Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.
Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.
Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.
"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.
Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”
Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.
Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Pulang
Adriella terduduk di tepi ranjang, tubuhnya masih diselimuti jas milik Zehan. Tangannya menggenggam erat kain itu, seolah hanya kain itu yang menjaga dirinya tetap utuh saat ini. Detak jantungnya belum juga melambat, dan pikirannya dipenuhi oleh rasa takut, marah, malu, semuanya bercampur menjadi satu.
Air mata menggenang di matanya. Bukan hanya karena trauma dari nyaris dilecehkan oleh Bara, tapi juga karena rasa bersalah. Ia merasa kotor, meskipun belum disentuh. Ia merasa lemah, meski ia sudah berusaha menolak dan melawan.
Langkah kaki Zehan mendekat pelan.
"Saya sudah mengunci pintunya," ucapnya lirih, seolah tak ingin menambah beban. "Kamu aman sekarang."
Adriella mengangguk pelan, menatap ke bawah. "Maaf," bisiknya.
Zehan mengernyit. Ia berjongkok di hadapannya, menatap langsung ke wajah Adriella. "Maaf? Untuk apa kamu minta maaf?"
"Karena membuatmu harus menyelamatkanku. Karena saya membawa kamu ke dalam semua kekacauan ini."
Zehan menggeleng pelan, lalu menghela napas. Tangannya terulur, tapi berhenti di udara, menunggu persetujuan.
Saat Adriella tak menolak, ia menggenggam tangan gadis itu perlahan.
“Kamu tidak membawa saya ke mana-mana. Saya yang memutuskan ada di sini. Dan saya akan tetap di sini, selama kamu mengizinkan,” katanya, suaranya dalam dan tulus.
Keheningan menggantung beberapa detik. Adriella menatap mata Zehan, dan untuk pertama kalinya, ia melihat sesuatu yang berbeda di sana bukan sekadar kepura-puraan sebagai suami kontrak, tapi ketulusan yang tak bisa dipalsukan.
Sebuah jeda berlalu, sebelum akhirnya Adriella bersuara lirih, “Saya takut, Zehan.…”
“Tak perlu takut. Saya ada,” jawabnya pelan, penuh keyakinan.
Tangis Adriella pecah dalam diam. Ia membenamkan wajahnya ke dada Zehan, membiarkan rasa sesak dalam hatinya keluar, tanpa kata-kata.
Dan untuk malam itu, dalam dekapan seseorang yang ia anggap asing di awal, Adriella merasa sedikit lebih kuat. Setidaknya, ia tahu kini ada seseorang yang tidak akan membiarkannya terjatuh sendirian.
🍁🍁🍁
Bara berjalan cepat di lorong hotel, wajahnya memerah oleh kemarahan dan harga diri yang tercabik. Pintu kamar yang sempat ia dobrak kini tertutup rapat, dan rasa malu yang menghantuinya jauh lebih menyakitkan dari bentakan Zehan.
Dia menendang dinding lorong pelan, lalu mengumpat pelan. Tidak ada yang melihatnya, semua tamu sibuk menikmati pesta pernikahan di ballroom. Tapi Bara merasa kalah. Untuk pertama kalinya, Adriella benar-benar membuatnya merasa seperti pecundang.
"Siapa sih dia sebenarnya?" gumamnya kesal. "Cuma tukang bangunan tapi bisa menghalangi gue?"
Ia menggenggam ponselnya, membuka aplikasi pesan dan mengetik sesuatu, namun kemudian menghapusnya lagi. Ia hendak melaporkan kejadian tadi kepada ibunya, Rika, tapi ada rasa takut kalau sang ibu justru akan menyalahkannya karena gegabah.
Bara mendengus. Pikirannya penuh dengan rasa dendam.
"Aku enggak akan diam. Dia harus tahu siapa yang lebih pantas buat Adriella."
Ia melangkah menuju lift. Di sana, ia melihat kerabat jauh keluarga sedang bercanda dengan beberapa pria muda. Bara berhenti sejenak, memasang senyum tipis, berpura-pura santai. Tapi pikirannya tak tenang.
Satu ide mulai terbentuk di kepalanya, bahwa jika dia tidak bisa mendapatkan Adriella dengan cara biasa, maka dia akan menyingkirkan orang yang sekarang berada di sisinya. Zehan harus pergi. Dan kali ini, Bara tak akan main kotor secara fisik. Ia tahu jalan lain. Jalan yang bisa membuat seseorang hancur secara perlahan.
"Aku akan buat dia kelihatan bukan siapa-siapa," katanya pelan, sambil menyipitkan mata penuh niat jahat.
🍁🍁🍁
Musik lembut mengalun di aula pesta yang megah. Kilau lampu gantung kristal memantul di lantai marmer, menciptakan suasana yang mewah dan meriah. Tamu-tamu berdatangan dengan busana elegan, menyatu dalam pesta pernikahan yang penuh senyum dan doa.
