NovelToon NovelToon
Semalam Bersama Mantan

Semalam Bersama Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Aliansi Pernikahan
Popularitas:21.9k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Dua puluh tahun setelah melarikan diri dari masa lalunya, Ayla hidup damai sebagai penyintas dan penggerak di pusat perlindungan perempuan. Hingga sebuah seminar mempertemukannya kembali dengan Bayu—mantan yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.

Satu malam, satu kesalahan, dan Ayla pergi tanpa jejak. Tapi kepergiannya membawa benih kehidupan. Dilema mengungkungnya: mempertahankan bayi itu atau tidak, apalagi dengan keyakinan bahwa ia mengidap penyakit genetik langka.

Namun kenyataan berkata lain—Ayla sehat. Dan ia memilih jadi ibu tunggal.

Sementara itu, Bayu terus mencari. Di sisi lain, sang istri merahasiakan siapa sebenarnya yang pernah menyelamatkan nyawa ayah Bayu—seseorang yang mungkin bisa mengguncang semua yang telah ia perjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Andai

“Aku tidak peduli soal hukum, Arvin,” potong Bayu tajam, dingin. “Aku hanya ingin tahu di mana dia. Aku tidak akan menyakitinya. Aku cuma butuh bicara. Lima menit. Kau tahu sendiri aku tidak bisa begitu saja masuk ke sana tanpa alasan. Jadi kau yang akan cari tahu.”

“Tapi, Pak… ini bisa mencelakakan saya. Kalau LPA tahu, atau sampai media—”

“Kau kerja untuk siapa, Arvin?” suara Bayu turun satu oktaf, dingin seperti belati.

“U-untuk Bapak…”

“Dan selama ini siapa yang bayarkan kuliah adikmu, lunasi cicilan ibumu, dan selamatkan karirmu dari skandal kecil yang hampir pecah dua tahun lalu?”

Arvin terdiam. Tak ada bantahan. Hanya desahan panik dari napasnya yang mulai tersengal.

“Gunakan alasan teknis, audit keamanan, drone, kamera CCTV. Atau cari celah sistem. Aku tak peduli. Yang kupedulikan cuma satu—malam ini aku tahu Laras di kamar mana.”

“...Baik, Pak.”

“Dan Arvin… satu lagi.”

“Ya, Pak?”

“Kalau kau berani bilang ini pada siapa pun, bahkan bayanganmu sendiri… aku pastikan kau tak bisa kerja di mana pun lagi.”

Klik.

Bayu memutus sambungan. Wajahnya tetap datar, tapi matanya menyimpan badai. Ia kembali menatap gedung LPA, kali ini dengan sorot mata yang tak bisa ditawar—keinginan yang sudah bercampur antara rindu, sakit hati, dan obsesi yang tak bisa dibendung lagi.

---

Kamar LPA, tengah malam.

Ayla baru saja mematikan lampu bacanya saat suara berderak pelan dari jendela membuat tubuhnya menegang.

Ia bangkit refleks. Jantungnya memukul dada.

“Siapa—” bisiknya panik, namun kata-katanya terhenti ketika melihat sosok pria berdiri di ambang jendela.

Bayu.

Dengan jaket gelap, rambut acak, dan mata yang memantul cahaya temaram, ia mencari di dalam kegelapan—dan menemukan Ayla.

Ayla melangkah mundur. Napasnya memburu. Sosok yang ia pikir takkan pernah kembali kini berdiri di hadapannya. Dalam keadaan sadar. Tak seperti malam itu. Malam yang telah mengubah segalanya.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

Bayu tak langsung menjawab. Ia menutup jendela perlahan, lalu menatap Ayla dengan sorot yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sorot kehilangan. Rindu. Dan luka yang membatu selama dua dekade.

“Laras...” gumamnya pelan. Suaranya parau. Retak.

Ayla memalingkan wajah. “Maaf. Kau salah orang.”

