Istri Kedua Suamiku

"Sial, aku harus bagaimana," kesal Roki.

Roki melupakan keluarganya yang berada di kampung, karena selama ini Zahra yang selalu memberikan uang untuk orangtuanya, dan adiknya sekolah.

 "Roki," panggil Lilis, sang ibu Roki.

"Ibu, kenapa ibu berada disini?" tanya Roki,

"Dan ibu tahu dari mana alamat kontrakan aku?" lanjut Roki.

"Ningsih yang memberikan alamat tempat tinggalmu," jawab Lilis.

"Ningsih, memangnya kalian bertemu dimana?" tanya Roki heran.

"Ceritanya rumit, tapi ibu melihat Ningsih dengan laki-laki tua," jawab Lilis,

"Apa kalian sudah bercerai?" tanya Lilis lagi.

"Kalo sama Zahra, aku sudah bercerai, tapi dengan Ningsih belum," jawab Roki.

"Apa!" kaget Lilis.

"Ayo masuk kedalam, biar aku ceritakan dengan kalian," ajak Roki.

Lilis bersama Elsa, anak bungsunya. Karena Lilis tidak berani ke kota sendiri.

 "Silahkan kalian duduk," titah Roki.

"Jelaskan dengan ibu, kenapa bisa kamu bercerai dengan Zahra?" tanya Lilis penasaran.

"Aku ketahuan kalo selingkuh dengan Ningsih, lalu Zahra meminta cerai," kata Roki menundukan kepalanya.

"Bodoh!" kesal Lilis,

"Seharusnya yang kamu buang itu Ningsih, bukan Zahra. Karena, Zahra sumber uang kita," lanjut Lilis, memasang wajah kesal.

"Aku sudah mencoba mempertahankan Zahra, bu. Tapi Zahra tetap kekeh dengan keputusannya," ujar Roki.

"Ya iyalah, untuk apa kak Zahra mempertahankan laki-laki modelan kakak, sudah numpang hidup, mana belagu," celetuk Elsa.

"Diam kamu dek, toh selama ini kamu menikmati uangnya," kesal Roki.

"Aku tidak pernah meminta uang kepada kak Zahra!" jawab Elsa.

"Sudah sudah, kalian jangan bertengkar, seharusnya kalian memikirkan bagaimana caranya supaya Zahra kembali ke keluarga kita," sahut Lilis.

 Lilis tidak mau melepaskan ATM berjalannya, karena selama ini Zahra yang sudah memenuhi kebutuhan gaya hedon Lilis.

"Kamu harus cari cara Roki, supaya bisa kembali dengan Zahra," ujar Lilis.

"Aku sedang berusaha bu, tapi Zahra tetap menolak aku," jawab Roki.

 "Elsa, kamu bantu rayu supaya kakak iparmu kembali," kata Lilis.

"Aku tidak mau bu, aku merasa bersalah kepada kak Zahra, karena tidak memberitahu kebusukan kak Roki," jawab Elsa,

"Lebih baik aku tidak kuliah, daripada harus memanfaatkan kebaikan kak Zahra," lanjut Zahra.

 "Elsa!" bentak Lilis.

"Sudah bu, aku tidak mau!" kekeh Elsa dengan pendiriannya.

 "Susah susah ibu menyekolahkan kamu, kamu malah jadi anak pembangkang!" kesal Lilis.

Elsa tidak mau berdebat, dia langsung meninggalkan kontrakan kakaknya.

"Aku harus menemui kak Zahra," batin Elsa.

 Elsa memesan taxi online, guna untuk mengantarkan dirinya sampai ke rumah Zahra.

 Setelah satu jam lamanya, Elsa sampai kerumah mewah milik orangtua Zahra.

 Elsa menekan bel rumah itu.

"Sepertinya rumah ini sepi," batin Elsa.

Karena tidak ada satu orang pun keluar dari dalam rumah, Elsa berniat akan pulang lagi.

"Maaf, mau bertemu dengan siapa?" tanyanya.

"Saya kira tidak ada orang, soalnya rumah ini sangat sepi," ujar Elsa.

"Oh iya, memang penghuni rumah ini akan segera pindah," jawabnya.

"Maaf mbak, saya ingin bertemu dengan kak Zahra," ucap Elsa.

"Kamu tunggu disini sebentar, saya akan menemui nona Zahra," katanya.

Cukup lama Elsa menunggu asisten rumahtangga itu..

"Silahkan masuk kedalam, nona Zahra sudah menunggu didalam," katanya.

Elsa mengangguk, lalu dia mengikuti asisten rumahtangga itu kedalam.

 "Elsa," panggil Zahra.

"Kak Zahra."

Elsa langsung memeluk Zahra dengan penuh haru, setelah sekian lama tidak bertemu.

