Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 9
Wanita yang tinggi putih itupun bergelayut pada tangan Adi saat keluar dari lobi hotel. Parasnya memang cantik namun hanya cantik dari makeup. Karena terlihat makeupnya sangat tebal.
"sayang, aku mau ini", sambil menunjuk kearah ponselnya. Yang ada gambar tas dengan harga yang fantastis, dan merupakan keluaran terbaru.
"wow, ini kan mahal sayang. Gini aja, aku kan sudah resmi jadi manager dan bonus aku pasti tambah gede. Bonus bulan ini buat beli tas untuk kamu ya. Tapi sabar ya", ucap Adi sambil mencium kening wanita itu.
Mobil yang digunakan oleh Adi sebenarnya juga hanya fasilitas kantor. Yang dia punya hanyalah motor matic merk xxx keluaran lama. Namun dia tak pernah membawa mobil kantor kerumah, takut jika Tasya tahu kalau dirinya sudah naik jabatan.
"oh iya, kapan sih kamu kenalin aku sama istrimu yang lusuh itu? Terus kamu ceraikan dia dan nikah deh sama aku", tanya Salsa wanita yang selama ini membuat dia menduakan istrinya.
"emm, kamu sabar ya sayang. Aku masih cari waktu yang tepat, aku juga kan baru naik jabatan. Tunggulah beberapa bulan lagi, pasti aku nikahin kamu. Apalagi kamu pinter banget puasin aku selama ini", jawab Adi sambil mencubit manja dagu Salsa. Padahal lain di mulut lain dihati.
(haduh maaf ya Salsa, aku gak ada niatan menceraikan Tasya. Karena sesungguhnya aku sangat mencintainya tapi dihatiku juga ada kamu. Kalau bisa dua kenapa harus satu. Karir kamu juga bagus, dan jago juga mainnya. Sedangkan Tasya entah kenapa dia tak pernah bisa mengimbangi mainku. Tapi jujur saja, punya Tasya lebih s*mpit dan mengg*git. Sedangkan punyamu longgar sekali tapi mainmu luar biasa. Sampai aku tak ingin menyudahinya), batin Adi dengan pikiran jahatnya.
Sementara itu ditempat lain Mila menjelaskan bagaimana menjadi seorang penulis novel online yang sedang populer.
"Gimana Sya bisa kan? Halah kamu kan dari jaman SMP, SMA, sampai kuliah suka banget bikin karangan cerita. Bahkan dulu nilai bahasa Indonesia kamu paling tinggi. Pasti bisa dong?" tanya Mila sambil menaikkan kedua alisnya berulang kali.
"Mil, aku sih bisa. Tapi masalahnya aku pakai apa? Ponsel aja dijual sama mas Adi", jawab Tasya.
"tapi mau kan buat novel?" tanya Mila sekali lagi. Dan Tasya pun mengangguk. Mila sangat senang mendengar ucapan Tasya.
"ini buat kamu, kemarin pulang ngaterin kamu aku izin sama suamiku buat beliin kamu ponsel. Dan aku ceritain semua tujuanku buat kamu, dan suami aku setuju", ucap Mila.
"hah... Serius? Tapi kok bisa langsung setuju?" tanya Tasya.
"Iya, aku udah cerita semua kebaikan kamu sama keluargamu. Karena kalian aku bisa lulus kuliah, dan aku kerja bagus sampai akhirnya aku ketemu sama suamiku", jawab Mila dengan cerita lengkapnya.
Mendengar jawaban Mila, Tasya langsung memeluknya. "Mil, sumpah demi apapun ternya masih ada orang baik kayak kamu didunia ini. Aku janji kalau aku sukses bakalan traktir kamu apapun yang kamu mau".
"Gak ah Sya, tapi kalau ditraktir ketoprak tiga porsi langganan kita pas kuliah sih aku mau", ujar Mila.
"jangankan ketoprak tiga porsi, segrobak grobaknya pun boleh Sya. Aku janji bakalan berusaha semaksimal mungkin buat cerita yang menarik. Aku juga punya rencana Mil, biar pendapatanku nanti gak diketahui suamiku sama keluarganya", kata Tasya berkata serius.
"Itu sih terserah kamu Sya, aku cuma bisa berdoa dan mendukung kamu", sahut Mila. Dan sekali lagi Tasya memeluk Mila sangat erat.
......................
Dirumah bu Wiji dan Tika uring uringan karena melihat piring kotor yang menumpuk di dapur. Padahal itu adalah piring kotor milik merka berdua.
"haduh, punya menantu gak becus sama sekali. Sudah tau ada piring kotor tapi gak mau nyuci. Tasya..!!!" melengking suara bu Wiji.
"apa sih bu, teriak teriak. Si Tasya kan lagi pergi dari pagi tadi. Ibu lupa ya?" tanya Tika.