“Berhentilah berpura-pura,” desis Bayu, melangkah maju. “Aku tahu itu kamu. Malam itu... seminggu yang lalu. Di kamar hotel. Itu kamu.”

Ayla menggeleng cepat. “Tidak. Bukan aku.”

Tapi suara hatinya gemetar. Dan Bayu tahu.

Punggung Ayla membentur dinding. Bayu berhenti di hadapannya. Tak menyentuh, tapi kehadirannya terlalu dekat.

“Aku mengenalmu, Laras. Bahkan jika dunia gelap total, aku tetap tahu itu kamu.”

Hening. Waktu seakan berhenti. Hanya detak jam dan deru napas yang terdengar, berdentam di telinga Ayla seperti suara masa lalu yang mendesak masuk.

“Apa yang kau mau dariku?” suaranya lirih, seperti embusan angin sebelum badai.

Bayu menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya. Ada luka yang belum sembuh di matanya.

“Aku nggak bermaksud menyakitimu. Malam itu... aku lelah. Rindu. Aku pikir aku sedang bermimpi. Tapi aku tahu, saat kau diam, saat kau menangis tanpa suara... itu kamu. Laras yang dulu. Laras yang selalu aku cari.”

Ayla memejamkan mata. Bahunya bergetar menahan sesuatu yang tak bisa ia beri nama. Ia menelan air mata yang ingin jatuh, tapi tak diizinkan.

Lalu, Bayu memeluknya. Begitu saja. Tanpa aba-aba. Bukan karena ingin memiliki—tapi karena terlalu kehilangan.

Dan Ayla—diam. Terjebak antara ingin memukul dan memeluk balik. Antara marah dan rindu yang tak pernah reda.

Pelukan itu... seperti rumah yang ditinggal bertahun-tahun. Masih utuh, tapi tak lagi bisa ditinggali.

“Maaf,” bisik Bayu, suaranya nyaris putus. “Aku tahu ini salah. Tapi aku nggak tahu harus hidup gimana kalau terus pura-pura melupakanmu.”

Ayla mengepalkan tangan. Matanya memanas. Tapi tangisnya tak mau jatuh.

“Kenapa kau datang sekarang?” tanyanya pelan. “Saat aku mulai belajar menata ulang hidupku? Saat aku mulai percaya bahwa aku bisa baik-baik saja tanpamu?”

Bayu masih memeluk. “Karena aku takut kehilanganmu untuk kedua kalinya. Dan kali ini, aku ingin bertahan.”

Ayla mendorongnya. Kuat. Jeda kecil yang membuat dada mereka berjarak.

“Pergi!” suaranya nyaring, tapi gemetar. “Jangan buat aku jatuh untuk yang kedua kalinya, hanya untuk hancur lebih parah.”

Bayu menatapnya. Luka dalam sorot matanya seperti terbuka kembali.

“Aku ingin menebus semuanya, Laras.”

“Tidak semua yang rusak bisa diperbaiki,” jawab Ayla, nyaris berbisik. “Anggap saja malam itu... hanya mimpi buruk yang tak pernah terjadi.”

“Aku tidak akan pergi tanpa memperjuangkanmu. Biar semua orang bilang aku egois, biar seluruh dunia menghakimi kita—aku siap. Asal kau masih merasakan setitik yang dulu pernah ada.”

Ayla tertawa kecil, getir. “Kau pikir cinta cukup untuk menebus semuanya? Untuk menghapus statusmu sebagai suami orang? Kau pikir aku kuat berjalan di bawah tatapan hina, dicap pelakor? Aku sudah hancur cukup lama, Bayu. Jangan tambahkan luka lagi.”

Bayu menunduk. Matanya memerah. Tapi ia menahan tangis itu seperti pria yang terlalu sering menyalahkan diri sendiri.

“Aku akan pergi...” ucapnya, pelan. “Tapi dengarkan aku satu kali saja...”

