Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
“Pria yang jauh lebih ku cintai daripada kau. Jadi, lebih baik kita putus saja karena percuma menjalin hubungan denganmu, tapi perasaanku untuk yang lain,” jawab Cathleen. Dadanya sangat berdebar saat ini, sejujurnya dia takut karena sudah berbohong pada Edbert. Bahkan tangan pun sampai gemetaran, membayangkan kalau rencananya gagal, lalu sang kekasih menggila lebih dari biasanya.
Edbert menarik sebelah sudut bibir sinis dan meremehkan. “Kau lupa siapa yang sudah merubahmu menjadi seperti ini? Aku! Tidak akan ku biarkan pria mana pun memilikimu setelah semua yang ku berikan dan lakukan untukmu!”
Cathleen menengadahkan kepala yang terasa berat dan pusing menghadapi Edbert. Rasanya ingin menangis dan berteriak sekencang mungkin. Sampai tak sadar kalau ujung mata telah mengeluarkan buliran bening.
“Aku hanya ingin kebebasan, Ed. Jika kau sungguh mencintaiku, relakan dan biarkan aku memilih jalan sendiri,” pinta Cathleen dengan wajah yang mulai dibasahi oleh air mata. Dia memang ingin dicintai, tapi kekasihnya terlalu berlebihan sampai membuatnya terasa sesak.
Edbert yang melihat jelas wajah Cathleen bersedih pun tidak memperdulikan permintaan sang kekasih. “Satu minggu lagi aku akan menjemputmu setelah pekerjaan di sini selesai. Kita tinggal di New York, aku akan meminta izin orang tuamu untuk menikahimu sebelum berangkat ke Amerika.”
“Ed,” panggil Cathleen dengan suara lirih yang menandakan dia sudah frustasi menghadapi Edbert. “Aku ti—” Dia hendak menolak, tapi sudah dipotong oleh pria di balik telepon.
“Tidak ada penolakan! Kau tahu sendiri jika seluruh keluargamu sudah dekat dan percaya denganku. Jadi, tak akan ada yang menolak saat aku mengajakmu menikah!” tegas Edbert dengan percaya diri. Tapi, memang benar begitu adanya. Sifat manipulatif yang sering ditunjukkan pada keluarga Pattinson, membuatnya mudah sekali mengambil hati orang tua dan saudara-saudara Cathleen.
Wajah Cathleen semakin nampak muram dan bulir bening tidak bisa dihentikan. Selelah ini berurusan dengan Edbert. “Sorry, Ed. Aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia.” Tanpa meminta izin terlebih dahulu, dia memutus panggilan tersebut.
Cathleen mengayunkan kaki menuju pintu untuk mengembalikan ponsel pada pelayan di mansion keluarganya. Dia menyodorkan benda itu pada pemilik asli. “Jika Edbert menghubungimu, jangan pernah angkat!” titahnya.
“Baik, Nona.” Pelayan itu menunduk dengan wajah yang merasa bersalah karena sudah lancang.
Cathleen menutup kembali kayu bercat putih itu. Mengunci dari dalam. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk menangis meratapi nasib hidupnya ini.
Tangan Cathleen membuka jaket dan menjatuhkan kain tersebut ke lantai. Dia mengguyur tubuh dengan shower. “Kenapa aku harus memiliki kekasih seperti Edbert? Benar dia mencintaiku, tapi sekaligus merenggut kebebasanku.” Dia berteriak, menangis, dan meraung seorang diri.
Cathleen tidak ingin merepotkan keluarganya. Apa lagi saat ini orang tua dan saudara-saudaranya sedang bahagia setelah keluarga Pattinson memiliki penerus baru. Dia tak mau membuat semua menjadi terbebani oleh masalah percintaannya. Sehingga lebih baik diselesaikan sendiri dengan caranya.
Cathleen segera berpakaian santai untuk istirahat. Dia lelah menangis, sehingga memilih untuk tidur dengan mata sembab dan rambut masih basah.
Hingga tanpa disadari, Cathleen sudah terlelap semalaman. Dia mengerjapkan mata ketika hari berganti.
Wanita itu memegang perut yang terasa lapar. Dia melihat ke arah jam digital di atas nakas. “What? Jadi, aku tidur seharian? Pantas saja cacing di perutku berdemo.” Cathleen memekik. Tapi lebih menyesal lagi karena lupa kalau seharusnya kemarin datang ke mansion Giorgio untuk mendesak George menikahinya.
...*****...
...Bersyukur Cath masih punya laki, daripada jomblo terus lu. Lebih ngenes mana coba?...
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat