Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.
Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.
Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.
Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiger
Aziya menatap Azura yang berdiri diujung tangga saat ia melangkah menuruni tangga untuk kedapur mengambil minum. Aziya semakin bingung, anak ini ngapain menatap Aziya begitu. Seperti merencanakan sesuatu.
Aziya hanya acuh dan memilih membelokkan tubuhnya hendak menuju dapur. Tapi pekikan Azura membuat nya mengurungkan niatnya.
"Aakhh mama sakit..."
Aziya hanya bersidekap dada sambil menyandarkan punggungnya kepembatas tangga menatap Azura yang dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri kelantai.
"Astaga! Kamu Kenapa nak?"panik Brianna yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Kamarnya tepat dipinggir tangga.
Brianna membantu Azura berdiri tapi Azura seakan menahan kakinya Karena sakit. Lebih tepatnya pura-pura. Atau mungkin emang beneran sakit diliat kaki yang Aziya injak dulu masih dibalut perban. Sudah selama itu? Dia memang terlalu lebay.
"Kamu apain lagi anak saya!"Aziya hanya menaikkan bahunya acuh pandangannya tak lepas dari Brianna yang juga menatapnya nyalang.
"Kenapa ma?"terlihat Jonatan yang turun dari tangga dengan tergesa-gesa. Dia langsung menghampiri adik tersayangnya itu.
"Mama gak tau, tiba-tiba Zura teriak"Aziya menatap jijik Azura yang sudah menangis terisak dengan banyaknya linangan air mata buaya nya itu.
"Azira!"
Aziya hanya menaikkan sebelah alisnya menatap Jonatan.
"Kali ini kamu sudah keterlaluan, Zira!"Aziya terkekeh sinis.
"Keterlaluan? Gak kebalik?"Jonatan mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia mencengkram tangan Aziya kuat dan menariknya pergi entah kemana. Aziya hanya menurut tanpa mau membantah.
Jonatan memberhentikan langkahnya dibelakang rumah. Aziya tau ini tempat Jonatan menghukum Azira dulu, dimana Azira sangat ketakutan ditinggalkan ditempat seram ini.
"Masuk!"
Dengan kasar Jonatan mendorong Aziya masuk kedalam kandang Harimau? Aziya ingat betapa kejamnya mereka membiarkan Azira yang berlarian dikejar harimau ini. Azira hanya bisa menyelamatkan diri dimana didalamnya ada sebuah rumah pohon disitu Azira berdiam diri sampai hukumannya berakhir.
Saat itu mereka malah menatap Azira yang meminta tolong dengan ketakutan yang sangat besar. Mereka berempat hanya diam menatap ketakutan Azira, bahkan Azura tertawa dengan penderitaan kembarannya itu.
Aziya tersenyum miring menatap tiga orang yang berdiri diluar kandang sambil menatap kearahnya yang siap akan berlari seperti Azira dulu.
Aziya menatap satu harimau yang menatapnya minat. Cuma satu ya? Dirumah Aziya dulu ada 3 ekor harimau, 8 ekor buaya dan 2 ekor serigala tentunya banyak lagi hewan buas lainnya. Jangan pikir Aziya akan takut, ia akan menjinakkan harimau ini bagaimanapun caranya.
Aziya menatap harimau itu. Cara menghadapi nya kita tidak boleh lari. Cukup diam dan tenang, Aziya tersenyum melihat harimau itu yang awalnya berlari kencang kearahnya seketika menurunkan laju larinya tepat sampai dihadapan Aziya harimau itu malah mengaum kecil.
Aziya terkekeh kecil dan mengusap lembut kepala harimau itu. Kucing besar ini benar-benar sangat menggemaskan, ia jadi merindukan bayi harimau dirumahnya yang waktu itu baru lahir.
Harimau itu merebahkan tubuhnya dan berguling-guling direrumputan sesekali mengaum. Aziya berjongkok mengusap lembut kepala harimau.
"Mulai sekarang kita berteman ya? Jangan main kejar-kejaran kayak dulu. Gak asik tau" Aziya terkekeh saat harimau itu bangkit dan mendusel-dusel tubuhnya ketubuh Aziya. Aziya bernafas lega, beruntung harimau ini tidak lapar, coba saja kalau lapar Aziya tidak yakin bisa selamat.
Aziya menatap tiga orang dibelakangnya yang terdiam kaku. Mulut mereka menganga, semoga saja tidak ada lalat yang masuk.
"Sudah malam. Kamu tidur ya, tiger"harimau itu merebahkan tubuhnya saat Aziya memerintahkannya tidur.
...~ Transmigrasi Aziya ~...
"Kapan papa pulang?"Tanya Aziya kepada orang disebrang sana. Mata Aziya fokus kejalan, pagi ini ia sengaja menghubungi papanya menanyakan kapan Arion akan pulang.
"Sekitar 2 hari lagi sayang. Kenapa? Tumben telvon papa?"Aziya hanya menaikkan bahunya acuh meskipun ia tau orang disebrang sana tidak akan mengetahuinya.
Aziya mengapit ponselnya disela telinga dan bahunya. Kedua tangannya ia gunakan untuk membelokkan stir mobil masuk kedalam gedung sekolah.
"Aku cuma kangen sama papa. Mereka semua benci aku pa."Aziya tersenyum miring melihat Arion yang terdiam.
Aziya membuka sabuk pengamannya dan duduk diam didalam mobil sambil menunggu ucapan Arion.
"Maksud kamu gimana sayang? Bukanya selama ini mereka sangat perhatian sama kamu?" Hanya satu yang ada dipikiran Aziya saat ini. Bego! Arion benar-benar bego tidak bisa mengetahui keadaan dirumah nya.
"Papa pernah liat ketulusan Dimata mereka saat mereka perhatian ke aku?"Arion diam. Aziya yakin ia tidak tau harus menjawab apa."Aku gak bisa kasi tau papa, aku cuma mau papa liat secara langsung gimana perlakuan mereka yang sebenernya ke aku."
"Papa akan usahain pulang cepat demi kamu sayang. Kamu tunggu papa."Aziya tersenyum kecil. Rencananya harus berhasil. Tentu saja Aziya dari dulu tidak menerima kekalahan, ia tidak akan pernah kalah. Apa lagi cuma melawan sampah-sampah itu.
"Oke papa, aku sayang papa"terdengar kekehan dari sebrang sana.
"Papa juga sayang kamu"
Aziya menghela nafas kasar setelah sambungan terputus. Azira memberikan nya tantangan yang sangat rumit. Masih banyak teka-teki yang Aziya pasti belum tau. Tapi tidak apa, Aziya menyukai tantangan.
Aziya yang hendak keluar dari mobil mengurungkan niatnya melihat Gabriel dengan tidak sopan masuk kedalam mobilnya. Duduk disebelahnya dengan senyum menyebalkan.
"Ngapain?"sinis Aziya.
"Aku liat kamu dateng, terus aku tunggu-tunggu kamu gak keluar juga. Yaudah aku susulin kesini, tadi ngapain? kok lama keluar?"Aziya memutar bola matanya males.
"Bukan urusan lo."Gabriel menghela nafas kasar dan dengan cepat memeluk Aziya meletakkan dagunya dipundak Aziya.
"Lo ngapain sih? elah."kesal Aziya mencoba menjauhkan kepala Gabriel.
"Bisa gak sih ngomong kayak dulu? Pake aku-kamu."Aziya berdecak kesal. Dulu apaan orang kita baru kenal!
"Gak bisa. Gue bu-"Aziya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Hampir saja ia keceplosan.
"Bu? bu Apa Ra?"Aziya menggelang.
"Bukan apa-apa. Gue salah ngomong"Gabriel mengecup pipi Aziya sekilas. Ia dapat melihat Aziya yang menegang.
"Aku tau kamu pasti mau ngomong sesuatu. Gak papa, aku tunggu kamu siap aja"Aziya menghela nafas. Aziya yakin Gabriel bukan orang sembarangan. Ia harus cari tau siapa Gabriel sebenarnya.
"Apa lo yakin sayang sama gue?"Aziya hanya memastikan tujuan Gabriel dekatin Azira apa. Atas dasar cinta atau ada hal lain?
"Kamu meragukan ku baby?"Aziya menggeleng.
"Gue cuma nanya."Gabriel mengangkat kepalanya menatap Aziya sepenuhnya.
"Aku memang sayang dan cinta sama kamu, Zira. Bahkan sekarang rasa sayang aku lebih besar dari sebelumnya, aku gak maksa kamu percaya dengan kata-kata aku. Kamu cukup liat dari tindakan dan Perbuatan yang aku lakuin ke kamu, Zira."
Lagi-lagi Zira. Mendengar itu Aziya tersenyum miris, dengan malas Aziya mendorong dada bidang Gabriel dan keluar dari dalam mobil tanpa bicara sepatah kata pun.