Ia menarik napas panjang. “Aku tidak pernah benar-benar mencintai siapa pun selain kau.”

Ia melangkah ke jendela. Membuka perlahan. Tapi sebelum keluar, ia menoleh sekali lagi.

“Jaga dirimu. Meski kau menolakku, aku akan tetap mencintaimu. Dalam diam. Dalam jarak. Dalam luka.”

Dan Ayla, berdiri di sana, tubuhnya gemetar karena perasaan yang tak bisa dilawan, tahu—malam itu... akan tinggal bersamanya selamanya. Sebagai luka. Sebagai rindu. Sebagai cinta yang tak bisa dimiliki.

Seisi kamar kembali sunyi setelah jendela tertutup rapat, meninggalkan dingin yang menusuk tulang. Tapi bukan hawa malam yang menusuk hatinya—melainkan kepergian itu. Tatapan terakhir Bayu. Kalimat terakhirnya. Jejak tubuhnya yang masih terasa di pelukannya.

“Bayu…” namanya lolos dari bibir Laras seperti doa yang tak pernah dikabulkan.

"Aku mencintaimu. Dulu, sekarang, dan entah sampai kapan. Tapi kita tak pernah bisa bersama. Tidak dulu, tidak sekarang."

Laras—atau sekarang dikenal sebagai Ayla—merosot ke lantai. Bahunya bergetar, tapi ia menahan tangisnya seperti biasa. Ia sudah terlalu sering menangis untuk laki-laki itu. Terlalu sering memohon dalam diam agar Tuhan menghapus ingatannya. Tapi ternyata, cinta yang telah ia kubur dua puluh tahun lalu masih hidup. Berdenyut. Membusuk dalam diam.

"Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi ingatan itu masih menyayat seperti baru kemarin. Aku masih bisa mencium aroma mawar putih di meja rias. Masih bisa mendengar langkah-langkah pelan saat pintu kamar pengantin diketuk—bukan oleh Edward, bukan oleh ibuku, tapi olehmu."

“Larass…”

Suara Bayu masih terngiang seperti bisikan hantu dari masa lalu. Patah. Lirih. Putus asa.

Ayla memejamkan matanya, namun air mata itu tetap merembes keluar tak bisa ditahan.

Beberapa menit sebelum pernikahannya dengan Edward, Bayu mendatanginya.

"Kau membujukku pergi malam itu. Aku menolakmu, bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tapi karena aku merasa tak layak untukmu. Aku tak akan bisa memberikan keturunan untukmu. Aku mengikhlaskanmu bahagia dengan wanita lain. Tapi kenapa kau tak bisa melupakanku? Dan ironisnya, aku pun sama."

Ayla masih ingat, Edward--mantan suaminya, menjebak ayah angkatnya dengan tuduhan palsu. Dia mengedit foto-foto Ayla dan mengancam akan menyebarkannya, membuat Ayla dipecat dari pekerjaannya dengan bukti palsu. Ayla terpaksa menikahi Edward.

"Andai saja waktu itu aku egois dan pergi bersamamu, meyakini bahwa kita akan bahagia meski aku tak bisa memberikanmu keturunan, apa kita akan bahagia?"

Tangannya mengepal, menggenggam bagian dadanya sendiri. Seolah dengan itu ia bisa menahan jiwanya yang robek. Ia mencintai Bayu sejak laki-laki itu menyanyikan lagu untuknya di sebuah kafe, sejak senyumnya adalah matahari yang menyinari hidup Ayla yang kelam.

"Aku berusaha menjauh darimu agar kau bisa mendapatkan wanita yang layak dan bisa membahagiakanmu. Tapi sejak hari itu, aku mati. Bukan secara harfiah. Tapi jiwaku sudah tak ada lagi di tubuh ini."

Ayla memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya diantara pahanya. Punggungnya bergetar karena tangisan.

