NovelToon NovelToon
Terpaut Cinta Suami Mama

Terpaut Cinta Suami Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arish_girl

Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hampir khilaf

Viona, bertahanlah!" teriakan Steven memecah keheningan, saat ia menyaksikan Viona yang tergantung di tepi jurang.

 Mata Viona terbelalak penuh ketakutan, suaranya gemetar, "Tolong aku!" 

Steven, yang sudah berada di tepi jurang, dengan sekuat tenaga meraih tangan Viona yang nyaris terlepas saat akar yang ia genggam putus tak kuat menahan bobot tubuhnya. 

Beruntung Steven tiba tepat waktu, sebab detik berikutnya, Viona bisa jatuh ke dasar jurang yang menganga itu.

 Dengan napas tersengal, Steven akhirnya berhasil menarik Viona. Tubuhnya gemetar, gadis itu langsung memeluk Steven seakan tak ingin melepaskan lagi. Air mata membasahi bahu Steven saat Viona menumpahkan ketakutannya dalam pelukan hangatnya. Steven membelai rambut Viona, bisikan lembutnya berusaha menenangkan, "Syukurlah kamu selamat. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika sesuatu menimpamu. Ibumu pasti akan sangat khawatir."

 Viona masih belum bisa berkata apa-apa, dia terisak dalam kesedihan dan trauma, masih merasakan dekap cemas kematian yang hampir saja menjemputnya. Ketakutan masih tergambar jelas di wajahnya, namun hadirnya Steven di sisinya memberinya sedikit keberanian. "Kita harus pergi dari sini," ujar Steven lembut, memberikan dukungan. 

Viona hanya mengangguk. 

"Ayo, aku akan membawamu pulang." Kata Steven. 

Dengan gerak cepat dan tegas, Steven menopang tubuh Viona, menariknya jauh dari bibir jurang yang mengancam. Mereka bergerak sinkron, seolah setiap langkah mereka terikat satu sama lain.

 Steven kemudian mengangkat Viona di bahunya, membawanya menuju mobil yang parkir tak jauh dari sana. Saat di mobil, Steven meletakkan Viona di kursi penumpang, di samping kemudi. Keduanya terhanyut dalam diam yang pekat, seolah setiap pikiran memerangkap kata-kata yang ingin terucap. 

Viona menoleh pada Steven yang tengah serius menatap jalan di depannya. Di lubuk hatinya, Viona terpenuhi oleh keinginan besar untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam. Namun, bibirnya terasa seperti tersegel, suaranya yang ingin keluar terkurung dalam diam.

“Kau baik-baik saja, kan?” tanya Steven, matanya sekejap berpindah untuk mencuri pandang kepada Viona yang masih kelihatan cemas. 

 Dengan anggukan kecil, Viona membalas, membiarkan matanya tetap terpaku pada pria di sampingnya. "tapi, aku harus mengabari teman temanku, aku takut mereka cemas." sahut Viona.

Steven mengangguk, kemudian melanjutkan kemudinya. "kita ke rumah sakit?" tanya Steven.

"tidak, aku tidak apa apa, antar aku pulang saja." sahut Viona.

Steven mengangguk, ia pun melanjutkan perjalanan tanp bicara lagi.

Hingga akhirnya mereka pun sampai di rumah dengan cepat

Steven turun dari mobil, lalu segera membuka pintu bagi Viona. Viona yang turun dengan perlahan, tubuhnya masih bergidik mungkin karena ketakutan yang baru saja melandanya. Tanpa menunggu kata tanya, Steven menggendong tubuh Viona.

Gadis itu terkejut, matanya membulat dan menatap ayah tirinya dengan intens, detak jantungnya berpacu cepat. Tiba-tiba, dua tangan Viona dengan lembut melingkar di leher Steven, mendekatkan diri kepadanya.

Steven membalas dengan senyuman lembut, matanya menangkap pandangan Viona. Ada getaran hangat yang merambat di antara mereka, saat jantung mereka seolah bertemu dalam satu irama.

Dada Steven memburu saat merasakan kelembutan dada Viona yang memadatkan diri di dadanya, sebuah hasrat tak terduga mulai terbangun di dalam dirinya. Tangan Viona yang memeluk lehernya dan tatapan mata yang menyatu menambahkan sensasi panas yang sulit diabaikan. Steven merasakan tiupan hangat dari hembusan nafas Viona menerpa wajahnya ada rasa nyaman yang tak terjelaskan saat memandang ke dalam mata anak tirinya itu.

