Riski adalah pria yang problematik. banyak kegagalan yang ia alami. Ia kehilangan ingatannya di kota ini. Setiap hujan turun, pasti akan ada yang mati. Terdapat misteri dimana orang tuanya menghilang.
Ia bertemu seorang wanita yang membawanya ke sebuah petualangan misteri
Apakah Wanita itu cinta sejatinya? atau Riski akan menemukan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apakah ia menemukan orang tuanya?
Ia pintar dalam hal .....
Oke kita cari tahu sama-sama apakah ada yang mati saat hujan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dranyyx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Apakah kehilangan lagi?
Kejadian ini seperti tak asing bagi Riski. Tepat empat belas tahun yang lalu, kejadian serupa menimpa Riski kecil. Anak sepuluh tahun itu harus menelan pahitnya kenyataan. ketika hari bahagia saat bersama kedua orang tua dan adik kesayangannya itu, berubah menjadi suasana kelam .
Saat ia sekeluarga berada di tempat wisata, ketika tiba saatnya untuk beranjak pulang, Riski kecil pergi ke kamar kecil. Tiba-tiba, saat ia kembali. Mereka bertiga tak ada di tempat. Setidaknya hanya itu yang ia ingat, sebelum akhirnya ia terbangun di sebuah rumah sakit. Dan disitulah ia bertemu dengan malaikat penolongnya, nenek Rita. Ia tinggal bersama nenek Rita. Seorang pemilik toko buku tua yang eksentrik. Ia memiliki hobi mengoleksi buku novel detektif—Buku Sherlock Holmes. Selain itu ia juga memiliki buku psikologi dan buku-buku misteri lainnya.
-------------------
Suara sirine ambulan menggemuruh mewarnai malam itu. Wajah Riski tampak pucat, pupil mata Riski membesar seraya terus fokus menerawang lokasi kejadian itu. Ia mendorong warga yang menghalanginya. " Awas .... awas... Tolong minggir. "
"Wehhhhh siapa disini yang kenal atau ada sanak saudaranya di sini? " teriak seorang pria yang mencoba menolong"
Ketika Riski tiba, ia pun terdiam dengan tatapan kosong. Tak ada satu kata pun yang terucap. Wajah itu, pakaian itu,
"Elsa .......,.!!! ". Ia tanpa pikir panjang berlari, didekapnya Elsa.
"Elsa, jawab aku Elsa ." Riski menepuk wajah Elsa yang terlihat pucat. Dipeluknya erat-erat. Air mata Riski tak terbendung. Ia menangis sejadi-jadinya . Aroma tubuh Elsa tertancap kuat dalam kepala Riski. Ia membelai rambut Elsa dengan pelan. "Elsa.. Jawab aku. Tolong jawab "
Elsa yang masih memiliki sedikit kesadaran. Ia menatap wajah Riski dengan dalam. Mata Elsa menyipit. Ia tersenyum tipis. " Selamat ulang tahun Riski. " Ucap Elsa dengan lirih.
"Iya Elsa... Maafkan aku.. maaf ". Air mata Riski jatuh di pipi Elsa.
"Maaf belum jadi yang terbaik.." Tangan Elsa yang lemah membelai pipi Riski —dan menyeka air matanya. Tak lama kemudian, tangan Elsa jatuh ke tanah. Matanya pun terpejam dan tak ada ucapan apa-apa lagi dari mulut Elsa.
Riski menangis lagi. Ia memeluk tubuh Elsa kuat-kuat "Elsa jangan pergi.. tolong... ".
"Pak sudah pak.. lepaskan dia dulu . " Petugas medis menarik tangan Riski. Mereka melepaskan dekapan Riski dari Elsa.
Crakk... Terlihat pada petugas membuka pintu ambulance dan mengeluarkan tandu. Elsa pun di naikkan ke tandu dan di bawa masuk ke ambulan.
Didalam ambulance, Riski duduk sembari terus memegang erat tangan Elsa. Dan ketika sampai di rumah sakit terdekat, orang tua Elsa tiba setelah beberapa lama.
Didepan Ruang UGD terlihat di dalam ayah dan ibu Elsa menatap kosong. Riski hanya bisa mondar-mandir.
Trak .... pintu kamar terbuka. Ayah dan ibu Elsa keluar dari kamar itu dengan tatapan murung. Sesekali ibunya menyeka air matanya. "Nak Riski, Elsa telah tiada . Ini bukan salah kamu, sudah takdir dari yang kuasa kita. " Mereka pun berjalan pergi meninggalkan Riski. Tak tak tak .. Detak langkah kaki mereka menggemuruh di antara lorong - lorong rumah sakit.