Adriella melangkah pelan di samping Zehan. Masih mengenakan dressnya meski kotor menggunakan jasa Zehan sebagai penutup. Meski dadanya masih terasa sesak oleh kejadian di kamar hotel tadi, ia menegakkan kepala. Di sisinya, Zehan berdiri tegap, sorot matanya tenang, memberi kekuatan diam-diam untuk Adriella.
Mereka berjalan ke pelaminan dan menyapa kedua mempelai dengan senyum ramah.
“Selamat atas pernikahannya,” ucap Adriella dengan nada sopan.
“Terima kasih,” balas sang pengantin perempuan dengan senyum bahagia.
Zehan mengangguk, tak berkata banyak.
"Selamat ya, Kak Nin. Happily ever after," kata Alessia tersenyum cerah.
"Terima kasih, Alessia. Ngomong-ngomong selamat atas kesembuhan kamu. Maaf ya aku gak pernah jenguk." Pengantin permpuan memegang tangan Alessia dengan hangat.
"Ya. Gak apa-apa kok, Kak Nin. Aku tahu Kakak lagi sibuk buat persiapan pernikahan."
Setelah turun dari panggung Alessia menghampiri Adriella. "Kak, aku tidak akan pulang malam ini. Kak Rani mengajak aku tinggal bersamanya malam ini," ucapnya dengan nada memohon.
"Baiklah. Tapi, kamu harus jaga diri dan kabari Kakak kalau ada apa-apa." Adriella mengangguk setuju tak kuasa menahan permintaan adiknya.
"Tentu. Kakak yang terbaik." Alessia memeluk Adriella mengungkapkan kebahagiaannya.
Setelah berbasa-basi sebentar dengan tamu lain, Adriella menyentuh lengan Zehan pelan. “Kita pulang sekarang.”
Zehan mengangguk dan tanpa berkata apa pun, langsung menggenggam jemari Adriella. Tangannya hangat. Genggaman itu tak terlalu erat, tapi cukup untuk membuat jantung Adriella berdetak tak karuan. Saat keluar, Zehan membukakan pintu mobil untuknya dengan tenang. Adriella sempat merasa gugup saat duduk, menyadari bahwa semua perlakuan Zehan selama ini terasa sangat nyata. Padahal mereka hanya pasangan palsu.
Dari arah tangga hotel, Bara memandangi mereka dengan rahang mengeras. Tatapannya menusuk saat melihat bagaimana Zehan memperlakukan Adriella dengan perhatian seperti itu. Ia mengepalkan tangan. Bagaimana bisa Adriella lebih memilih tukang konstruksi itu daripada dirinya?
Di dalam mobil, perjalanan terasa lebih hening dari biasanya. Adriella menatap keluar jendela, menghindari kontak mata dengan Zehan. Tapi hatinya justru berisik.
Setibanya di rumah, suasana sepi dan gelap. Mereka langsung masuk ke kamar tanpa banyak bicara.
Adriella langsung mengambil pakaian dari lemari dan menuju kamar mandi, sementara Zehan bersandar di dinding, memperhatikannya sibuk.
Zehan yang baru saja selesai mandi memasuki kamar dan melihat Adriella sudah berbaring di atas tempat tidur menghadap ke dinding. Zehan tidak tahu dia benar-benar tertidur karena kelelahan atau hanya berpura-pura.
Zehan melangkah maju, mengangkat selimut, dan naik ke tempat tidur dengan pelan takut membangunkan Adriella di sampingnya. Semenjak Alessia keluar dari rumah sakit, Zehan yang dulu tidur di lantai harus tidur di atas ranjang bersama Adriella. Semuanya hanya agar Alessia tidak curiga pernikahan mereka palsu.
Zehan berbalik menghadap punggung Adriella dan diam-diam mengulurkan tangannya memeluk pinggang ramping gadis itu. Dia bisa merasakan tubuh gadis itu kaku sejenak yang artinya dia belum tertidur, namun Adriella tidak membuang tangannya seperti kesepakatan diam-diam.
Dengan helaan napas pelan Zehan langsung menarik Adriella lebih dekat hingga punggungnya menyentuh dadanya. Ini pertama kalinya keduanya tidur dalam posisi ini, Zehan memeluk Adriella.
Malam itu, keduanya terdiam lama. Tak perlu banyak kata, perasaan yang samar-samar mulai muncul perlahan yang berbicara sendiri.
Dan keduanya tahu meski ini pernikahan palsu, tapi luka, perlindungan, dan kebersamaan yang mereka alami perlahan membentuk sesuatu yang jauh lebih nyata.
biar tahu kelanjutannya
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...