Atmosfer di antara mereka terasa kian memanas, menciptakan ikatan yang tak hanya fisik, namun juga emosional yang mendalam.

Steven mengendong Viona dengan langkah tegap menuju kamar, aura kasih sayang memancar dari setiap geraknya. Dengan sentuhan penuh kelembutan, ia membaringkan Viona di atas kasur, mata mereka saling mengunci sejenak, jarak antara dua hati yang berdebar hanya sehelai benang. Napas Steven yang hangat membakar kulit Viona, membuat bulu kuduknya berdiri. Dalam kilas balik nan cepat, sosok ayah tiri yang biasa ia benci, kini bertransformasi menjadi pangeran dari dongeng yang begitu mempesona.Tanpa sadar, tangan Viona menelusuri lekuk dada Steven yang atletis, seolah-olah membaca kode hasrat yang tersembunyi. Ketika menelan ludah, ilusi sang pangeran drakor yang selama ini menghuni layar kaca seakan hidup dalam sosok Steven. Gelombang birahi yang melanda Viona begitu hebat, serasa mendesaknya untuk jatuh ke dalam pelukan sang pangeran tak dikenal yang sekarang ada di hadapannya, meminta belaian hangatnya.

Saat jemari Viona semakin menyeruak ke dalam kulit Steven, tiba-tiba bisikan lembut Rossa, sang istri yang tengah terkulai di rumah sakit, bergaung di telinganya. Ingatan tentang pesan Rossa yang memintanya untuk melindungi Viona mendadak menyapu bersih gairah yang sempat membara dalam dada Steven. 

Dengan keputusan yang teguh, Steven menjauhkan tangan Viona dan mengambil langkah mundur, memutuskan untuk meninggalkan Viona di pembaringan itu. 

 Viona terpaku, raut wajah yang semula berseri-seri seketika luruh, digantikan oleh kesedihan yang mendalam. "Kenapa? Mengapa kau menolakku?" ujarnya dengan suara yang lirih namun penuh kekecewaan. 

 "Ini tidak benar, Viona. Apapun alasan kita, aku tetap ayah tirimu, dan apa yang hampir terjadi di antara kita jelas melampaui batas," ucap Steven dengan tegas, walaupun hatinya dilanda perasaan bercampur.

Dalam hening yang mencekam, Viona berseru, tangisnya pecah, "Kenapa? Apakah aku tidak sebanding dengan Mama di ranjang?" Tangisnya meninggi, kesedihan mencampurkan setiap kata. Steven hanya sempat menoleh sejenak dengan wajah yang memperlihatkan penderitaan mendalam. Dia harus pergi, membersihkan dirinya dari hasrat yang sempat menjerat, sambil membawa luka hati yang tak terucapkan.

"Aku benci, kau... Aku benci...!!" Viona menangis menarik selimut dan membenamkan wajahnya di dalam sana. Bayangan wajah tampan Steven tiba-tiba menari nari dalam benaknya. Inilah alasannya kenapa aku benci mama menikah dengan pria yang lebih muda." Bisiknya pelan dalam tangis. 

Viona bukan lagi anak  kecil yang tidak mengerti tentang seorang pria. Dia sudah dewasa, sebentar lagi dia akan lulus sekolah Menengah dan akan berpindah pada sebuah fakultas. Apalagi, sudah menjadi kebiasaan Viona sering kali menonton film dewasa bersama teman-temannya. Wajar saja jika saat ini, Viona sepertinya sedang terpengaruh perasaannya, karena memang Steven adalah pria yang sangat tampan dan memikat. Apalagi saat Sisil mengetahui sosok Steven ayah tirinya, sahabatnya itu langsung kepincut sama ayah tiri Viona. Duh memang sangat menyebalkan, memiliki ayah tiri yang sangat tampan dan seksi, tentu itu akan menguji adrenalin Viona setiap hari di rumahnya sendiri.

Viona menjerit sedih di balik selimut, berusaha menghilangkan perasaan kecewanya karena sudah di tolak ayah tirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!