NovelToon NovelToon
DI BAWAH LANGIT YANG SAMA

DI BAWAH LANGIT YANG SAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai / Epik Petualangan
Popularitas:276
Nilai: 5
Nama Author: Wisnu ichwan

"Di Bawah Langit yang Sama" adalah kisah tentang dua jiwa yang berbagi ruang dan waktu, namun terpisah oleh keberanian untuk berbicara. Novel ini merangkai benang-benang takdir antara Elara yang skeptis namun romantis, dengan pengagum rahasianya yang misterius dan puitis. Saat Elara mulai mencari tahu identitas "Seseorang" melalui petunjuk-petunjuk tersembunyi, ia tak hanya menemukan rahasia yang menggetarkan hati, tetapi juga menemukan kembali gairah dan tujuan hidupnya yang sempat hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu ichwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Di Bawah Tanah

Annelise memeriksa tas ranselnya untuk terakhir kalinya. Laptop, keyfob plastik hitam (yang kini tak berguna dan akan ditinggalkan), feature phone, tas kecil berisi kebutuhan darurat, dan yang terpenting: kunci kuningan yang tersimpan aman di saku tersembunyi celana tactical-nya.

Di luar jendela, cahaya pagi telah berganti menjadi warna ochre yang cerah, namun redup karena kabut tebal yang menyelimuti kawasan industri yang ditinggalkan ini.

"Verifikasi terakhir, Annelise," ujar Athena melalui telepon, nadanya kembali ke ketenangan yang dingin. "Panel komunikasi re-routing JLM di lift kargo. Pastikan semua trace sinyal kembali ke konfigurasi pabrik. Jangan sampai ada residu."

Annelise sudah di depan panel lift kargo berkarat yang ia masuki semalam. Panel itu besar, ditutupi oleh lapisan karat yang tebal. Dengan gerakan yang terlatih, ia membuka baut tersembunyi di sudut kanan bawah. Di dalamnya, tersembunyi router cadangan yang baru saja ia gunakan untuk menyerang sistem Aurum.

"Membersihkan log lalu lintas. Mengembalikan koneksi JLM ke panel utama," lapor Annelise sambil menekan serangkaian perintah di laptopnya sebelum memutus koneksi terakhir. Lampu-lampu LED di router itu padam, dan Annelise mencabutnya, memasukkannya ke dalam tas sampah berbau minyak tanah yang ia temukan di gudang.

"Bagus. Buang perangkat kerasnya di setidaknya tiga lokasi terpisah di sepanjang rute keluar. Buat trail yang berantakan," perintah Athena. "Dan pastikan pintu lift kargo terkunci dengan gembok yang sama sekali tidak terlihat seperti milik kita. Kita harus membuang asumsi mereka tentang rumah aman ini."

Annelise menukar gembok tua yang ia pasang dengan gembok baru berwarna perak kusam. Pekerjaan itu terasa seperti menari di bawah waktu, gerakan yang halus namun terburu-buru. Hanya butuh beberapa jam sebelum Dharma menyadari bahwa pengalihan koneksi di Jalur Maintenance Darurat itu bukanlah glitch sistem.

Ketika Annelise akhirnya menutup pintu baja tebal di belakangnya, dia merasa seperti menutup satu babak dari hidupnya. Elara telah sepenuhnya menghilang; yang ada hanyalah Annelise, agen rahasia tanpa organisasi.

Rute pelarian mereka telah direncanakan dengan detail yang mengerikan. Athena telah memilih serangkaian terowongan servis bawah tanah dan jaringan metro tua yang tidak terpakai, rute yang hanya diketahui oleh orang-orang yang memiliki akses ke cetak biru infrastruktur kota lama—orang-orang seperti Ayah Annelise.

Annelise berjalan cepat menyusuri gang-gang sempit, berbaur dengan pekerja migran yang mulai beraktivitas. Tiga puluh menit kemudian, dia tiba di sebuah pintu jebakan yang disamarkan sebagai lubang saluran pembuangan di bawah jembatan layang yang sibuk.

"Koordinat masuk tercapai," bisik Annelise ke telepon.

"Di bawah tutup baja, ada kamera infra-merah yang tersembunyi. Kode: 24-03-91. Tanggal lahir Ayahmu," instruksi Athena.

Annelise memasukkan kode pada keypad usang yang tersembunyi di bawah kerikil. Setelah bunyi klik yang lembut, tutup baja itu terbuka perlahan, mengeluarkan udara dingin yang lembab dan bau tanah basah.

Annelise turun ke tangga beton yang curam. Di bawahnya, kegelapan mutlak, hanya diterangi oleh cahaya senter kecil di kepalanya. Pintu jebakan itu menutup di atasnya, mengunci dirinya ke dalam perut kota.

