Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Kantor Polisi
Kepala Alessandro benar-benar terasa mau pecah. Karena baru saja dia menasehati sang anak, dia malah mendengar kabar bahwa Ghara masuk kantor polisi bersama asistennya.
Dari semenjak remaja sampai menginjak usia dua puluh lima, kelakuan Ghara masih belum berubah, selalu saja membuat ulah.
Akhirnya Alessandro terpaksa meninggalkan perusahaan. Dia pergi bersama Boby untuk menyelesaikan masalah yang dibuat oleh putranya, akibat membakar mobil orang dengan sembarangan.
"Hah, gue gak tahu lagi mau ngomong apa, Bob. Tuh bocah kayaknya kegedean ari-ari deh pas bayi," keluh Alessandro sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut-denyut, karena seluruh urat syarafnya tampak menegang.
"Dah nikmatin aja, tuh bocah kan hasil keringat elu sama si Ara," balas Boby, berharap sang sahabat sadar, bahwa semua sifat Ghara menurun dari dirinya.
Terdengar helaan nafas kasar, Alessandro menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi ingin menenangkan otaknya sebentar.
Hingga akhirnya kedua orang itu tak terlibat obrolan lagi, sebab Alesandro lebih memilih untuk diam sampai mereka tiba di kantor polisi.
Alessandro dan Boby berjalan berdampingan, mereka masuk ke dalam dengan didampingi oleh satu polisi, Alessandro tidak pernah menyangka akan datang ke tempat ini lagi, dan semua itu karena ulah putranya yang nyaris tak bisa diatur sama sekali.
Melihat ayah mereka datang, sontak saja Ghara dan Edo mengalihkan pandangan masing-masing. Namun, lain dengan Edo yang merasa bahwa akan mendapatkan malaikat penyelamat. Ghara justru tampak biasa saja, seolah kejadian ini bukanlah apa-apa.
"Bisa jelaskan apa kesalahan anak saya," ucap Alessandro seraya menatap penuh selidik pada Ghara.
"Oh, jadi salah satu dari mereka ini anak anda? Hei, Tuan! Anak anda ini anak yang kurang ajar, didikan binatang, masa mobil anak saya tiba-tiba dibakar," sambar ayah Frans dengan menggebu, sedari tadi dia menjadi penuntut utama atas kasus kriminal yang dilakukan oleh Edo dan Ghara terhadap anaknya.
"Hei, asal anda tahu, anak anda itu yang duluan membuat masalah! Dia yang binatang!" timpal Ghara tak terima. "Udah dibilangin dari tadi masih ngeyel aja, nih bapak sama anak gak ada bedanya!"
"Lihat, Tuan! Anak anda ini tidak memiliki sopan santun sama sekali, masa bicara sama orang tua seperti itu?" tuding Ayah Frans sambil mengangkat jari telunjuknya, ingin membuat Alessandro menegur Ghara.
Dia sungguh tidak terima jika nantinya Ghara bebas begitu saja.
"Yeh, gue sopan juga liat-liat orang kali, kalo tua tapi mulutnya lemes, sorry sorry aja."
"Ghara!" sentak Alessandro, tak ingin membuat keributan ini lebih panjang. Sebab ia tahu bagaimana putranya jika sudah diajak berdebat, sebelum lawan diam, maka Ghara akan terus berbicara.
Ghara langsung membuang pandangannya, sebab dia tidak akan pernah mengaku salah dengan apa yang sudah dia perbuat. Sebab ini semua dia lakukan demi Lily-nya.
"Saya minta jelaskan dengan detail bagaimana kronologinya. Kalau anak saya salah, maka saya akan menyuruh dia tanggung jawab," ucap Alessandro berusaha untuk tenang, meskipun otaknya sudah terasa sangat kacau. Bagaimana jika sang istri mengetahui hal ini, sudah tentu dia pun yang kena maki.
"Saya tidak tahu apa masalah mereka berdua, tapi bukankah seharusnya dia tidak main hakim sendiri? Dia ini otak kriminal, sesuai dengan penampilannya!" ujar Ayah Frans, seraya mengomentari penampilan Ghara yang memiliki beberapa tatto di tubuhnya.
"Yeh, nih bapak-bapak atu. Jelasin jelasin aja, Pak! Gak usah pake ngomentarin penampilan orang!" sambar Ghara. Andai saja bukan orang tua, mungkin dia sudah mengajak ayah Frans untuk duel maut di atas ring tinju, dan memukulnya sampai titik darah penghabisan.
"Ghara, bisa diam dulu gak?!"
Mendengar gertakan sang ayah, sontak saja Ghara kicep. Dia mengatupkan rahangnya dengan kuat, menahan geram yang ada di dadanya.
"To the point saja, saya mau anda ganti rugi atau masalah ini saya urus sampai dia dikurung di balik jeruji!" sambung ayah Frans dengan penuh percaya diri. Yakin sekali bahwa pria paruh baya yang ada di depannya bisa diajak bernegosiasi.
"Cih, bilang aja mau duit!" cibir Ghara dengan suara pelan, yang hanya mampu didengar oleh Edo.
"Lu bisa diem gak sih, Nyet?! Nih semua gara-gara elu lemparin mercon tahu gak!"
"Bodo amat, gue gak bakal nyesel udah ngelakuin itu."
Di samping Ghara, Edo hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dengan cara kerja otak sahabatnya. Demi sang adik, Ghara rela melakukan apa saja.
Sementara itu, tiba-tiba saja Frans datang dengan tergopoh-gopoh. Ingin menghentikan aksi ayahnya, sebab masalah ini tidak akan selesai begitu saja. Dia mulai paham, bahwa Ghara adalah tipe pria pendendam. Jadi, bisa saja sekarang dia menang tetapi tidak untuk lain kali.
"Papah stop!" teriak Frans, tadi dia sempat dilarikan ke klinik terdekat, karena pelipisnya bocor. Namun, karena mendengar sang ayah yang melaporkan Ghara ke kantor polisi, Frans segera menyusul.
Mendengar itu semua orang terperangah. Terlebih ayah Frans sendiri.
"Stop bagaimana maksud kamu?! Kita harus meminta keadilan. Dan karena kebetulan ada kamu, lebih baik kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi."
Frans langsung mendelik, lalu melirik ke arah Ghara yang sudah menyeringai. Sebab jika dijelaskan duduk masalahnya, tentu dialah yang bersalah. Justru dia yang akan dipenjara.
Glek!
"Tidak usah takut Frans!" sentak ayah dari pria itu.
"Papah, sudah cukup lebih baik kita pulang. Aku tidak mau urusan ini menjadi lebih panjang."
"Lho kenapa? Orang bersalah itu wajib dihukum, Frans!"
"Pokoknya kita lupakan saja kejadian ini, sekarang kita pulang, karena ada sesuatu yang akan Frans bicarakan dengan Mamah dan Papah."
"Ya tapi kenapa?"
Frans berusaha untuk membawa ayahnya pulang. Sebelum Ghara berubah pikiran. Karena pria itu tidak akan pernah main-main dalam balas dendam.
Sementara Alessandro, Boby dan Pak Polisi tampak bingung dengan situasi yang sedang mereka hadapi. Alessandro curiga, ada alasan tertentu yang melatarbelakangi kejadian ini.
"Udah 'kan? Cabut, Do!" ucap Ghara seraya melemparkan kunci mobil kepada asistennya.
Membuat semua orang ternganga.
***
Nih bocah satu minta dicubit ginjalnya 🙄🙄🙄
Yang mau tahu visual Kang Ghara-Ghara, ada di Ig ngothor ya @nitamelia05 😘😘😘
"maen apa dad?? "😆😅