Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 : TCB
Suara petir dan hujan seolah hanya menjadi latar belakang saat keduanya saling terjerat dalam kehangatan didalam kamar. Setiap gerakan lembut, setiap jeda yang penuh harapan, membuat suasana semakin hangat dan penuh makna.
Sesaat, Alana benar-benar lupa dengan dunia di luar, lupa akan Zergan dan cintanya. Ciuman dan sentuhan lembut yang Zen berikan benar-benar membuatnya lupa akan segalanya.
"Zen." Alana menahan dada Zen saat ciuman mereka terlepas, napas mereka sama-sama terengah akibat ciuman panas yang mereka lakukan. "Harusnya kita tidak sejauh ini, aku---"
Mata Zen yang sudah berkabut gairah membuat Alana terdiam. Tidak munafik, diapun menginginkannya, menginginkan sentuhan Zen. Namun, keberadaan tentang Zergan yang saat ini masih berstatus sebagai kekasihnya tiba-tiba mengusik hati dan pikiran Alana. Selama ini Zergan tak pernah mengkhianatinya. Hanya karena Zergan sibuk dengan pekerjaannya, haruskah dia mengkhianatinya?
"Beri aku sedikit waktu untuk berfikir. Tapi selama itu, tolong jangan tinggalkan aku," pintanya dengan tatapan memohon.
Zen menyunggingkan senyuman tipis, "Tidakkah kamu merasa jika kamu ini sangat egois, Alana? Jika aku sudah menunggu dan pada akhirnya kamu tidak memilihku, bukankah itu hanya akan sia-sia? Jadi, sebelum itu terjadi, aku akan membuatmu tidak punya pilihan."
"Maksud kam---"
Belum selesai dengan kalimatnya, Zen sudah lebih dulu membungkam bibir Alana dengan ciuman kembali. Tidak semudah itu Alana bisa membuat Zen berhenti dengan kegiatannya, kali ini Zen yang ingin egois. Dia ingin Alana menikmati setiap sentuhan yang dia berikan hingga wanita itu tidak akan bisa melupakan ataupun hanya sekedar mengabaikannya.
Tangan Zen mulai tak bisa diam, kali ini dia berani bergerak masuk kedalam piyama pendek yang Alana kenakan, menyentuh dada Alana yang masih terbungkus oleh bra.
"Zen, jangan. Tolong berhenti, aku belum pernah melakukannya."
Usaha permohonan itu sia-sia, bibir Zen bahkan sudah mulai bergerak turun menjelajahi leher jenjang Alana, memberikan gigitan-gigitan kecil disana. Tangan Zen mulai turun kebawah, menyentuh perut rata Alana dan mengusapnya dengan lembut.
"Ah, Zen! Jangan!"
Kedua mata Alana terbelalak dengan satu tangannya menahan pergelangan tangan Zen saat tangan itu bergerak turun dan hendak menyentuh area sensitifnya. Sayangnya Zen mengabaikan penolakan itu, tangannya menyelusup masuk kedalam celana pendek yang Alana kenakan dan langsung menyentuh titik sensitifnya.
"Kamu sudah basah, Honey." bisik Zen ditelinga Alana.
Wajah Alana bersemu malu saat mendengar apa yang Zen katakan. Sepertinya dia telah salah dengan mendatangkan diri ke kamar itu. Sama saja dia telah membangunkan harimau yang sedang tidur.
"Ah, Zen!" Alana mendesah nikmat saat jari tangan Zen mulai bergerak nakal.
"Mendesahlah, Honey. Mulai malam ini kamu hanya akan jadi milikku seorang." bisik Zen, dia begitu menikmati ekspresi wajah Alana yang sedang menahan gairah.
Suara desahan Alana terdengar semakin merdu seiring dengan kecepatan jari tangan Zen dibawah sana. Tubuhnya menggelinjang hebat saat dia telah mencapai pelepasan pertamanya. Napas Alana terengah-engah, dia menatap Zen yang kini sedang tersenyum puas padanya.
"Malam ini cukup sampai disini, kecuali jika kamu masih ingin---"
"Aku akan kembali ke kamarku!" potong Alana cepat, dia mendorong tubuh Zen kesamping dan bergegas bangun. Namun, sebelum dia sempat melangkah, pergelangan tangannya ditahan oleh Zen.
Zen terdiam sejenak, menatap Alana dengan wajah seriusnya. "Tidak perlu menunggu sampai usiaku tiga puluh tahun. Sekarangpun aku sudah siap untuk menikahimu, Alana."