"Selamat datang di Jalur Cacing, Annelise. Tidak ada pelacakan sinyal di sini. JLM tidak bisa menjangkau kita. Kamu sendirian, tapi aman," kata Athena, suaranya terdengar dari earpiece kecil yang baru Annelise pasang.

Terowongan itu adalah lorong servis utilitas dari era sebelum pembangunan cyber-city Dharma. Pipa-pipa air yang besar dan kabel-kabel serat optik yang tidak terpakai melapisi dindingnya. Udara sangat dingin, tetapi Annelise merasakan sedikit kelegaan; di sini, Dharma buta.

"Nyx menunggumu di rendezvous point kedua. Ini adalah perjalanan satu jam dengan berjalan kaki, ikuti saja tanda panah yang aku kirimkan di peta offline-mu," kata Athena.

Annelise mulai berjalan, langkahnya bergema di keheningan terowongan. Dia fokus pada setiap pijakan, setiap bayangan yang bergerak. Di sepertiga perjalanan, dia mencapai persimpangan tiga jalur.

"Berhenti. Hati-hati. Ada sesuatu yang salah," Athena tiba-tiba memperingatkan.

Annelise membeku.

"Peta termal. Di depanmu, di jalur kiri, ada tanda panas yang sangat samar. Sepertinya tidak bergerak, tapi bukan pipa. Terlalu organik," bisik Athena.

Annelise menonaktifkan senternya dan mengandalkan penglihatan malamnya yang mulai beradaptasi. Dia mengambil napas dalam-dalam. Bau karat bercampur dengan aroma aneh yang lebih manis, seperti ozon atau bahan kimia cair.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Athena.

"Tidak ada. Hanya gelap dan… lantai basah," jawab Annelise, suaranya hampir tidak terdengar. Dia mengeluarkan pisau lipatnya, memegang pegangannya yang dingin.

"Gerakan yang lambat. Itu bersembunyi. Mereka pasti telah menanam sensor pasif di sini, Annelise. Jika mereka tahu tentang Jalur Cacing, Dharma sudah sangat jauh di depan," suara Athena menegang.

Annelise memutuskan untuk tidak mengambil risiko di jalur kiri. Dia mengambil jalur kanan, lorong yang lebih sempit. Begitu dia berbelok, dia merasakan adanya pergerakan. Bukan suara langkah kaki, melainkan bunyi gesekan yang halus, seperti plastik tebal yang diseret di lantai beton.

Dia bersembunyi di balik tumpukan pallet kayu lapuk.

"Aku mendengarnya. Sesuatu di jalur kiri bergerak ke arahku. Cepat," lapor Annelise.

"Baik. Rencana B. Terus maju. Tujuh puluh meter di depanmu ada saluran ventilasi vertikal yang mengarah ke gudang penyimpanan arsip tua. Gunakan itu untuk keluar dari jalur cacing ini. Saluran itu terlalu sempit untuk orang dewasa, kecuali..." Athena berhenti.

"Kecuali?"

"Kecuali mereka menggunakan Drone Pemandu Ular (Snake-Guided Drone). Perangkat penyadap yang dibuat oleh Dharma untuk menjelajahi saluran sempit. Mereka bisa saja mengirimkannya setelah mendeteksi aktivitas JLM yang mencurigakan kemarin."

Gesekan itu semakin keras. Annelise menyadari bahwa itu bukan hanya satu.

Dia berlari.

Dia sampai di bawah saluran ventilasi. Itu adalah lubang bundar berdiameter kurang dari satu meter di langit-langit terowongan. Terlalu tinggi untuk digapai.

"Tidak bisa naik!" teriak Annelise.

"Lihat ke atas! Pipa air pecah di atas saluran itu, Annelise! Gunakan daya ungkit dari pipa yang tergantung itu. Cepat!" Athena berteriak.

Tepat di saat itu, dua benda panjang, berkilauan, dan gelap meluncur keluar dari persimpangan di belakangnya. Mereka tidak bersuara kecuali bunyi hiss mekanis yang rendah. Ujungnya memiliki mata kamera inframerah.

Drone Pemandu Ular.

Annelise melompat ke tumpukan karung goni tua di dekatnya, mendorong tubuhnya ke atas. Ia berhasil meraih pipa air yang bengkok. Kekuatan otot yang terlatih menahannya saat ia menarik dirinya ke atas.

Drone itu bereaksi. Salah satunya melesat, membelit pipa yang Annelise pegang. Sensornya mulai memancarkan cahaya merah kecil saat mencoba melacak suhu tubuh Annelise.

Annelise melepaskan pegangan di pipa dan menarik dirinya ke dalam mulut saluran ventilasi yang sempit. Beton yang kasar menggores bahunya.