"Kakak apa kabar?" tanya Elsa.

"Kakak baik, kamu bagaimana?" tanya Zahra lagi.

"Aku baik kak," jawab Elsa.

Setelah Zahra melepaskan pelukan Zahra, Elsa baru sadar kalo perut Zahra sudah mengecil.

"Kak, kakak sudah melahirkan, kapan?" tanya Elsa.

"Sudah tiga minggu," jawab Elsa.

"Boleh aku lihat keponakan aku?" tanya Elsa.

"Boleh, ayo ikut kakak ke kamar," ajak Zahra.

 Dengan perasaan haru, Elsa menatap keponakannya yang baru saja lahir.

"Perempuan atau laki-laki kak?" tanya Elsa.

"Laki-laki, namanya Kenzo," jawab Zahra.

 Karena Kenzo sedang tidur, Elsa tidak menggendongnya.

"Kak, aku mau minta maaf," ucap Elsa tiba-tiba.

"Minta maaf apa?" tanya Zahra bingung.

"Aku baru tahu kalo kaka dengan kak Roki sudah bercerai, karena aku dengan ibu baru saja sampai ke sini," ucap Elsa,

 "Apa kalian benar-benar sudah bercera?" tanya Elsa memastikan.

Zahra hanya menghela napas, sebenarnya dia tidak mau mengingat kejadian yang sudah berlalu.

"Iya kami sudah resmi bercerai," jawab Zahra.

"Setahun yang lalu, aku di bungkam sama mereka kalo aku mengatakannya dengan kakak, aku akan diberhentikan sekolah, aku benar-benar minta maaf kak," ucap Elsa.

"Maksud kamu apa, Elsa?" tanya Zahra bingung.

 "Saat kak Roki menikah dengan mbak Ningsih, aku sebenarnya ingin sekali memberitahu kakak, tapi aku di ancam," jawab Elsa menundukan kepalanya.

"Jadi, mereka sudah menikah selama setahun?" tanya Zahra, karena Zahra tidak mencari tahu, kapan Roki dengan Ningsih menikah.

"Iya kak."

"Kakak ingat ngak dulu, saat ibu dan kak Roki mengatakan kalo ada acara keluarga, padahal itu pernikahan mereka, bukan acara keluarga," ucap Elsa.

Mendengar ucapan Elsa, Zahra mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Sudahlah, kakak tidak mau mengingatnya lagi," kata Zahra.

"Maafkan aku kak," ucap Elsa lagi.

"Sudah, kamu jangan minta maaf mulu, karena kamu tidak salah. Yang salah itu kakak kamu, bukan kamu," ujar Zahra tersenyum.

Elsa mengangguk pelan.

"Maaf kak, kalo aku bertanya sesuatu," kata Elsa.

"Apa?"

"Katanya orang rumah ini akan pindah, kakak mau pindah ke mana?" tanya Elsa.

"Aku tidak tahu akan pindah kemana, karena itu ajakan orangtua aku," jawab Zahra.

 "Kakak tidak akan melupakan aku kan?" tanya Elsa.

Zahra tersenyum menatap Elsa, sejak menikah dengan Roki, hanya Elsa yang selalu bersikap baik dengannya.

"Kamu sudah aku anggap adik sendiri," ujar Zahra.

Elsa langsung memeluk Zahra, karena Elsa menganggap Zahra bukan hanya sekedar kakak iparnya.

"Ibu dengan kak Roki akan melakukan segala cara, supaya kakak kembali, aku harap kakak hati-hati," ucap Elsa.

 "Kamu tenang saja, mereka tidak akan melukai kakak," jawab Zahra tersenyum.

"Aku khawatir dengan keselamatan kakak," kata Elsa.

Zahra meyakinkan Elsa, kalo dirinya akan aman.

"Lalu, bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Zahra.

"Aku tidak mau melanjutkan kuliah kak, aku mau mencari kerja saja," jawab Elsa.

"Loh kenapa?" tanya Zahra.

"Ngak apa-apa kak, cuman aku mau mencari pengalaman saja," jawab Elsa.

 "Kalo kamu butuh apa-apa, kabari aku," kata Zahra.

Disela-sela perbincangan mereka, suara Gunawan membuyarkan mereka.

"Zahra," panggil Gunawan.

"Iya pah?" jawab Zahra.

"Bersiaplah, kita akan pergi sekarang," kata Gunawan.

"Iya papah," jawab Zahra.

"Sebelum kakak pergi, boleh ngak aku meluk kakak?" tanya Elsa.

Zahra tersenyum, dia langsung memeluk adik iparnya.

"Aku akan merindukan kakak," ucap Elsa, menangis didalam dekapan Zahra.

***