Riski masih tak berkata apa-apa lagi. Ia kemudian pulang ke kosannya. Saat hari pemakaman, Riski tak hadir. Ia hanya duduk di dalam kamarnya. Tepat 3 hari setelah pemakaman Elsa, tiba-tiba ada seorang pria yang datang .
tok tok.. "Permisi, saya Aldo". Riski yang sedang meringkuk di atas kasurnya pun langsung berdiri. Ia menuju arah pintu. menatap tajam kearah luar kaca pintunya yang kecil. Ia gunakan kaca itu untuk mengintip sesuatu yang ada di luar.
"Ohh iyaaa. Tunggu saya bukakan pintu. " Ia langsung membuka pintu itu. Matanya menatap tajam ke arah Aldo. Riski tak bergeming sedikitpun. Aura sinis yang luar biasa kuat membuat Aldo merinding bak di tatap oleh setan.
"Ada apa kamu kemari? ".
"Maaf terlambat, ini ada kotak titipan dari Almarhum Elsa. Di dalam itu ada surat juga. Maaf yah kasih kejutannya agak terlambat. Emm.. Saya juga ikut berduka dengan kejadian yang menimpa Elsa. Sehari sebelum kejadian saya di minta untuk menemaninya, kami mencarikan hadiah ulang tahun untuk kamu. Dan tak kusangka ternyata kotak ini adalah hadiah terakhir dari dia"
Riski terdiam. Ia terkejut bak di sambar petir. "Maksudnya dia itu... " Riski tak melanjutkan ucapannya. "Oh iya terimakasih banyak yah ". Ia mengambil Kotak itu.
"Baiklah kalau begitu saya pamit pulang dulu ya ". Aldi pun meninggalkan kosan Riski. Brummm.. Terdengar suara motor Aldo yang segera meninggalkan tempat itu.
Riski terdiam kembali. Ia berjalan mendekati meja kerjanya. Kotak itu ia simpan di atas meja. Hatinya bertanya kira-kira kotak ada itu?. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetaran saat menyentuh kotak itu kembali yang sudah berada di atas meja. Dibukalah kotak itu pelan -pelan. Kotak itu berukuran lumayan besar. Tapi, konyol sekali jika isinya hanya secarik kertas. Dan bobotnya lumayan besar.
Matanya melotot tajam. Ada secarik surat di dalamnya . Ketika ia mengambil surat itu, ternyata di bawahnya ada sebuah kaca pembesar, satu set mantel dan topi. Tapi yang membuat Riski senang sekaligus sedih ketika ia menemukan foto-foto lama mereka. Tak sampai disitu, ia juga menemukan korek api yang di lengkapi kompas.
Ia pun membuka surat itu dan membacanya. Deg-degan, darah yang mengalir kencang, nafasnya yang naik turun menghiasi malam itu.
"
Bau-bau
29 Juni 2024
Dear my honey. Riski Ananda.
Selamat ulang tahun yang ke 24 sayang. Semoga apa yang kamu inginkan tercapai. Maaf ini kan surprise jadi kamu tidak aku ajak. Takutnya kamu tahu isi kadoku hehe. Oh iyaa lagii.. Semoga kamu bisa mengajak aku untuk meneliti misteri -misteri itu meski aku tidak tahu apa itu. Semoga nanti klau bisa luangkan waktu lebih untuk aku yahh.. Jangan lupa di pakai. Nanti kalau kamu sudah buka kita pergi jalan-jalan yahh . Pakaiannya harus dan wajib sekali untuk kamu kenalan. Biar keren..
Penuh cinta...
TTD : Elsa Tariani. "
Air mata Riski tumpah sejadi-jadinya, membasahi kertas itu . Tak berselang lama ia pun duduk dengan tatapan kosong. Tak ada arah pasti dimana matanya memandang. Ia pun membakar sebatang rokok. Asapnya mengepul mengisi seisi ruangan. "Ini salahku... !!! " Tangannya menggebrak meja itu plakk... Beberapa barang di atas meja langsung terhambur.
"Ini salahku.. seandainya aku tau itu akan terjadi, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu. Kenapa... kenapaa.......!!?"
Ia berteriak sejadi-jadinya.
Tak lama hujan turun lagi malam itu. Derasnya hujan mengguyur kota itu. Riski dengan dada yang sesak. Nafasnya yang tak stabil— dan tangannya gemetaran. " Ah shit menn.. "
Ia keluar di luar . Hujan membasahi sekujur tubuhnya. Entah mengapa dinginnya hujan tak terasa. Ia berdiri di depan kosannya. Tak bergeming, tak melakukan apapun. Ia hanya berdiri dan mematung.
Hujan deras itu mengisahkan kepedihan yang ia rasakan.
- Hargai selagi ada, karena yang pergi tak akan bisa kembali -