Kalimat itu membuat Alana tertegun, dia bisa melihat kesungguhan diwajah Zen disaat mengatakannya. Jika Zen saja yang usianya lebih muda dan baru lulus kuliah bisa bicara seserius itu, mengapa Zergan tidak? Sebenarnya apa yang membuat Zergan ragu untuk menikahinya?
"Aku mencintai Zergan, tapi aku juga tidak ingin kehilangan Zen. Sekarang aku benar-benar terjebak dalam cinta segitiga."
-
-
-
Pagi-pagi sekali Zen sudah keluar membeli sarapan untuknya dan Alana. Villa itu jarang dikunjungi hingga tidak ada stok bahan makanan disana. Hanya seminggu sekali ada orang yang sengaja memang ditugaskan untuk membersihkannya supaya tempat itu tetap terlihat bersih dan juga rapi.
"Aku tidak bisa menunggu sampai sore, kita pulang sekarang, Zen."
Alana mendekati Zen yang tengah menyiapkan sarapan dengan wajah lesu karena hampir semalaman dia terjaga. Kejadian dikamar Zen benar-benar membuatnya tidak bisa tidur, dia merasa sangat bersalah karena telah mengkhianati Zergan. Handphonenya juga sengaja tidak dia aktifkan supaya tidak ada yang bertanya dimana keberadaannya.
"Duduk dan sarapan dulu, setelah itu baru kita pulang." Zen menarikkan kursi untuk Alana.
"Kamu keluar membeli sarapan, kenapa tidak membangunkan dan mengajakku?" tanya Alana seraya duduk di kursi yang sudah Zen siapkan.
"Tidurmu sangat nyenyak jadi aku sengaja tidak membangunkanmu." jawab Zen, ikut duduk di depan Alana. "Tapi... Kenapa matamu seperti orang yang kurang tidur? Atau jangan-jangan saat aku pergi ke kamarmu sebenarnya kamu baru tidur. Kamu tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian semalam?" tanyanya dengan nada menggoda.
"Aku tidak bisa tidur bukan karena itu. Aku memikirkan orang tuaku, mereka pasti khawatir dan mencariku karena aku tidak pulang dan memberi kabar." Alana terpaksa berbohong, meskipun tak sepenuhnya. Biasanya jika tidak pulang dan memilih menginap di luar, dia pasti akan tetap memberikan kabar pada mamanya.
"Nanti aku akan mengantarmu sampai kerumah. Aku yang mengajakmu, jadi aku yang akan menjelaskan pada kedua orang tuamu."
"Tidak, Zen." potong Alana cepat. "Kamu antar sampai ketempat biasa saja, aku akan menjelaskan sendiri pada orang tuaku."
"Aku bukan laki-laki pengecut yang tidak mau bertanggungjawab, Alana." tekan Zen. "Aku membawamu kemari dan sampai menginap, itu artinya aku sudah siap dengan segala resikonya." imbuhnya menegaskan.
Tidak lagi menjawab, Alana memilih untuk memakan sarapan yang sudah Zen belikan. Sesekali dia melirik ke arah Zen yang duduk dihadapannya, pria itu nampak begitu tenang. Apakah Zen tidak takut dengan kenyataan yang akan menghadang saat mereka pulang nanti?
-
-
-
Mendengar suara mobil memasuki halaman rumah, Amara bergegas keluar untuk melihat. Wajahnya campuran antara senang dan terkejut saat melihat Alana turun dari mobil bersama dengan Zen, pria yang dia ketahui putra dari Jihan, kenalannya.
"Alana... Ini maksudnya apa?" tanya Amara dengan suara sedikit bergetar, matanya masih menatap tak percaya. Semoga apa yang dia lihat tidak seperti apa yang sedang dia pikirkan.
Pandangan Amara beralih menatap pada Zen, dia tidak ingin langsung menuduh dan akan bertanya baik-baik dulu. "Zen, kalian kok bisa pulang bareng? Kamu ketemu sama Alana dimana? Kami semua khawatir nyariin Alana semalaman. Bahkan sekarang papanya Alana sedang pergi kekantor polisi bersama dengan Zergan, mereka ingin membuat laporan kehilangan karena takut Alana benar-benar hilang."
Alana merasa terkejut saat mamanya menyebutkan nama Zergan. "Zergan? Maksud Mama... Zergan sudah kembali?"
Amara mengangguk, "Ya, semalaman dia nungguin kamu disini dan nyari-nyari kamu. Katakan, sebenarnya semalam kamu menginap dimana?"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek