Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Berbohong
Selama perjalanan pulang kembali ke villa keduanya tampak terdiam. Memikirkan bagaimana hubungan mereka ke depannya. Revan sudah bertekad akan mempertahankan pernikahannya dengan Aleta. Hanya saja Aleta terlalu penakut bahkan terlalu konsisten pada janjinya dengan Rere.
"Princess, aku rasa Rere tidak perlu tahu kalau kamu sudah hamil. Urusan kontrak perjanjian pernikahan antara kalian biar aku yang tangung jawab," ucap Revan.
"Aku tidak mau diseret di penjara olehnya. Kalian memiliki segalanya. Dengan uang hukum bisa dibeli bahkan kebenaran bisa dibungkam. Aku tidak mau reputasi kelurga ku hancur lagi walaupun aku sebenarnya tidak bersalah. Pernikahan ku denganmu hanya uang," tegas Aleta.
Revan menepikan mobilnya. Beberapa pengawal di belakang sana ikut berhenti.
"Kita harus menjaga calon bayi kita. Berada bersama Rere akan membuatmu tertekan. Itu akan mempengaruhi bayinya jika hatimu tidak dijaga. Biar aku yang bertanggung jawab semuanya, ok!" bujuk Revan dan Aleta hanya bisa pasrah.
Sumpah demi apapun, ia ingin sekali kabur dari Revan maupun Rere. Ia ingin membesarkan anaknya sendiri. Hatinya mulai goyah. Tidak mungkin ia menyerahkan darah dagingnya sendiri pada orang lain walaupun itu adalah Revan ayah dari bayinya.
"Baiklah. Aku percaya padamu," ucap Aleta tidak mau lagi berdebat karena Revan lebih berhak atas bayinya daripada Rere.
Revan melajukan kembali mobilnya sebelum tumpukan salju memenuhi jalan. Setibanya di villa, Revan lebih protektif pada Aleta. Kini ia mendatangkan chef pribadi untuk memasak makanan kesukaan Aleta. Tentunya masakan Indonesia yang digemari Rere.
"Sekarang sudah malam. Kamu butuh istirahat. Jangan pikirkan apapun kecuali bayi kita dan aku, ok?" Revan mengecup bibir istrinya lalu menutupi tubuh Aleta dengan selimut tebal sampai dada.
Tidak lama kemudian ponsel Revan berdering. Lagi-lagi Rere menghubunginya pasti urusan kehamilan Aleta.
"Bagaimana Revan? Apakah ada kabar baik tentang Aleta?" tanya Rere. Revan melirik ke arah Aleta. Lalu menjawab dengan tegas.
"Belum. Tidak perlu menghubungi kalau urusanmu hanya Aleta. Jika dia hamil, aku yang akan mengajarimu secepatnya," ucap Revan berbohong.
"Apa tidak sebaiknya kita menyingkirkan saja dia? Bukankah kamu pernah bilang kalau dia tidak hamil dalam waktu dekat kita bisa menyingkirkan nya. Apakah kamu tidak ingat ucapanmu sendiri?" tanya Rere.
"Lebih baik ikuti saja perjanjian kalian yaitu satu tahun. Setelah itu kita akan pikirkan lagi selanjutnya. Maafkan aku, aku sangat lelah Rere. Aku mau rehat," ucap Revan mengakhiri obrolannya dengan istri pertamanya itu yang ada di Jakarta.
"Sialan....!" amarah Rere mulai memuncak. Tidak biasanya Revan menolak bicara dengannya.
"Apa yang dilakukan oleh gadis itu? Jika dia berusaha merayu suamiku untuk tetap bersamanya aku akan membunuhnya. Ahh....! Harusnya saat itu aku tidak meminum obat penggugur kandungan untuk menjebak suamiku agar tetap bersamaku....! Aku sangat bodoh sehingga rahimku harus diangkat," rintih Aleta penuh penyesalan.
"Kenapa harus berbohong? Biarkan saja dia tahu dan cukup beritahu kalau kandunganku lemah dan tidak bisa pulang dalam waktu dekat," ucap Aleta.
"Biarkan saja. Jika berada bersamanya aku tidak akan diijinkan untuk menjenguk bayiku, princess," goda Revan menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Aleta tidak bisa istrahat malam itu karena Revan kembali menggempurnya tanpa ampun.
Keesokan paginya, Revan merasakan kepalanya pusing dan mual bersamaan. Bahkan aroma makanan cukup menyiksanya. Aleta hampir bingung melihat kondisi suaminya.
"Kamu kenapa mas? Kenapa kamu tiba-tiba muntah begini?" tanya Aleta yang hendak sarapan akhirnya tertunda. Ia harus memijit punggung suaminya yang sekarang ini terlihat lemas dan berkeringat setelah memuntahkan isi perutnya di kamar mandi.
"Entahlah. Mungkin aku terlalu memikirkan mu sayang sehingga pencernaan ku terganggu," ucap Revan.
"Aku sudah menghubungi dokter keluarga. Mungkin sebentar dia lagi datang," ucap Aleta memberikan minuman hangat pada suaminya.
"Maaf sudah merepotkan kamu sayang," ucap Revan tidak enak hati.
Beberapa saat kemudian, dokter Sean datang. Aleta menyambutnya dan mengantar dokter Sean ke kamar mereka.
"Selamat pagi tuan Revan. Ada apa denganmu?" tanya dokter Sean dan Revan menjelaskan apa yang dirasakannya.
Dokter Sean memeriksa keadaan tubuh Sean sesaat lalu beralih melihat wajah Aleta.
"Apakah dia istrimu?" tanya dokter Sean setengah berbisik.
"Iya dokter. Namanya Aleta dan kami baru menikah beberapa bulan yang lalu," ujar Revan.
"Apakah istrimu sedang hamil saat ini?" tebak dokter Sean membuat Revan tercengang.
"Bagaimana dokter bisa mengetahuinya?" tanya Revan bingung.
"Karena kamu sedang mengalami kehamilan simpatik. Jadi kamu yang merasakan sensasi ibu hamil muda yang harus merasakan kenikmatan ngidam. Pasti nanti anakmu mirip denganmu," canda dokter Sean lalu menulis resep obat untuk ditebus.
"Minum saja obat mualnya sebelum makan. Kamu harus kuat untuk menjaga calon bayimu terutama lagi istrimu yang cantik ini," ucap dokter Sean.
"Terimakasih dokter. Semoga aku cepat sembuh setelah meminum obat nanti," ucap Revan.
Dokter Sean segera pamit. Aleta segera ke dapur untuk meminta chef memasak makanan yang mengurangi rasa mual untuk Revan.
...----------------...
Hari terus berlalu hingga musim salju kini telah berganti musim semi. Kini kandungnya Aleta sudah memasuki usia kandungan lima bulan. Itu berarti ia sudah boleh kembali ke Indonesia.
Namun sebelum rencana kepulangan pasangan suami istri itu terlaksana, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Rere.
"Surprise...!" teriak Rere dengan wajah ceria membuat Revan yang baru meneguk minumannya tersedak.
"Rere. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu mau datang, sayang?" sentak Revan.
"Karena aku terlalu merindukanmu sayang. Apakah kamu sudah melupakan aku sehingga tidak mau lagi menemuiku?" tanya Rere yang langsung duduk dipangkuan Revan.
Aleta yang baru saja menuruni tangga cukup kaget melihat Rere sedang bercumbu dengan Revan di ruang keluarga itu. Tubuhnya gemetar dengan dada sesak sehingga untuk bernafas pun begitu sulit.
"Ya Allah. Sesakit inikah rasa cemburu jika cinta sudah mendarah daging dalam hatiku?" batin Aleta menahan air matanya agar tidak tumpah.
Rere yang baru menyadari kehadiran Aleta nampak terkejut melihat perut Aleta yang sudah membesar. Ia segera bangkit dari pangkuan suaminya dan menghampiri Aleta yang masih berdiri terpaku di tangga sambil menatapnya.
"Sayang, kenapa kalian membohongi ku selama ini? Kenapa tidak bilang kalau Aleta sudah hamil?" cecar Rere yang sekarang terlihat sesak karena cemburu pada Aleta.
"Maafkan kami sayang. Awalnya kami ingin memberimu kejutan untuk pulang dalam waktu dekat ini tapi kamu malah sudah ada di sini," ucap Revan.
"Begitukah...?" Rere berusaha tersenyum dan bersikap manis seperti biasanya. Padahal ingin rasanya ia menjambak rambut Rere dan menyeret bumil itu keluar dari rumah suaminya. Namun ia memiliki rencana lain untuk menyingkirkan Aleta secepatnya sebelum suaminya benar-benar ingin memiliki Aleta.
"Tunggu saja Aleta, begitu bayi itu lahir, kau akan hilang dari muka bumi ini. Lihat saja nanti...!" batin Rere penuh rencana licik.
"Aleta. Berapa bulan kandunganmu sekarang?" tanya Rere bersikap manis pada Aleta.
"Lima bulan nyonya," ucap Aleta gugup.
"Hmm...!" baiklah kalau begitu biar aku yang merawatmu sendiri sampai kamu lahiran dan mulai sekarang kamu tidak boleh tidur dengan suamiku karena kamu sudah hamil anaknya. Bukankah begitu sayang?" tanya Rere menatap wajah Revan yang hanya bisa terdiam.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina