NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Setelah Mahesa Sura menemukan bahwa ia adalah putra seorang bangsawan yang seharusnya menjadi seorang raja, ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengambil kembali hak yang seharusnya menjadi milik nya.


Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya menjadi modal awal bagi nya untuk membangun kekuatan dari rakyat. Intrik-intrik istana kini mewarnai hari hari Mahesa Sura yang harus berjuang melawan kekuasaan orang yang seharusnya tidak duduk di singgasana kerajaan.




Akankah perjuangan Mahesa Sura ini akan berhasil? Bagaimana kisah asmara nya dengan Cempakawangi, Dewi Jinggawati ataupun Putri Bhre Lodaya selanjutnya? Temukan jawabannya di Titisan Darah Biru 2 : Singgasana Berdarah hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Romo, Aku Pulang....

Mahesa Sura tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Resi Agastya. Sebagai seorang pendekar ia tahu bahwa ada beberapa jenis keilmuan yang tidak mengandalkan kekuatan tubuh dan tenaga dalam semata, melainkan juga dengan kekuatan batin seseorang.

Kekuatan batin ini diperoleh dengan tapa brata maupun dengan cara lainnya yang biasanya dilakukan oleh para pertapa ataupun para penganut aliran sesat seperti Tantra Bhairawa dan pengikut ajaran ilmu sihir hitam alias pengiwa. Diakui oleh Mahesa Sura, ada kala nya ia kesulitan untuk melawan musuh yang memiliki daya kebatinan tinggi seperti Si Jerangkong Hitam karena kurangnya ilmu kebatinan yang miliki. Selama ini ia memang hanya belajar meningkatkan kekuatan kasarnya tanpa mendalami ilmu kebatinan.

"Itu berarti Resi bisa melihat hal apapun yang akan terjadi di masa depan? ", tanya Mahesa Sura yang sangat penasaran dengan kemampuan Resi Agastya.

" Bukan itu saja, aku bahkan bisa melihat masa lalu mu seterang aku melihat matahari di siang hari ", jawab Resi Agastya sambil tersenyum tipis.

" Kalau begitu, bisakah Resi melihat apakah tujuan ku untuk memberontak melawan pemerintah Kertabhumi akan berhasil? ", lanjut Mahesa Sura segera.

" Tujuan besar mu harus kau sendiri yang menentukan. Masa depan mu tergantung pada kemampuan mu untuk menata dan mengatur orang-orang mu dengan sebaik-baiknya.

Tapi yang terpenting sekarang adalah ada seseorang yang sedang menunggu mu di tempat mu, Anak Muda. Dia sudah lama ingin berjumpa dengan mu, kau tak boleh mengecewakan hati nya. Dia adalah salah satu kunci untuk keberhasilan mu di masa depan ", sambung Resi Agastya yang membuat Mahesa Sura mengerutkan keningnya.

" Aku masih banyak pertanyaan yang ingin ku ajukan pada Resi. Mohon bersedia untuk ikut saya ke Kampung Widas ", pinta Mahesa Sura dengan sungguh-sungguh.

" Aku tidak keberatan. Mendampingi titisan darah biru seperti mu merupakan sebuah kehormatan buat ku.. ", balas Resi Agastya yang membuat Mahesa Sura menghela nafas lega.

Keduanya bergegas menuju ke arah Kampung Widas yang ada di sebelah timur.

Para prajurit yang berjaga di perbatasan Kampung Widas langsung menghormat pada Mahesa Sura saat pendekar yang berjuluk Si Iblis Wulung itu berjalan memasuki gapura perkampungan. Sepanjang jalan orang-orang yang berpapasan dengan Mahesa Sura dan Resi Agastya, membungkuk hormat. Ini adalah bentuk penghargaan mereka terhadap calon pemimpin Mandala Kertabhumi masa depan itu.

Begitu memasuki kediaman Rakai Pamutuh yang menjadi tempat tinggal Mahesa Sura selama ini, Mahesa Sura dikejutkan oleh seorang perempuan bercadar hitam yang langsung berlari dan memeluk erat-erat.

"Kakang Mahesa, hikss aku merindukan mu.. ", ucap perempuan bercadar hitam ini sambil sesenggukan menangis.

" Nisanak ini siapa? Apa aku mengenal mu? ", tanya Mahesa Sura sembari berusaha untuk melepaskan pelukan erat si perempuan bercadar hitam ini.

" Hei Putri Manja, lepaskan penutup wajah mu..! Kakang Mahesa tidak bisa melihat wajah menyebalkan mu itu..!! ", teriak Cempakawangi sedikit keras.