"Hari-hariku adalah serangkaian sandiwara. Senyum palsu. Tawa yang hambar. Ranah tempat cinta seharusnya tumbuh, berubah jadi tanah pekat tak bertuan. Aku berusaha melupakanmu, Bayu. Tapi bagaimana mungkin aku bisa melupakan seseorang yang namanya bahkan tertulis dalam detak jantungku?"

Ayla mengangkat wajahnya yang basah dengan mata terpejam.

"Aku pernah mencintaimu dengan utuh. Dengan seluruhku. Dengan harapan paling bersih yang kumiliki. Tapi waktu, takdir, dan monster bernama kenyataan mencabik-cabik semuanya."

Ayla membuka matanya perlahan.

"Jadi inilah aku sekarang, Bayu. Duduk sendiri di kamar sunyi, memeluk kenangan yang menua bersama waktu. Mencintaimu dalam diam, dalam luka, dalam ingatan yang tak pernah benar-benar mati."

"Jika suatu hari nanti kau bertanya apakah aku pernah berhenti mencintaimu, jawaban itu masih sama:

Tidak. Aku hanya belajar menyembunyikannya lebih dalam."

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Ratu
g usah nyamain ama cerita sebelah yg pasti akan kena pisau y si pembuat onar lalu ayla msk RS , basithor , udah kebanyakan drama sampai puluhan thn, mboklgs kena ellen sendiri , gusah pake lama , udahhgemeess soal y org licik ngalahin yg jenius
Siti Jumiati
lanjut kak
abimasta
ellen akan berusaha melenyapkan ayla
^ã^😉
wanita seperti Ellen sungguh bahaya ,,dia yg Salah tapi menyalahkan orang lain atas segala kegagalan nya,

berhadap Ayla Dan debaynga Selamat Ellen yg hancur kalau g di penjara seunir hidup bisa meninggal Karna tertembak
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah kali ini Ellen melakukan sendiri atau ada yg membantunya?
De bungsu
dan kamu yg terlalu egois.. terlalu memaksakan kehendak, Agar Ellen ttp di samping Bayu
De bungsu
ayahnya Bayu yg handal, shailandra...
De bungsu
hati2 Bayu... jgn gegabah mengambil kepuasan
De bungsu
tegang yah... perang dari dalam tanpa berdarah²
mbok Darmi
jgn dibunuh dgn mudah ellen hrs dgn penderitaan yg setimpal yg sdh dirasakan ayla, jgn biarkan ellen berhasil dgn dendam nya semoga senjata makan tuan ellen yg terluka dan tertangkap polisi, semoga penolong ayla bayu atau Leo
syisya
kira" siapa yg mau ditikam, bayu atau ayla ?
mbok Darmi: pastinya ayla krn dia dianggap merebut semua yg menjadi miliknya
mbok Darmi: pastinya ayla krn dia dianggap merebut semua yg menjadi miliknya
total 2 replies
Dek Sri
tetap waspada Ayla dan bayu
Siti Jumiati
Ellen Kamu keras kepala banget sih, kenapa semakin gagal kamu semakin menjadi, kenapa kamu gk sadar2.
lanjut kak....
Siti Jumiati
ellen harusnya Kamu belajar dari pengalaman,sadarlah Ellen dendam tidak akan pernah membuat tenang,dan itu malah akan menciptakan masalah baru untukmu.
kalea rizuky
jalang woy lu yg jalang ayla mah masih perawan gk kayak lu gatel
kalea rizuky
sadar jalang berasa korban
kalea rizuky
kayaknya yg donor in laras
kalea rizuky
lama amat 20 tahun umur brp skg laras uda tua berarti
abimasta
sudah lah ellen lebih baik menyerah
Siti Jumiati
sabar Ellen... kenapa kamu masih melakukan kejahatan,kenapa belum sadar apa yang kamu tanam itu yang kau tuai ellen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!