"astaga, ibu lupa kalau dia pergi. Sampai jam segini belum pulang? Memang menantu kurang ajar, istri durhaka. Suami kerja dia malah enak enakan pergi jalan jalan. Terus siapa yang mau cuci piring ini!" bentak bu Wiji.
"halah paling bentar lagi pulang dia bu, suruh aja nanti. Lagian dia juga gak ngapa ngapain kan. Enak banget mau pergi gitu aja", ucap Tika.
Tok tok tok... Suara ketukan pintu depan, "assalamualaikum".
"nah kan dia pulang bu, ayo kita kasih pelajaran", ucap Tika memancing bu Wiji.
"dasar menantu kurang ajar!" bu Wiji berjalan ke depan dengan penuh emosi.
Tasya heran melihat muka bu Wiji penuh emosi. Dan Tika dengan sengaja mencibir Tasya. "wah wah... Tuan putri sudah pulang. Lihat bu, dia habis belanja. Pasti uang dari mas Adi",
"kebiasaan.. ada salam tuh dijawab bukan mengomel duluan. Lagian ngapain sih Tik kamu sibuk banget sama urusanku. Aku mau belanja apapun itu bukan urusanmu, dan yang jelas ini bukan uang kakakmu, paham!" gertak Tasya.
"mau kemana main nyelonong aja", bu Wiji mencengkeram tangan tasya dengan sangat kuat.
"sakit bu, lagian siapa yang main nyelonong? Aku salam aja gak dijawab. Berarti kan gak ada orangnya. Yaudah mending aku masuk aja", ucap Tasya sambil menepis tangan bu Wiji.
"dasar menantu kurang ajar! Keluyuran dari pagi. Rumah dibiarin, banyak piring kotor numpuk. Siapa yang mau nyuci!"
Dengan tatapan sinis, Tasya mengerutkan dahi. "maaf ya bu, sedari pagi aku gak makan dirumah. Dan kalian lah yang makan tapi cuci piring pun gak sanggup? Tangan kalian masih normal loh. Jangan sampai tangan normal kalian dicabut nikmatnya sma Allah ya bu. Kan ada Tika dirumah, dia juga gak ngapa ngapain. Pengangguran kan? Ya udah suruh anak ibu cuci piring.", gertak Tasya.
"Tau makan tapi gak tau cuci piring dasar anak sama mak sama pemalasnya", gerutu Tasya sambil berjalan dan lalu masuk ke kamarnya.
"apa kamu bilang? Keluar kamu Tasya!"teriak bu Wiji sambil mengetuk dengan kuat pintu kamar Tasya.
"pakai palu sekalian... Biar jebol biar rusak!!" sahut Tasya dari dalam.
"udah lah bu nanti tangan ibu sendiri yang sakit. Terus aku makan pakai apa? Piringnya kotor semua", tanya Tika memelas berharap ibunya yang mencucikan piring.
"pakai daun! Cuci sendiri Tika, ibu malas mau marah marah lagi" balas bu Wiji yang kemudian meninggalkan Tika.
"ih kenapa jadi kayak si Tasya sih. Aku deh jadinya yang nyuci", gerutu Tika. Dengan malas terpaksa Tika harus mencuci piring piring kotor yang sudah menumpuk itu.
"wah... Tumben adik iparku rajin. Eh iya nitip satu ya adik ipar", ucap Tasya meledek sambil meletakkan satu gelas bekas minumnya.
"aarrgghh... Kurang ajar! Awas ya aku aduin sama kak Adi nanti lihat aja", gumam Tika.
Deru suara motor terhenti didepan. Adi sudah pulang dari kerja. Dia masuk kedalam rumah dan memasuki dapur. Melihat Tika yang sednag mencuci piring Adi pun heran.
"Tumben rajin banget? pantesan diluar gerimis", sindir Adi.
"ini gara gara istri kakak tuh! Kerjaannya keluyuran aja. Suruh cuci piring gak mau, dasar memang pemalas istrimu itu kak. Kenapa kakak gak ceraikan dia saja hah!" bentak Tika.
"bagus dong kalau kamu bantuin Tasya. jadi nanti pas kamu udah nikah bisa jadi menantu yang rajin. Sudahlah Tika, kakak malas mau berdebat sama kamu, capek baru pulang kerja. Tasya mana?" tanya Adi.
"gak tau, kan pemalas"
"ibu?"
"ibu dikamar istirahat"
Mendengar jawaban adiknya itu, Adi pun memutuskan masuk ke kamarnya. Karena makin lama kalau diladenin gak ada habisnya.
Cekrek, "eh sudah pulang mas", tanya Tasya sambil melipat mukena. Adi mengangguk.
"Sya buatin kopi dong, kamu udah gak marah lagi kan?" tanya Adi. Tasya hanya menggeleng dan tersenyum kecut.
Dalam hatinya, "aku harus baik baik dulu sama kamu mas. Biar gak curiga sama aku kalau aku punya pekerjaan sampingan. Kalau kamu tahu, pasti nanti kamu minta bagian dari aku".
...****************...