Sadar bahwa wajahnya tidak kentara jelas, perempuan bercadar hitam itu lekas melepas penutup wajahnya yang membuat Mahesa Sura ganti memeluk nya dengan erat.

" Jinggawati!! Akhirnya kita bertemu lagi... ", ucap Mahesa Sura sedikit kegirangan.

" Aku sangat merindukanmu Kakang. Aku mencari mu ke setiap sudut kota Anjuk Ladang. Aku hampir putus asa mencari mu karena tak kunjung bertemu.

Untungnya aku bertemu dengan Nini Landhep yang mengatakan bahwa ia mengikuti seorang pendekar bernama Mahesa Sura. Meskipun awalnya aku tidak begitu yakin bahwa itu adalah kamu, tetapi aku percaya bahwa setiap usaha pasti akan ada hasil yang didapat... ", cerocos Dewi Jinggawati yang membuat Mahesa Sura semakin erat memeluknya.

Ehheemmmm ehheemmmm..!!!!!

Deheman keras Cempakawangi membuat Mahesa Sura dan Dewi Jinggawati sadar bahwa di sekeliling mereka ada banyak orang. Keduanya segera memisahkan diri dengan wajah merah karena malu.

"Semuanya, mohon maafkan sikap ku baru saja. Aku tak bisa menahan diri.

Oh iya perkenalkan, ini Resi Agastya. Untuk kedepannya ia akan menjadi penasehat kebatinan ku. Mohon semuanya saling memahami", Resi Agastya membungkukkan badannya begitu diperkenalkan pada orang-orang yang ada disitu.

"Oh iya Nyai Landhep, bagaimana kabar para bekas murid Padepokan Bukit Rawit lainnya? Sejauh ini hanya ada sekitar 100 orang yang bergabung dengan kita", lanjut Mahesa Sura mengalihkan perhatian nya pada Nyai Landhep yang berdiri di samping Rakai Pamutuh.

"Ada yang masih menyatakan bahwa ia bersedia untuk membantu, Raden.. Tetapi hingga saat ini sepertinya masih belum datang kemari, entah karena berubah pikiran atau ada halangan aku tidak tahu", lapor Nyai Landhep tentang pekerjaan nya.

Hemmmm...

" Sampai saat ini, jumlah pengikut kita berjumlah sekitar 800 an orang. Jumlah ini masih kurang dari cukup untuk memulai rencana kita memberontak terhadap Bhre Kertabhumi Dyah Sindupati. Jika, memaksakan diri untuk bergerak, malah akan menjadi senjata makan tuan bagi kita.

Apa yang mesti kita lakukan sekarang untuk bisa segera bergerak? Aku khawatir jika kita tidak segera bergerak, Bhre Kertabhumi Dyah Sindupati akan mencium rencana kita dan mengirimkan pasukan nya kemari, aku ragu kita akan bisa bertahan dari serangan ini..", ujar Mahesa Sura mengungkapkan semua isi hati nya.

Semua orang yang ada di tempat itu terdiam mendengar keluh kesah Mahesa Sura. Ternyata mengumpulkan kekuatan membutuhkan banyak usaha keras dan juga waktu yang lama.

"Nimas Dewi Jinggawati, apakah tidak bisa meminta bantuan dari romo mu? "

Suara Resi Agastya ini sontak membuat semua orang seperti tersadar dengan kehadiran Dewi Jinggawati. Kesemuanya termasuk Mahesa Sura sendiri langsung mengalihkan pandangannya pada perempuan cantik itu.

"Aku tidak tahu apa Romo Bhre Pandanalas bersedia ikut membantu tetapi aku bisa mencoba untuk meyakinkannya", jawab Dewi Jinggawati yang membuat semua orang menarik nafas lega.

" Kalau begitu tunggu apa lagi...? ", Mahesa Sura segera bangun dari tempat duduk nya dan memegang tangan Dewi Jinggawati.

" Semuanya tolong jaga Kampung Widas tetap aman sampai aku kembali dari Pandanalas. Aku pamit... "

Setelah berkata demikian, Mahesa Sura menjejak tanah kuat-kuat sambil memegang tangan Dewi Jinggawati. Lalu dalam sekejap mata tubuh keduanya melenting tinggi ke angkasa dan menghilang dari pandangan mata semua orang, meninggalkan Rakai Pamutuh, Cempakawangi, Tunggak dan Resi Agastya di tempat itu.

"Kadang aku lupa bahwa Raden Mahisa Danurwenda adalah seorang pendekar yang berilmu tinggi... ", gumam Nyai Landhep yang membuat Resi Agastya manggut-manggut setuju.

"Eh Resi Tua, aku penasaran bagaimana kau bisa sangat akrab dengan Si Sura?