"Masuk! Sekarang tutup pintu aksesnya!" perintah Athena, suaranya mendesak.

Annelise merangkak masuk, menendang ke belakang dengan tumitnya. Kaki drone itu berusaha keras, salah satu sensornya menyentuh ranselnya. Annelise mendorong keras, menggunakan seluruh berat badannya untuk menutup panel baja yang mengunci saluran.

Kunci!

Annelise terengah-engah, berbaring telentang dalam kegelapan yang sesak. Di bawahnya, dia bisa mendengar drone-drone itu memukul panel baja yang sekarang terkunci. Mereka tidak bisa masuk.

"Sial. Mereka tahu. Mereka tahu tentang Ayahmu dan pintu belakangnya," Annelise berbisik, napasnya tersengal.

"Ya. Operasi Midas telah memicu alarm yang lebih dalam dari yang kita duga. Tidak ada yang tahu jalur ini kecuali Ayahmu dan aku. Dan sekarang, Dharma," jawab Athena, suaranya berat. "Mereka mengincar kita, Annelise. Mereka tidak hanya melindungi aset; mereka memburu kita."

Annelise menarik napas. Ketakutan itu nyata, dingin, namun tidak melumpuhkannya. Dia merasakan sensasi dingin di tangannya saat dia merangkak ke atas di saluran yang sempit.

"Di mana Nyx?" tanya Annelise.

"Di atasmu. Di gudang arsip lama. Dia menunggu di balik kode keamanan yang hanya Nyx yang tahu. Nama sandinya adalah Arsip Emas," kata Athena.

Annelise merangkak ke atas, tangannya menemukan pegangan kecil di dinding saluran. Setelah sepuluh menit, dia mencapai ujung saluran. Di atasnya, sebuah pintu palka kecil. Dia mendorongnya, dan pintu itu terbuka ke ruangan yang gelap dan berdebu, penuh dengan lemari arsip baja tua.

Tepat di bawah pintu palka, berdiri sesosok bayangan: seorang wanita tua berambut perak yang diikat ketat, mengenakan jaket kulit yang usang dan memegang pistol semi-otomatis berukuran besar dengan kedua tangan yang stabil.

"Nyx," panggil Annelise, suaranya serak karena debu.

Wanita itu menurunkan pistolnya hanya sedikit, matanya yang tajam menatap Annelise.

"Terlambat 15 menit. Aku benci menunggu," kata Nyx, suaranya serak seperti rokok yang dihisap terlalu lama. "Dan kau meninggalkan jejak panas, Gadis. Mereka ada di belakangmu."

"Aku tahu. Snake-drones," jawab Annelise, merangkak keluar dari saluran.

Nyx mengangguk, tanpa terkejut. "Selalu drone. Baik. Cepat, kita tidak punya banyak waktu. Bukti Delta dan Arsip Emas harus berpindah sebelum alarm mereka berubah dari 'glitch' menjadi 'perburuan'."

Nyx berjalan cepat ke lemari arsip paling belakang, membuka kuncinya dengan kartu magnetik yang sudah berumur.

"Ayahmu ingin kau memilikinya, Annelise. Bukti terkuat Dharma, yang paling tua, dan yang paling kotor," kata Nyx sambil mengeluarkan sebuah hard drive berukuran post-card berwarna platinum. "Dan ini adalah kuncinya. Kunci Kuningan yang asli."

Nyx menunjuk ke sebuah keyfob logam kecil, identik dengan kunci kuningan yang Annelise pegang.

Annelise terkejut. "Aku punya kuncinya di saku. Yang ini... ini apa?"

Nyx tersenyum misterius. "Kunci kuningan Ayahmu selalu berupa dua bagian, Nak. Satunya untuk membuka sistemnya. Yang lainnya adalah Bukti Kepercayaan."

Nyx menyerahkan hard drive platinum dan kunci kuningan kedua kepada Annelise.

"Kita akan berpindah ke tempat aman yang baru. Ikuti aku. Dan jangan buat suara," perintah Nyx, mengokang pistolnya sekali lagi. "Perburuan sudah dimulai."

Annelise mengangguk, jantungnya berdebar, tetapi otaknya bekerja cepat. Dua kunci kuningan. Dua bukti. Operasi Midas hanyalah pemanasan. Sekarang, dengan Nyx dan Arsip Emas di tangannya, permainan yang sebenarnya telah dimulai.

Mereka meninggalkan gudang arsip, bergerak diam-diam ke pintu keluar belakang menuju jaringan kereta api kota yang ditinggalkan, meninggalkan labirin bawah tanah yang kini menjadi sarang pemburu Dharma.

1
Johana Guarneros
Aku suka banget sama cerita ini, jangan berhenti menulis author!
marmota_FEBB
Mantap nih!
Wisnu ichwan: tengkyuuu 🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!