?" tanya Alvarez.
Aretha mengangguk. "Kak Ave itu kakak sepupu aku. Alm. Ayah aku adik kandung mamanya Kak Ave. Yang sekarang juga Bunda aku karena dia udah angkat aku jadi anaknya," jelas Aretha yang membuat Heavenhell terdiam.
Perasaan itu kembali lagi, perasaan benci dan kecewa. Hatinya mulai bergemuruh dan nafasnya mulai tidak beraturan ketika ingatannya kembali terdistract di kehidupan pertamanya.
Ketidakadilan, pengabaian, pilih kasih, dan ditelantarkan. Hanya itu yang ia rasakan tidak ada secuil pun kebahagiaan. Bahkan saat ia ingin membantu ekonomi keluarga kecilnya dengan Jazlan. Ia harus menggugurkan janinnya dan berakhir dengan kemurkaan dari Jazlan.
Tanpa sadar tangan Heavenhell mengelus perutnya.
Dulunya ada kebahagiaannya disini sebelum semuanya direnggut membuat Heavenhell harus mengulang lagi hidupnya. Setelah ini Heavenhell ragu apakah ia akan menjadi ibu di masa depan karena tujuannya hanya ingin berbahagia dan menikmati hidupnya.
"Kenapa Ave? Lo laper? Mau gue beliin cireng atau cilok?" tanya Alvarez menengok kearah Heavenhell yang mengelus perutnya dan melamun.
Heavenhell tersentak pelan lalu melirik kaku kearah Alvarez dan Aretha. Keduanya kompak menatap dirinya dengan tatapan penasaran. Situasi menjadi canggung karena Heavenhell yang tidak tahu harus menjawab apa. Nanti kalau ia mengiyakan ucapan Alvarez, yang ada lelaki itu benar-benar membelikan dirinya cireng atau cilok.
Eh tapi bagus juga sih hitung-hitung anugrah kebetulan ia emang agak laper tapi ada Aretha. Jadi ia tidak boleh terlihat kampungan, ia harus terlihat slay dan anggunly.
"Eh enggak kok kak. Perut gue emang agak sakit sih," alibi Heavenhell.
"Mau gue anter pulang, motor gue nggak jauh dari sini. Tadi gue mau pulang tapi karena gue liat elo duduk sendirian disini makanya gue inisiatif nyapa lo dulu," balas Alvarez membuat Heavenhell menggeleng pulang.
Anjay lah, ia yang niat awalnya sengaja duduk di halte ini untuk menghindari Jazlan eh malah menarik Alvarez. Besok besok ia akan menunggu supir jemputannya di ujung jalan saja atau sekalian didekat lampu lalu lintas supaya tidak ada yang menghampirinya. Ini juga supirnya lelet sekali minta ampun. Apa jangan-jangan ia mengelilingi kota dulu sebelum menjemputnya makanya lama sekali.
"Kak Ave, nggak usah malu-malu sama kak Alvarez. Dia orangnya emang baik kok atau kak Ave mau aku yang beliin?" celetuk Aretha yang membuat Heavenhell melotot kearahnya. Senang sekali si Sonic ini mempermalukan dirinya.
"Enggak!!!" bentak Heavenhell tanpa sadar membuat Alvarez dan Aretha tersentak kaget.
"Iya-iya, nggak usah marah. Muka lo lucu banget sih," balas Alvarez terkekeh geli melihat bagaimana wajah Heavenhell yang memerah dan nafasnya yang memburu.
Gadis itu berkedip pelan sebelum akhirnya kembali ke posisinya semula. Dalam hati Heavenhell menggerutu malu karena sikapnya barusan. Luntur sudah niatnya yang ingin tampil slay dan anggunly. Pasti wajahnya tadi sangat kucel karena efek pulang sekolah. Inilah mengapa ia harus mulai mengambil kelas yoga agar ia bisa tenang sedikit dan tidak tantrum jika Aretha berada di dekatnya.
"Aretha"
Nafas Heavenhell terasa tercekat ketika mendengarkan suara itu. Suara yang sangat ia rindukan dan ingin selalu ingin ia dengar di setiap harinya namun tidak bisa. Tidak jauh dari tempatnya duduk, Loreynzza berdiri sambil memeluk Aretha. Ternyata rasanya sama saja jika dilihat dari dekat. Sama sesaknya bahkan lebih sesak lagi. Harusnya ia yang disana, dipeluk dan dilimpahi kasih sayang. Harusnya dirinya kan?