Kau ini berilmu tinggi atau pintar bersilat lidah saja? Setahu ku, Si Sura tidak gampang akrab dengan orang baru dan kau langsung diperkenalkan sebagai orang yang di hormati. Jampi-jampi apa yang kau pakai? ", Tunggak yang dari tadi diam saja langsung bicara dengan nada sinis pada Resi Agastya.

" Hehehehe...

Aku tak punya itu semua Kisanak. Tetapi aku bisa sedikit meramal masa depan. Mungkin karena itu Raden Mahisa Danurwenda menghargai ku", balas Resi Agastya sambil tersenyum tipis.

"Oh jadi kau tukang ramal ya? Hehe menarik..

Kalau begitu coba ramal masa depan ku Resi Tua. Kapan aku menikah dan punya anak berapa? Kelak aku jadi apa? Tetap begini begini saja atau ada perubahan? ", berondongan pertanyaan terlontar dari mulut Tunggak.

Resi Agastya memejamkan matanya sebentar sebelum menatap Tunggak dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sebentar kemudian ia tersenyum penuh arti.

" Sedikit bocoran saja tentang masa depan mu, Kisanak. Kau akan menikah dengan seorang janda beranak dua.. "

HAAAAHHHHHHH??!!!

******

Di Istana Pandanalas, sang raja Mandala Pandanalas yang bergelar Bhre Pandanalas Dyah Suraprabhu sedang duduk di singgasana nya mendengarkan laporan para bawahannya. Lelaki paruh baya ini nampak serius mendengar laporan yang diberikan kepada nya.

Tetapi belum sempat ia menanggapi laporan dari Juru Cangkring tentang pembangunan saluran air di salah satu lahan pertanian yang menjadi lumbung pangan Pandanalas, tiba-tiba..

Jlleeeeeggggggg!!!

Suara keras seperti orang jatuh dari ketinggian terdengar di halaman Pendopo Agung Pandanalas. Belum hilang rasa keterkejutan semua orang, seorang perempuan yang sangat dikenali oleh Bhre Pandanalas Dyah Suraprabhu berlari mendekati singgasana sambil berkata,

"Romo, aku pulang... "

1
Ali Gilih
sabar dulu kang ebeezz..
Windy Veriyanti
makin seru aja nih ceritanya 👍
dibikin series kolosal pasti bagus
saniscara patriawuha.
coba pake WA cepet nyampe tuhhh surat...
Muhammad Haidir
perang perang tumpas seluruh prajurit kertabuhumi yg datang ke wilanggan jangan sisakan satu pun . /Panic//Panic//Panic//Panic/
Rafly Rafly
daya juga udah menggerakkan jari buat komentar../Grin/
Camad Pener
wah jadi perang nih antara wilangan dengan anjuk ladang seru nih...
rajes salam lubis
mantap abiieezzz
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya bang Rajes🙏🙏 😁😁
total 1 replies
y@y@
⭐👍🏿💥👍🏿⭐
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya kak Yaya 🙏🙏😁😁
total 1 replies
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
Tarun Tarun
SDH ku duga bahwa kmampuanya hanya s
Ebez: hehehe ya memang segitu aja Bang Tarun🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Ali Gilih
selalu mendukungmu kang ebeezz..
Ali Gilih
sangat bagus sekali
Noni Mdp
mantap thoorr
Abdus Salam Cotho
target selanjutnya 💪💪💪
Ebez: menahan serangan Kertabhumi bang Abdus 🙏🙏😁😁
total 1 replies
saniscara patriawuha.
wessss kelemmmm gajahhhh mungkurrrnyaaa......... dadiii wadukkkkk....
Ebez: wkwkwk beda penafsiran kang Saniscara🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Adi Dwiyono
gajah Mungkur ini ternyata penjahat ya....kenapa di zaman sekarang malah di jadikan nama bendungan besar...
Ebez: beda orang beda cerita ya bang Adi 🙏🙏😁😁
total 1 replies
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Akhirnya sampai juga beritanya ke Gajah Mungkur, bakal adu strategi perang nih 😁
Ebez: hehehe iya tuh Bang Joe 😁😁
total 1 replies
Thomas Andreas
mantaap
Thomas Andreas
gagal deh tunggak
Muhammad Haidir
waduh gajah Mungkur ini kayak nya masih dua pupu sama gajah Mada dua mamak dua bapak kayak nya .pasti bapak nya laki laki. dan mamak nya perempuan ini .ya dak kang ebes/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Sleep//Sleep//Sleep/
Ebez: wkwkwk nama gajah dalam masa itu digunakan untuk para pejabat tinggi suatu pemerintah, jadi meskipun bukan satu keluarga tetapi nama gajah akan di sandang Bang Haidir😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!