Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Pemilik Baru
Satu malam berlalu. Waktu sekarang menunjukkan jam sepuluh lewat lima menit. Kala itu Zidan sedang sibuk memberi makan gajah.
"Apa gosip itu benar, Dan? Katanya ada orang suruhan pebisnis Nugroho mencarimu?" tanya Haris. Rekan kerja yang sekarang punya tugas seperti Zidan.
"Aku rasa bukan," sahut Zidan tak peduli.
"Rumornya sudah beredar loh ke telinga penghuni kebun binatang Safari. Monyet aja kayaknya pada tahu," tanggap Haris.
"Abaikan saja. Nggak penting," balas Zidan.
"Kalau benar kau akan jadi pewaris keluarga Nugroho, jangan lupakan aku dan yang lain ya?"
"Apaan sih. Pewaris apa? Nggak bakalan orang penting kayak Jefri Nugroho tiba-tiba menemuiku dan menyerahkan warisannya."
Bersamaan dengan itu, seorang rekan kerja Zidan yang lain datang. Dia berlari dan nafasnya tersengal-sengal.
"Kenapa, Cep? Dikejar setan kau?" timpal Haris.
"Anu... Itu..." Cecep berusaha mengontrol nafasnya dulu. Barulah dia bisa melanjutkan, "Pak Haryo menyuruhmu datang ke kantornya, Dan!"
"Hah? Aku?" Zidan menunjuk dirinya sendiri. Dia dan Haris sama-sama kaget. Sebagai kepala direktur kebun binatang Safari, sangat jarang Haryo memanggil karyawannya ke kantor. Biasanya dia yang akan turun ke lapangan, itu pun sangat jarang, karena biasanya sekretarisnya yang rutin memeriksa keadaan.
"Iya, kau Zidan! Cepetan sana! Kayaknya penting banget. Soalnya aku juga lihat ada mobil mewah di depan kantor utama," kata Cecep.
"Wah... Kau nggak melakukan kesalahan kan, Dan?" tanya Haris.
"Entahlah." Zidan mengedikkan bahunya. Ia lalu menyerahkan tugasnya pada Cecep dan segera pergi ke kantor Haryo.
Setibanya di kantor, Zidan melihat Haryo tak sendiri. Dia melihat ada Roby dan lelaki paruh baya yang tidak asing. Lelaki paruh baya itu tidak lain adalah Jefri Nugroho.
Jefri langsung berdiri dan menghampiri Zidan. Memandangi Zidan dengan mata berbinar penuh haru.
"Kenapa, Pak? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Zidan datar. Berbeda dengan Jefri, dia malah tidak merasa emosional sedikit pun.
"Ini Papah, Zidan. Maafkan Papah karena baru menemui sekarang... Maafkan aku..." ungkap Jefri. Dia memeluk Zidan sambil memecahkan tangis. "Harusnya aku tidak pernah meninggalkanmu. Harusnya dunia tahu tentangmu. Papah menyesal..." sambungnya.
"Papah? Maksudnya kau ayahku?" tanya Zidan yang masih sulit mencerna semuanya.
"Benar! Aku ayahmu! Kau memafkanku kan, Nak?" Perlahan Jefri melepas pelukan. Menatap Zidan dengan tatapan nanar kali ini.
"Aku masih bingung. Ini sangat tiba-tiba..." ucap Zidan kikuk.
"Kau sebaiknya duduk dulu. Nanti aku akan ceritakan semuanya. Tapi sebelum itu, ada yang ingin aku kasih tahu sama kamu." Jefri mengajak Zidan duduk ke sofa bersama Haryo.
"Ada apa ya? Aku nggak melakukan kesalahan kan?" tanya Zidan. Dia agak gugup karena dirinya sekarang jadi pusat perhatian semua orang di dalam ruangan.
"Silahkan, Pak Haryo," kata Jefri mempersilahkan.
"Begini, Zidan. Aku dan Pak Jefri sudah melakukan transaksi. Pak Jefri membeli kebun binatang ini untukmu. Jadi sekarang kau bisa tanda tangan hak miliknya," jelas Haryo seraya memberikan surat resmi yang harus ditandatangani Zidan.
"A-apa?" gagap Zidan. Dia membaca surat yang diberikan Haryo. Matanya terbelalak karena itu memang surat pernyataan hak milik kebun binatang Safari. Dimana hak milik akan berpindah ke tangan Zidan.
"Tandatangan lah, maka Safari dipastikan menjadi milikmu. Kau akan jadi kepala direktur baru Safari," ujar Jefri.
"A-apa?" Zidan membeo. Dia tak menyangka ternyata Jefri benar-benar akan membelikan kebun binatang Safari untuknya.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.